APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Apakah Guru Pintar Perlu Menerapkan Pembelajaran Kreatif di Kelas?

Gambar oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang dan berlangsung sepanjang hayat. Melalui proses belajar itulah individu mengalami perubahan dalam dirinya, seperti menerima pengetahuan baru (kognitif), mengembangkan keterampilan/kemampuan (psikomotorik), mengenali emosi (afeksi), dan berperilaku. Perubahan-perubahan tersebut akan terus berproses secara simultan dan turut memengaruhi kehidupan individu tersebut.

Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Dalam prosesnya, belajar dapat diperoleh secara formal, nonformal, dan informal, yang melibatkan institusi resmi dan tidak resmi. Sekolah menjadi salah satu institusi resmi yang berfungsi memfasilitasi proses belajar antara tenaga pendidik (guru) dan peserta didik (siswa).

Dalam praktiknya, proses pembelajaran tidak hanya sekedar guru yang menjelaskan materi kemudian siswa hanya menerima, mencatat, dan menyimpannya. Guru bukanlah satu-satunya pihak yang berperan untuk mentransfer ilmunya kepada siswa, namun siswapun memiliki kesempatan yang sama untuk saling bertukar ilmu.

Perlu adanya interaksi dua arah dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki ruang untuk berpartisipasi aktif dalam belajar. Mengutip dari buku The Everyday Genius karya Peter Kline, “learning is most effective when it’s fun.” Oleh sebab itu, strategi belajar menjadi hal penting untuk menghasilkan atmosfer belajar yang efektif bagi guru dan siswa.

Karakteristik Pembelajaran Kreatif

Salah satu masalah yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran (Wijaya, 1991 dalam Pentury, 2017). Pembelajaran kreatif diartikan sebagai proses pembelajaran yang dikemas dengan cara yang unik dan menyenangkan. Pembelajaran kreatif juga menekankan peran guru sebagai fasilitator kegiatan belajar, sehingga atmosfer belajar menjadi nyaman dan menggiring siswa untuk mengemas kegiatan tersebut dengan hal yang kreatif juga.

Setiap guru hendaknya memotivasi diri untuk selalu beradaptasi dengan situasi di dalam kelas, mendorong keterbukaan intelektual dan perbedaan pendapat, serta mengasah kemampuan untuk berinteraksi dengan pandangan yang membangun bersama siswa. Menurut Suryosubroto (2009 dalam Pentury, 2017) terdapat karakteristik pembelajaran kreatif produktif yang membedakan dengan proses pembelajaran lainnya, yaitu:

a. Adanya keterlibatan yang besar bagi siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan eksplorasi dari bahan ajar yang diberikan untuk ditafsirkan secara mandiri. Kebebasan mengeksplorasi tersebut dapat meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri, serta menjadi media untuk mengkonstruksi pengetahuan baru.

b. Mendorong siswa untuk menemukan konsep baru melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara secara mandiri seperti observasi, diskusi, dan percobaan. Dalam praktiknya, guru memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memberikan makna terhadap penafsirannya dan juga rasa tanggung jawab.


    

 

 

 

 

 

 

Gambar oleh RODNAE Production dari Pexels

 

Strategi Pembelajaran Kreatif

Melalui proses pembelajaran kreatif, siswa memiliki keterampilan belajar yang mencakup keterampilan memperoleh pengetahuan (learning to know), keterampilan mengembangkan diri (learning to be), keterampilan melakukan suatu hal (learning to do), keterampilan hidup harmonis dengan lingkungan (learning to live together),  dan keterampilan cara bijaksana (learning how to learn). Lantas, bagaimana cara mengembangkan kreativitas guru dalam menerapkan pembelajaran kreatif?

1. Menerapkan penggunaan teknologi seperti proyektor LCD, komputer/laptop, gadget, dan radio untuk beberapa situasi pembelajaran di kelas. Kegiatan yang bisa dilakukan contohnya menyampaikan materi melalui pemutaran film. Kegiatan pembelajaran seperti ini dimaksudkan untuk memberikan situasi belajar yang berbeda dan sebagai bentuk adaptasi terhadap kemajuan teknologi dalam proses pembelajaran.

2. Menciptakan visualisasi gambar sesuai tema pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berkreasi melalui penugasan membuat mading kelas dengan gambar, grafik, dan lainnya.

3. Mengadakan diskusi yang interaktif. Misalnya, guru mengajak siswa untuk menyampaikan pendapat di muka umum, kemudian memotivasi siswa lainnya untuk memberi tanggapan. Diskusi ini bertujuan untuk melatih cara berpikir siswa agar kritis dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

4. Memberikan tugas menggunakan peta konsep.

5. Melakukan drama/role play dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru bisa mengajak siswa melakukan role play sederhana sebagai sarana untuk menjelaskan materi tertentu. Role play yang diperagakan tidak perlu terlalu rumit. Peragakan hal-hal atau situasi yang cukup dekat dengan pengalaman hidup siswa. Role play dapat membantu siswa memahami materi yang disampaikan dengan mudah.

Meskipun siswa memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuan baru, guru tetap bertanggung jawab penuh atas proses pembelajaran kreatif ini. Konteks belajar yang ditekankan dalam pembelajaran kreatif adalah strategi proses belajar mengajar yang dilakukan guru agar dapat menempatkan siswa sebagai individu yang aktif dan mandiri. Dengan demikian, siswa tidak dipandang sebagai objek yang tidak tahu apa-apa.

 

Daftar Pustaka

Kalida, M. (2015). Model Pembelajaran Kreatif dalam Meningkatkan Minat Membaca Anak di Luar Sekolah. Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol. 12, No. 1, 1-14.

Pentury, H. J. (2017). Pengembangan Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris. Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 3, 265-272.

 

Penulis: Nadia Ramadhan

00

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog