APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Komunitas TGI, dari Mustahil Menjadi Mungkin

oleh Arik Swardini (SMK Negeri 1 Cerme, Kelas 11) - Juara Harapan 1 Lomba Menulis Artikel dalam Rangka Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2022

Photo by Chang Duong on Unsplash

'Dari Mustahil Menjadi Mungkin,' sebuah frasa yang akhirnya aku temukan setelah dua tahun melewati masa yang sulit. Seperti kebanyakan orang, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya, di desa maupun kota, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, semua mengalami persoalan yang sama.  Pandemi Covid-19 menjadi momok yang menakutkan dengan adanya pembatasan sosial, pemakaian masker, penghentian semua aktivitas di luar, hanya belajar dan bekerja dari rumah. Tak ada lagi sosialisasi dengan masyarakat, teman, kerabat, dan lantas semua harus dilalui dengan rebahan, tiduran, santai-santai yang tanpa sadar mengikis keakuanku, mengikis potensiku, mengikis harapanku.


Suasana persiapan lomba melalui Zoom meeting dari rumah salah satu anggota

Meskipun aku terlahir dari anak pedesaan, gadis desa yang kata orang terlihat lugu dengan keadaan yang serba apa adanya, tapi cita-cita dan harapanku masih tinggi. Aku ingin menjadi dokter spesialis penyakit dalam, ingin mengabdikan ilmuku dalam kehidupan  masyarakat desaku yang 80% menggantungkan hidupnya dari bertani. Penghasilan yang pas-pasan, sekadar bisa untuk makan harian dari hasil panen padi, jagung, dan kangkung.  Mimpiku satu, yaitu bisa membuka praktik dengan biaya yang ringan, orang miskin dan anak yatim berobat dengan gratis.

Sebuah mimpi yang akhirnya harus aku kubur dalam-dalam setelah lima bulan semenjak pandemi Covid-19 berjalan. Aku benar-benar jenuh di rumah, tak ada komunikasi dengan teman dan guru, tak ada pengembangan potensi. Pelajaran sekolah hanya aku lalui melalui penugasan yang ada di grup WhatsApp atau Google Classrooom. Membaca soal, mengerjakannya, kemudian mengirim tugas ke Google Classroom. Begitu saja.

Sehari dua hari, semangat masih membumbung tinggi. Berharap minggu berikutnya mulai masuk sekolah. Tapi setelah satu dua minggu berjalan, perasaan pesimistis mulai muncul karena pemerintah semakin meningkatkan level pembatasan. Kemudian setelah satu dua bulan, kehidupan berubah. Mereka yang rebahan saja katanya adalah pahlawan. Atas nama kesehatan, semua berhenti seketika, ekonomi hancur, politik tidak menentu, runtuh tak berbentuk. Begitu juga dengan cita-citaku, pecah tak berbentuk. Semua jadi hambar.

Hampir empat bulan setelah pengumuman pandemi Covid-19, aku rebahan saja.  Ketika kejenuhanku sudah pada taraf puncaknya, akhirnya aku mencoba memberanikan diri untuk menghubungi temanku.

Nabila namanya. Dia teman satu sekolah saat SMP dulu, yang  kini berada di sekolah yang berbeda. Nabila di SMA, sedangkan aku di SMK. Kucoba memulai  membahas tentang apa yang harus dilakukan agar kita tidak diam saja. Tidak ada aktivitas,  tidak berproses, tidak berkembang. Akhirnya kami memutuskan untuk bertemu. Dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya, akhirnya aku dan Nabila memutuskan membuat sebuah komunitas yang bisa mewadahi potensi kita untuk berkembang.


Mengisi LDKMS di UPT SMPN 22 Gresik

Kami membuat komunitas TGI (Tim Gotongroyong Indonesia). Komunitas yang sederhana saja cita-citanya. Semasa pandemi, semasa pembatasan sosial, kami mencoba  memberikan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan anak-anak di Kecamatan  Balongpanggang, Kabupaten Gresik.

Film 'Roso' adalah salah satu sumbangsih kami untuk peduli anti narkoba. Film ini mengkisahkan bagaimana anak yang hidup dari keluarga konflik karena narkoba akhirnya bangkit untuk berprestasi. Film ini kami ikutkan dalam kompetisi yang diadakan oleh BNN RI tahun 2021.

Dari sana aku mulai mengumpulkan teman-teman yang seide dan sepemikiran, mulai dari Yuda, Aven, Cessa, Abel, Kaka, Regita, Estu, Rotus dan beberapa teman lainnya. Kami membuat group WhatsApp, membuat gerakan sederhana. Pertemuan-pertemuan dilakukan secara virtual melalui Zoom, terkadang di rumah teman dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Kami saling berbagi info sekolah, tugas sekolah, ide mengikuti kegiatan, dan aktif di media sosial. Di Instagram kami membuat komunitas TGI, sedangkan di YouTube dengan nama Cahaya TGI. Gerakan kami selalu dipublikasikan agar mampu menjadi support bagi teman-teman lainnya.

Sungguh luar biasa, setelah  berjalan satu bulan, Nabila memulai dengan menjadi juara di kampus Yogyakarta. Lalu ada delapan anggota kami yang juara Bibliobattle di BPK RI. Yudha Bima menjadi juara bintang orasi yang diadakan oleh DPR RI, lalu juara menulis Kartini di Kementrian Informatika. 

Semua jenis lomba, baik desain grafis, menulis puisi/cerpen/essay, karya tulis ilmiah, videografi, fotografi, podcast, maupun film yang diadakan oleh lembaga tinggi negara, kementerian, partai politik, atau lembaga swasta, pernah kami menangkan. Lomba-lomba bertaraf nasional selalu kami menangkan dengan cara gotong royong. Kami  saling membantu dalam pembuatannya hingga publikasinya. Inilah semangat yang kami bangun dari lahirnya komunitas ini.

Begitu juga denganku, mulai dari juara membuat video tentang guru yang diadakan oleh Bumi Pancasila dan MPR-RI, lalu juara vlog kebudayaan, dan lain sebagainya. Setidaknya selama satu tahun komunitas kami telah menjuarai lebih dari 100 kejuaraan. Sungguh  perasaan bahagia menyertai kami. Anak desa, anak yang jauh dari perkotaan, bisa menembus Kejuaraan Nasional di berbagai bidang karena komunitas yang lahir dari perasaan keprihatinan akan nasib anak-anak desa sepertiku.


Salah satu momen lomba, pembinaan, dan kejuaraan yang terposting di IG Komunitas TGI

Seluruh kejuaraan kami posting di media sosial kami, dan sungguh luar biasa  ternyata mampu memotivasi sekolah lain, siswa lain. Akhirnya kami diminta mengisi acara di  berbagai komunitas dan lembaga untuk menjadi motivator mereka. Dari permintaan ini, kami  mengembangkan komunitas TGI menjadi lebih luas, menjadi Light of Leadership and Competition (L2&C).  

L2&C adalah sebuah pelatihan yang diinisiasi anak-anak sekolah untuk saling berbagi pengalaman. Kami mengisi LDKMS di berbagai sekolah, berbagi tips berprestasi, membina kompetisi LKIR, public speaking, videografi, desain grafis, literasi, dan lain sebagainya. 

Kami berkembang dan terus berkembang, mengisi masa sulit menjadi peluang tumbuh kembang. Aku percaya bahwa setiap musibah selalu ada hikmah di dalamnya. Setiap musibah selalu menyimpan cerita yang lebih indah di kemudian hari. Satu prinsip kami, 'dari mustahil  menjadi mungkin.' Selama kita mau berubah, maka semua serba mungkin. Begitu juga sebaliknya, jika kita tidak mau berubah maka tidak mungkin ada kata mungkin.

Inilah sekelumit kisah tentangku, tentang sahabatku, tentang Komunitas TGI  yang kami gerakkan dari kesadaran akan pentingnya mengubah diri. Bukankah Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka tidak mau mengubah nasibnya sendiri? Berani berubah, berani mencoba untuk terus mengembangkan pedidikan di Indonesia. Itu semangat yang selalu kami bangun.


Salah satu program komunitas TGI adalah podcast yang di-posting di YouTube dan Instagram.

10

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog