APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Masih Pelajar, Udah Stres?

Info Terbaru

photo via smartexcel.sg

Kamu sering mengeluhkan sakit kepala atau sakit perut? Coba perhatikan lagi, apa kamu gampang sakit, misalnya bentar-bentar pilek? Kamu juga cukup sering merasa kesal, bete, bad mood tanpa alasan jelas, atau semacamnya?

Bukan tanpa sebab, gejala-gejala di atas bisa terkait dengan beban psikologismu. Bukannya bermaksud ngatain atau asal diagnosa nih ya, tapi bisa jadi kamu sedang stres.

 

Beban Psikologis Diusia Sekolah

Mungkin kamu cukup sering mendengar, "duh, stres nih." Padahal, ungkapan tersebut hanya sekedar melampiaskan kekesalan emosi sesaat. Atau sebaliknya, ada juga tipe orang yang cenderung diam, tapi secara fisik badannya merespon keadaan dengan detak jantung meningkat dan ritme napas yang semakin cepat. Bahkan, yang tak kentara bisa berupa naiknya kadar gula darah, menurunnya sistem kekebalan tubuh, terhambatnya pertumbuhan fisik, hingga terganggunya sistem reproduksi dan pencernaan.

Badan akan selalu menunjukkan tanda-tanda beban psikologis (psikosomatis), termasuk kamu yang masih diusia sekolah. Apalagi dengan beban akademik saat ini, tingkat stres pelajar bisa jadi setara dengan orang berusia 20an hingga 30an pada setengah abad lebih yang lampau. Hmm.. bukan sesuatu yang patut dibanggakan, ya.

 

Mengenali Sumbernya

Jadi, apakah kamu merasakan gangguan fisik seperti yang dijabarkan di atas? Mengakui bahwa kamu sedang berada dalam situasi yang sulit konon katanya sudah separuh dari solusi. Iya, karena dengan menerima kenyataan tersebut, kamu dapat menelaah apa saja sebab permasalahan yang tengah kamu hadapi.

Bila kamu merasa begitu terbebani dengan sekolah, dari mana asal tekanan tersebut datang? Dari ekspektasi orang tua agar kamu berprestasi di sekolah? Dari guru-guru di sekolah yang terus-terusan ngingetin tentang nilai sekolah? – mungkin karena reputasi guru dan sekolah cukup dipertaruhkan, khususnya saat Ujian Nasional. Dari jadwal belajar yang sepertinya tanpa jeda istirahat? Dari teman-temanmu yang sepertinya tak kehabisan tenaga untuk berkompetisi denganmu? Atau sebaliknya, kamu yang selalu kurang puas dengan apapun yang telah kamu capai?

Alih-alih menghilangkan sumber tekanan, bagaimana kalau kamu mengubah sudut pandang? Reframing atau membingkai ulang situasi akan memberimu sudut pandang baru yang lebih segar. Misalnya, jangan terlalu terbebani dengan ekspektasi orang tua karena semua itu bersumber dari kasih sayang dan kekhawatiran mereka akan masa depanmu. Tentang guru-gurumu, selesaikan saja ujian dan tugas sebaik mungkin, karena bagaimanapun juga reputasi sekolah bukan sepenuhnya tanggung jawabmu. Luangkan sejenak waktu untuk mengosongkan pikiranmu dari sederet rumus, hafalan, atau materi pelajaran yang susah dipahami. Anggap saja guru-guru dan teman-temanmu sebagai bumbu serunya sekolah yang patut kamu syukuri saat pendidikan masih menjadi akses tak terjangkau di tempat lain.

 

Realistis dan Seimbang

Stres dan beban psikologis cenderung dialami oleh orang-orang yang perfeksionis. Sisi baiknya, orang-orang seperti ini ibarat kendaraan yang senantiasa terisi bahan bakar penuh – laju terus, enggak ada matinya!

Bila kamu termasuk orang yang self-demanding atau perfeksionis, reframe di atas akan memberimu secercah optimisme saat sedang terpuruk. Tapi perlu diingat, kendaraan paling canggih sekalipun perlu berhenti – enggak ada ceritanya mesin yang sanggup bekerja tanpa henti selama 24 jam 7 hari.

Luangkan waktu untuk bersantai, bercanda ngisengin adik atau kakak, nonton film, baca buku fiksi, atau olahraga. Bukan olahraga kelas ya, tapi jenis kegiatan fisik yang kamu sukai hingga bisa merasa refresh dan relax setelah mengerjakannya. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan tanpa tambahan tugas juga bisa mengurangi stres. Sekedar ngumpul, ngobrol, dan ketawa ketiwi dengan teman-temanmu juga akan mengubah sudut pandangmu – mereka manusia biasa kok, bukan kompetitor yang musti kamu lawan.

Sesekali menyisihkan buku-buku pelajaran bukan hal yang berdosa, lho. Asal jangan keterusan aja. Yang penting kamu bisa menyadari kapan harus kerja keras belajar, kapan butuh chill out. Bila dirasa membantu, kamu bisa berbagi kegalauanmu dengan guru BP/BK atau orang tua – asam garam kehidupan pada usia mereka dapat menularimu bersikap bijak dalam kehidupan.

120

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog