APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Gap Year: Boleh atau Tidak?

Gap year memberikan manfaat ketika keputusan diambil bersama antara Ortu dan Sobat Pintar.

Gap Year, photo by Pixabay on pexels

Gap Year adalah periode waktu yang biasanya terkait dengan kalender akademik, dimana seorang siswa mengambil masa jeda untuk tidak melanjutkan pendidikan formal. Fenomena gap year di Amerika muncul di tahun1980-an, dimana saat itu banyak sekali remaja yang baru lulus SMA mengalami burn out (kejenuhan) dan memutuskan untuk mengambil jeda dalam melanjutkan kuliah. Gap year dapat dilakukan saat pergantian jenjang pendidikan saat akhir masa SMA menuju kuliah, di sela-sela tahun perkuliahan, maupun saat usai kuliah dan akan memasuki dunia kerja.

Saat ini gap year sudah bukan menjadi hal yang aneh bagi anak muda di luar negeri, mereka yang memilih gap year melakukan pilihannya secara sadar karena ingin mempersiapkan pendidikannya dengan lebih baik dan ingin lebih mengenal diri mereka secara utuh, baik itu kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki. Berbeda dengan di Indonesia, fenomena gap year masih menjadi fenomena yang tidak populer. Banyak anak muda yang merasa tidak nyaman saat memutuskan untuk melakukan gap year. Hal ini disebabkan masih banyaknya stigma yang diberikan oleh masyarakat bahwa mereka yang memilih gap year adalah orang-orang yang gagal masuk perguruan tinggi negeri. Beberapa orang tua juga memiliki anggapan bahwa yang terbaik adalah yang tercepat, termasuk dalam pencapaian akademik. Padahal sebenarnya ada banyak cara agar anak dapat melakukan dan mencapai yang terbaik sesuai versi mereka.

Pada dasarnya, ketika gap year dilaksanakan secara sadar penuh maka akan banyak manfaat yang dapat dicapai seperti persiapan yang lebih baik untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kedewasaan yang lebih berkembang serta potensi-potensi yang dapat lebih terasah. Penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 2018 menyebutkan bahwa 90% siswa yang lolos ujian masuk perguruan tinggi negeri adalah mereka yang mengambil gap year. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki jeda waktu istirahat setelah mengalami kejenuhan kompetisi akademik semasa SMA, juga memiliki waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan ujian masuk.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi gap year sebenarnya tidak hanya terkait dengan pendidikan, namun juga dapat terkait dengan hobi, pengalaman-pengalaman yang membuat individu keluar dari zona nyaman seperti menjadi volunteer, atau mencoba untuk melakukan kerja paruh waktu.

Meski gap year memiliki banyak manfaat, tidak berarti seluruh siswa harus mengambil langkah ini. Keputusan melakukan gap year juga perlu dilihat dari kebutuhan individu, bila remaja merasa tidak membutuhkan gap year karena khawatir akan merusak mood dan semangat untuk belajar, dan individu tersebut tidak memiliki keluhan burn out maka tidak perlu memaksakan diri untuk mengambil gap year.

Di lain sisi, saat remaja telah mantap untuk memutuskan gap year maka ada beberapa ketentuan yang harus disepakati sebagai rambu-rambu pelaksanaan. Keputusan gap year sebaiknya diambil secara sadar, tidak terpaksa, dan disiapkan jauh-jauh hari. Remaja dan orang tua juga perlu tahu, kegiatan apa saja yang akan dipilih selama masa gap year, seberapa lama gap year akan diambil, strategi apa saja yang akan ditempuh, dan waktu untuk melakukan evaluasi. Dengan begitu diharapkan gap year yang telah dipilih dapat mendatangkan manfaat dengan lebih optimal baik  bagi remaja maupun orang tua.

 

Tetap semangat!

Salam hangat,

Sayidah Aulia ul Haque, M.Psi., Psikolog

20

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog