APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Mengenal Metode Pembelajaran Role Playing

Penerapan role playing dalam pembelajaran

Foto oleh cottonbro dari Pexels

 

Seorang guru yang baik, harus memiliki standar kompetensi pedagogik yang salah satu aspeknya adalah menguasai metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat dilakukan oleh Guru Pintar di kelas adalah dengan menerapkan model pembelajaran bermain peran (role playing). Pengertian pembelajaran role playing adalah metode pembelajaran di mana siswa langsung memerankan suatu masalah yang memfokuskan pada masalah-masalah tentang hubungan manusia. Siswa diberikan kesempatan untuk menggambarkan atau mengekspresikan suatu tokoh yang diperankan dan siswa-siswa lainnya mendapat tugas untuk mengamati tentang jalannya drama. Pada bagian tertentu misalnya di bagian tengah, guru dapat menghentikan drama dan memberi kesempatan pada siswa-siswa untuk mengeluarkan pendapat serta kritik mengenai materi pembelajaran yang sedang dipelajari.

Uno ( 2012) menuliskan bahwa model pembelajaran bermain peran atau role playing ini dipelopori oleh George Shaftel yang memiliki asumsi bahwa dengan bermain peran siswa akan mendapatkan dorongan untuk mengekspresikan perasaan serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis pada situasi permasalahan kehidupan nyata. Model pembelajaran role playing menurut para ahli lainnya antara lain diungkapkan oleh Djamarah (2010), yang mengatakan bahwa model role playing (bermain peran) dapat dikatakan sama dengan  Sosiodrama, yang pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Bermain peran atau role playing pada prinsipnya merupakan pembelajaran dengan menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar siswa dapat memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian role playing di atas maka dapat disimpulkan bahwa model role playing adalah model pembelajaran dengan menugaskan siswa untuk memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang diungkapkan dalam bentuk cerita sederhana yang telah dirancang oleh guru.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Role Playing


Foto oleh cottonbro dari Pexels

Keunggulan model pembelajaran role playing menurut Djamarah (2010), antara lain:

1. Siswa dapat melatih diri untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan.

2. Siswa menjadi terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

3. Bakat yang ada dalam diri siswa dalam bidang bermain peran dapat dipupuk sehingga memungkinkan berkembangnya seni drama dari sekolah.

4. Melatih kerja sama antar pemeran drama sehingga dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.

5. Siswa memiliki kebiasaan untuk menerima dan berbagi tanggung jawab dengan sesamanya.

6. Bahasa lisan siswa dapat dibina atau dilatih menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran role playing antara lain:

1. Tidak semua siswa dapat terlibat dan memiliki pengalaman bermain drama sehingga dikhawatirkan mereka menjadi kurang kreatif.

2. Membutuhkan waktu yang panjang baik untuk persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pelaksanaan pertunjukan. Padahal waktu pembelajaran sangat terbatas.

3. Memerlukan tempat yang cukup luas dan memadai. Sedangkan ukuran ruangan kelas relatif kecil sehingga menjadi kurang leluasa dan kurang bebas.

4. Kelas lain bisa saja terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang bertepuk tangan atau berteriak memberikan dukungan, apresiasi, dan sebagainya.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing

Model Pembelajaran Role Playing
Foto oleh cottonbro dari Pexels

Berikut ini adalah Langkah-langkah penerapan model pembelajaran role playing menurut Uno, (2012).

1. Persiapan atau pemanasan

Teknik role playing diawali dengan persiapan dimana Guru Pintar memperkenalkan siswa pada permasalahan atau sebuah kasus yang berhubungan dengan materi yang tengah dipelajari. Permasalahan atau kasus yang disuguhkan bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Misalnya Guru Pintar menyediakan sebuah cerita untuk dibaca di depan kelas. Pada saat teks atau bacaan menunjukkan dilema atau masalah, Guru Pintar dapat berhenti dan melakukan diskusi mengenai masalah dalam cerita tersebut sehingga semua siswa dapat menangkap masalah dengan jelas. Kemudian Guru Pintar dapat melontarkan pertanyaan-pertanyaan pancingan yang membuat siswa berpikir tentang hal tersebut.

2. Memilih pemain/pemeran drama

Untuk memilih siapa saja yang akan menjadi pemain atau pemeran dalam drama, siswa dan guru dapat melakukan musyawarah. Guru Pintar dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkan peran yang dibutuhkan. Beri kesempatan pada siswa yang berminat untuk mengajukan dirinya sendiri. Hal ini membuat siswa lebih percaya diri.

3. Mendekorasi panggung (ruang kelas)

Setelah semua pemain terpilih, Guru Pintar dapat melibatkan siswa lain dalam kegiatan mendekorasi kelas menjadi panggung pertunjukan. Hal ini sangat berguna untuk mengajarkan Kerjasama kepada para siswa.

4. Menunjuk siswa menjadi pengamat (observer)

Selain pemeran, Guru Pintar juga harus menunjuk siswa sebagai pengamat.

5. Memainkan peran

Permainan peran atau role playing dilaksanakan secara spontanitas. Mungkin pada awalnya banyak siswa akan mengalami kebingungan dalam memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Tidak menutup kemungkinan juga ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Nah, di sinilah peran Guru Pintar dibutuhkan. Guru Pintar dapat menghentikan drama dan mengarahkan jalannya pertunjukan.

6. Diskusi dan evaluasi

Ketika ada hal yang menyimpang kemudian Guru Pintar menghentikan drama, ajaklah siswa untuk duduk Bersama dan mendiskusikan permainan tadi. Kemudian ajal mereka untuk melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Beri kesempatan kepada siswa untuk memberikan usulan perbaikan seperti berganti peran atau mengubah alur ceritanya.

7. Bermain peran ulang

Berdasarkan hasil diskusi dan evaluasi, siswa dapat melakukan kegiatan bermain peran kembali. Kegiatan ini biasanya berjalan dengan lebih baik dari sebelumnya karena siswa sudah memiliki gambaran yang lebih jelas. Siswa yang mendapatkan peran juga dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.

8. Diskusi dan evaluasi

Pada kegiatan diskusi dan evaluasi yang kedua ini, Guru Pintar dapat mengarahkan pada realita kehidupan nyata. Ajak siswa membandingkan bagaimana hal-hal yang terjadi dalam alur cerita yang diperankan teman-temannya terjadi di dunia nyata. Berikan siswa kesempatan untuk menyimpulkan berdasarkan perbandingan antara realita yang ada dengan kehidupan nyata.

9. Berbagi pengalaman dan Menyimpulkan.

Setelah siswa dapat melakukan perbandingan antara cerita dan realita, kini saatnya Guru Pintar mengajak siswa untuk berbagi pengalaman mereka yang berkaitan dengan tema role play yang telah dilakukan. Setelah itu siswa akan membuat kesimpulan. Contohnya adalah siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana siswa mengalami kegagalan dalan ujian. Kemudian Guru Pintar mengajak siswa membahas bagaimana sebaiknya siswa menghadapi situasi tersebut, apa yang yang harus dilakukan supaya hal tersebut tidak terjadi, dan lain sebagainya.

Nah, selamat mencoba Guru Pintar!

00

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog