APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Fridays For Future

Kesadaran akan perubahan iklim memerlukan tindakan nyata yang partisipatif oleh semua pihak.

Fridays For Future, image via tutanota.com

She is Greta Thunberg. Are you familiar with the name, Sobat Pintar? Jika nama ini terasa cukup akrab, telah beberapa kali sempat dibaca atau didengar, besar kemungkinan Sobat seorang punya kepedulian tinggi pada perubahan iklim yang tengah kita alami saat ini.

 

Siapa Greta Thunberg?

But who is Greta Thunberg? Nama lengkapnya adalah Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg, seorang gadis Swedia yang memulai kariernya sebagai seorang aktivis lingkungan mulai tahun 2018 yang lalu. Well, it's not a exactly a career, though.

Waktu itu usianya masih 15 tahun, ketika Thunberg – let's call her so, seorang diri membawa tulisan skolstrejk för klimatet di luar gedung parlemen Swedia. She didn't attend school – exactly what the sign showed: school strike for the climate.

Pada usia delapan tahun, Thunberg mendengar tentang perubahan iklim dunia. And she noticed how much adults had done – almost nothing, or cared enough about it. Tiga tahun kemudian Thunberg didiagnosa menderita Asperger syndrome (AS), selective mutism (SM), dan obsessive-compulsive disorder (OCD).

Alih-alih kekurangan, Thunberg memandang gangguan-gangguan tersebut sebagai superpower-nya. Ia tetap bersikeras membuat perubahan, memulainya dari keluarga dan lingkungan terdekatnya. Dan pada 20 Agustus 2018, Thunberg memutuskan untuk setiap hari muncul di luar gedung parlemen Swedia selama jam sekolah, selama tiga pekan.

 

Apa yang Diinginkannya?

In addition to school strike for the climate sign, Thunberg handed out leaflets saying "I'm doing this because you adults are shitting my future." Seiring waktu, Thunberg terus menyuarakan kesadaran tentang perubahan iklim yang mengancam kelangsungan hidup manusia.

Selain itu, Thunberg juga menyuarakan bahwa orang-orang dewasa saat inilah yang bertanggung jawab atas perubahan iklim yang terjadi. Dampak perubahan iklim yang tengah terjadi saat ini terlalu besar untuk ditanggung bagi generasi berikutnya – generasinya. Dan terakhir, keadaan seperti ini seakan dibiarkan saja tanpa usaha perbaikan yang berarti.

Tak sampai disitu, Thunberg pun menyampaikan bahwa para politisi dan pembuat keputusan perlu mendengarkan para ilmuwan. Seluruh poin diatas disampaikan Thunberg pada berbagai kesempatannya berbicara dalam forum-forum internasional.

Dan pada Pembukaan Climate Action Summit PBB, 23 September 2019, Thunberg berujar, "People are suffering. People are dying. Entire ecosystems are collapsing. We are in the beginning of a mass extinction and all you can talk about is money and fairytales of eternal economic growth."

 

Bagaimana Dunia Menyikapinya?

Perubahan iklim telah menjadi isu yang terus-menerus digaungkan oleh para peneliti dan ilmuwan selama 20 tahun terakhir. Bahkan setelah pidato Thunberg pada Pembukaan Climate Action Summit PBB tersebut,Cina, Amerika Serikat, dan India tetap mengedepankan pertumbuhan ekonominya – sekaligus sebagai penyumbang gas rumahkaca terbesar.

Meskipun demikian, Greta Thunberg telah menjadi katalis. Orang-orang di seluruh dunia menjadi (lebih) sadar pada dampak perubahan iklim.

Dalam tiga bulan setelah aksi Thunberg seorang diri di depan gedung parlemen, ribuan pelajar di Australia berunjuk rasa pada setiap hari Jumat. Bulan berikutnya, unjuk rasa terjadi pula di Belgia, Austria, Belanda, Kanada, Denmark, Jerman, Finlandia, Swiss, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

Tahun ini unjuk rasa bertambah, terjadi juga di Uganda, Selandia Baru, dan Kolombia. Pada 17 dan 18 Januari 2019, 45.000 pelajar berunjuk rasa di Swiss dan Jerman. Pada 15 Februari 2019, sekitar 15.000 orang berunjuk rasa di Inggris. Pada 15 Maret 2019, lebih dari satu juta orang berunjuk rasa di 125 negara di dunia.

Ekskalasi ini terus terjadi sampai sekarang. Rutin diadakan pada hari Jumat, gerakan global ini pun dikenal juga sebagai Fridays for Future. Gerakan ini memang bukan tanpa tentangan. Tapi harapannya, para pemimpin dunia dan pembuat keputusan mampu menerapkan aturan dan tindakan baru yang sungguh-sungguh memangkas emisi gas rumahkaca.

 

Dengan segala keterbatasannya, seorang Greta Thunberg peduli pada kelangsungan kehidupan seluruh makhluk di bumi, satu-satunya tempat tinggal kita. There's no planet B, so they say.

130

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog