APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Pentingnya Guru Melakukan Asesmen Diagnostik

Ditulis oleh Nana Suryana, S.Pd., M.Pd. (Pemenang Lomba Artikel Aku Pintar)

Foto oleh Katerina Holmes dari Pexels

Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan model belajar peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam.

Hal tersebut akan memberikan dampak positif, guru jadi dapat menyesuaikan dan bisa menentukan metode atau model pembelajaran untuk menyampaikan materi capaian pembelajaran dengan kemampuan siswa. Paradigma pendidikan di masa depan adalah pembelajaran harus menyenangkan dan adanya kebermanfaatanya bagi pengembangan skill, karakter, dan psikosomatik hidupnya.

Dalam hal sekolah penggerak atau pun penguatan Profil Pelajar Pancasila perlu dibentuk tim penyusun asesmen diagnostik sekolah, untuk mengetahui karakteristik peserta didik secara umum dan menyeluruh. Kemudian seluruh guru mata pelajaran harus melakukan asesmen diagnostik karena asumsinya belum tentu peserta didik menyukai atau memahami semua mata pelajaran yang diampunya. Peserta didik menyukai satu pelajaran tetapi kurang memahami di pelajaran lainnya, sehingga bisa dilakukan pemetaan dengan kemampuan kompetensinya.

Semakin banyak guru mata pelajaran melakukan asesmen diagnostik secara berkala maka akan semakin banyak data dan akan baik dalam memberikan layanan yang terkait dengan karakteristik peserta didik. Biasnya capaian pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karena kondisi ekonomi dan kondisi sosial lingkungan peserta didik. Dengan demikian siapa saja yang perlu dibantu atas ketertinggalan capaian pembelajaran dan instrumen apa saja yang mesti disiapkan untuk menanganinya.

Muncul suatu pertanyaan dari penulis yang mengemuka: “Penilaian atau asesmen diagnostik seperti instrument, parameter atau alat ukur apa dengan menghadapi kenyataan dilapangan yang bisa digunakan dengan keberagaman karakteristik mata pelajaran dan juga kompetenesi mindset siswa yang beragam atau berbeda-beda?”.

Secara generik akan diperoleh peta karakteristik peserta didik masing-masing, terkait dengan mata pelajaran dengan diadakannya asessmen diagnostik memang tidak ada alat ukur yang tepat karena tergantung dari kemampuan siswanya yang berbeda-beda. Kalau kita perhatikan setiap tahunnya suatu sekolah pasti akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula, sehingga “guru perlu menemukan sebuah acara atau alat ukur/instrument yang bisa direvisi atau dimodifikasi” dari tahun ke tahun.

Sekali lagi diharapkan sekolah harus mampu membentuk tim yang melibatkan pemangku kebijakan/stakeholder, kepala sekolah, guru-guru, dan orang tua untuk berkumpul dalam satu ruangan dan dilatih oleh instruktur kemudian bisa didampingi oleh tim ahli untuk mempersiapkan semuanya. Baik itu assement sekolah dalam hal kognitif, psikomotor, apaktif dan lainnya.

Dengan asessmen diagnostik kemampuan atau karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi metodologi dan model pembelajaran terbaik apa yang bisa diterapkan dan sesuaikan dengan capaian pembelajaran peserta didik yang terbarukan atau kekinian, bukan lagi teoritis semata tetapi juga kepada skill dan sikap. Dengan hal ini asesmen diagnostik bisa diterapkan dengan mengutamakan keberagaman siswa sebagaimana hakikat pendidikan sepanjang hayat. Guru sebagai fasilitator pembelajaran akan tahu hasil asesmen diagnostik maka apapun model pembelajaran akan sangat mudah diterapkan terhadap kaberagaman karakteristik peserta didik. Baik itu tutor sebaya, peer teaching dan lainnya.

Mengenai metode atau model pembelajaran sebenarnya tidak ada satu pun yang baku atau paling cocok dan bahkan yang terbaik. Tetapi yang ada adalah bagaimana guru bisa mengemas menggunakan berbagai model atau metode yang bervariasi, mampu menggali kreativitas, inovasi, eksplorasi, improvisasi dan komunikasi yang harmonis dengan peserta didik. Apabila kita sudah mengenal karakteristik siswa yang beragam harus memperhatikan mayoritas terlebih dahulu dari hasil asesmen diagnostik dari tipe kecenderungan anak belajar seperti apa, sehingga bisa mentukan keinginan anak seperti apa dan bagaimana guru bisa menggunakan model atau metode yang bervariasi.

Pengaruh assessment diagnostik dimasa luring dan daring dapat digunakan untuk memetakan kemampuan siswa secara cepat. Salah satunya adalah mengetahui karakteristik dari aspek pemahaman terhadap materi. Mana siswa yang sudah paham, mana siswa yang sudah cukup paham dan mana yang belum paham mengenai capaian materi. Dari karakteristik yang sudah diketahui melalui asesmen, maka guru akan bisa menentukan dan memilih metode atau model pembelajaran yang tepat, guru juga dapat memilih alat, bahan atau media yang akan digunakan secara tepat, guru juga dapat menyesuaikan materi dengan kemampuan rata-rata siswanya. Stidak ada tiga pengaruh dari asessment diagnostik :

1. Pembelajaran akan dapat berlangsung dengan suasana yang kondusif dan efektif.

2. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dari awal sudah dapat diidentifikasi.

3. Terjalinnya komunikasi yang epektif antara guru dan orang tua atas informasi capaian siswa secara berkala sehingga terjadi simbosismutualisme.

Pada akhirnya penulis menyimpulkan perlu adanya asesmen secara berkala, setidaknya ada dua jenis asesmen diagnostik dalam pencapaian kompetensi siswa :

1. Assesment diagnostik kognitif. Untuk mengetahui capaian kompetensi. Metode untuk melakukan assesment diagnostik kognitif sudah tentu dilakukan melalui tes untuk mengukur capaian kompetensi peserta didik secara berkala.

2. Assesment diagnostik non kognitif. Untuk mengatui aspek psikologis atau emosional peserta didik juga dapat menilai aktivitas peserta didik. Salah satunya adalah melalui aplikasi “AKU PINTAR.”

 

00

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog