APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Burnout: Siapa yang Harus Peduli, Anak atau Ortu Pintar?

Pembelajaran secara online memiliki dampak psikologis pada pelajar.

Burnout, photo by Ben White on Unsplash

Selama masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), banyak siswa yang mengalami burnout secara akademik. WHO sendiri mengategorikan burnout sebagai salah satu penyakit yang harus segera diatasi.

Dan pada Battle Pintar episode ke-6, Kak Pebri mendiskusikan permasalahan burnout yang sedang dialami banyak pelajar bersama salah satu Sobat kita, Felicia Sophie. Hadir pula Ibu Sri Sumari, Ortu Pintar dengan empat orang anak, serta Ibu Mai Tiza Husna, M.Psi., dosen Psikologi UIN Imam Bonjol Padang.

 

Apa Kata Sobat Pintar tentang Burnout?

Photo by nikko macaspac on Unsplash

Bagi Sophie, burnout adalah rasa lelah yang dialaminya akibat belajar dan mengerjakan tugas setiap hari. Tak hentinya aliran tugas yang harus dikerjakan membuat Sophie merasa terlalu lelah untuk mulai mengerjakan tugas berikutnya.

Saat PJJ mulai berjalan, pada awalnya Sophie menganggapnya sebagai masa-masa santai tak masuk sekolah. Namun sekarang, ia merasa cukup stres karena begitu banyaknya tugas yang harus dikerjakan selama PJJ. Bahkan, Sophie pernah jatuh sakit saking banyaknya tugas.

Tambahan pula, sebagai siswa kelas XII, Sophie harus menyiapkan UTBK dan portofolio Seni Rupa dan Desain, jurusan kuliah incarannya. Ia khawatir tugas-tugas PJJ menyita waktu yang sedianya dibutuhkan untuk persiapan masuk kuliah. Rasa stres yang dialaminya pun bertambah karena Sophie tak bisa keluar rumah dan bertemu teman-temannya.

Meskipun sangat merindukan suasana belajar di kelas bersama guru dan teman-temannya, Sophie mampu melihat sisi lain PJJ. Waktu yang dihabiskan dalam kesendirian membuat Sophie merasa memahami dirinya sendiri dengan lebih baik, termasuk cita-citanya untuk kuliah Seni Rupa dan Desain.

Ia pun kembali mengenggam kuas lukis, hobi yang sempat terabaikan karena kesibukan Sophie bersama teman-temannya. Bahkan, ia mulai suka memasak dan membuat kue bersama mamanya. Saat merasa bosan dengan PJJ, Sophie pun becakap dengan teman-temannya secara online.

 

Bagaimana Ortu Pintar Menyikapi Fenomena Burnout pada Anak?

Photo by Verne Ho on Unsplash

Ibu Sri Sumari pun melihat dampak burnout pada keempat putra dan putri beliau. Mudahnya mereka merasa capek dan uring-uringan menunjukkan deraan stres yang dialami. Tiap-tiap anak merasakan keputusasaan dan keterpurukan dengan tantangan sehari-hari yang berbeda.

Ibu Sri memahami burnout yang dialami putra-putri beliau tak hanya dari tingkah laku, namun juga dari apa yang mereka ceritakan secara langsung. Mereka pun mengalami berbagai keluhan fisik yang mungkin diakibatkan oleh burnout.

Sebagai Ortu Pintar, Ibu Sri memahami bahwa tak semua anak siap dengan PJJ, terutama anak SD yang masih membutuhkan banyak bantuan untuk belajar sehari-hari. Perubahan suasana dan rutinitas dari sekolah offline menjadi online juga sangat berpengaruh. Menurut Ibu Sri, banyaknya distraksi, menumpuknya tugas, dan ketatnya deadline membuat PJJ tidak maksimal.

Walaupun demikian, PJJ membawa dampak positif. Salah satunya, putra-putri Ibu Sri menjadi lebih mandiri untuk belajar dan berkegiatan. Terlepas dari kesibukannya bekerja, Ibu Sri mendukung semua kegiatan putra-putri beliau di rumah, seperti melukis, membuat kue, bahkan membuat dan menjual produk tie dye secara online.

Untuk menyiasati burnout putra-putrinya, Ibu Sri mengajak mereka olah raga, nonton bareng, makan, atau sekedar istirahat. Beliau mendampingi dan menjaga semangat saat mereka tertekan, terpuruk, dan harus berjuang secara emosi.

 

Apa Saran Psikolog dalam Menyikapi Burnout Akibat PJJ?

Photo by Johnny McClung on Unsplash

Menghadirkan seorang dosen Psikologi UIN Imam Bonjol Padang sekaligus founder Basheera Psychology, Ibu Mai Tiza Husna, M.Psi., Battle Pintar kali ini berbagi tips dan trik tentang bagaimana menyikapi burnout pada pelajar. Istilah burnout sendiri pada awalnya berada di dunia kerja, terkait dengn beban kerja yang menumpuk.

Di dunia pendidikan, burnout menjadi isu yang sedang hangat dibahas. Burnout merupakan kelelahan fisik dan psikis yang disebabkan oleh beban belajar yang tidak sesuai dengan kapasitas siswa. Gejala psikosomatis yang ditimbulkan cukup beragam, mulai dari sakit kepala, sakit perut, susah tidur, merasa lelah, putus asa, hingga kurang bersemangat. Akibatnya, prestasi belajar menurun.

Penting untuk mengetahui derajat keparahan burnout agar Sobat Pintar dan Ortu Pintar menyadari kapan saatnya meminta bantuan. Pada tahap awal, burnout bisa ditunjukkan oleh rasa lelah maupun capek. Dalam kondisi yang lebih parah, burnout terwujud dalam perilaku uring-uringan, bahkan menangis.

Saat mengalami kesulitan untuk tidur dan beristirahat di malam hari, boleh jadi burnout sudah masuk ke alam bawah sadar. Ketika aktivitas sudah terganggu, itulah saat seseorang yang mengalami burnout membutuhkan bantuan.

Bagaimana cara mengelola burnout? Ada dua tahapan coping with burnout, yaitu emotion focus coping dan problem focus coping. Saat merasa capek atau marah, hentikan semua kegiatan. Beralihlah pada hobi, seperti menggambar. Setelah pikiran terasa lebih jernih dan tahu apa yg harus dilakukan, lanjutkan tugas yang sebelumnya tertunda.

Ibu Tiza juga menyarankan untuk berganti lingkungan, salah satunya dengan keluar kamar dan melihat pemandangan hijau di luar. Tips ketiga yang beliau bagikan adalah dengan menyesuikan metode belajar. Jika bertipe visual, misalnya, Sobat Pintar dapat menerapkan trik-trik belajar yang sesuai.

Jangan lupa refreshing. Ibu Tiza mengingatkan pentingnya reward untuk menjaga semangat belajar. Misalnya, kita boleh main game 15 menit setelah mengerjakan tugas selama satu jam.

 

Q&A Battle Pintar

Photo by Suzy Hazelwood on Pexels

Ortu Pintar bertanya, "Bagaimana mengurangi dampak negatif pembelajaran online?" Karena pembelajaran online terkait erat dengan penggunaan gadget, Ibu Tiza menyarankan untuk membatasi waktunya. Ortu Pintar diharapkan untuk selalu mendampingi dan memandu berapa lama waktu yang digunakan anak untuk belajar dan bermain.

Ada Sobat Pintar yang berbagi tentang perasaannya yang tertekan oleh ekspektasi orang tua untuk belajar. Ia menanyakan bagaimana cara mengomunikasikan burnout yang dialami pada orang tuanya.

Apakah Sobat Pintar yang lain juga mengalami permasalahan seperti ini? Jangan lewatkan tips dari Ibu Tiza tentang cara berkomunikasi dengan orang tua dalam Battle Pintar episode ke-6 di IGTV @akupintar.id.

Menutup Battle Pintar, Kak Pebri menggarisbawahi pentingnya untuk peduli pada burnout yang dialami. Anak perlu mengetahui level stresnya sendiri. Ortu Pintar pun diharapkan lebih memperhatikan dan memahami tekanan yang dirasakan anak.

50

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
1 Comment
text
00

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog