APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Perbedaan antara Psikolog, Psikiater, dan Konselor - Pilih Mana?

Menentukan bantuan yang tepat amat penting agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.

perbedaan psikolog, psikiater dan konselor,, Photo by Leuchtturm Entertainment on Unsplash

Perbedaan psikolog, psikiater, dan konselor itu apa, sih? Kalau kamu butuh ngobrolin kegalauanmu, lebih baik pilih konsultasi pikolog atau konsultasi psikiater? Terus, kira-kira biaya psikolog ataukah biaya psikiater yang lebih terjangkau oleh uang sakumu? Yuk, kita cari tahu, Sobat Pintar.

 

Psikolog

perbedaan psikolog, psikiater dan konselor
Photo by Fa Barboza on Unsplash

Kita mulai dari psikolog dulu deh, ya. Seorang psikolog adalah lulusan S1 Psikologi dengan gelar S.Psi (Sarjana Psikologi). Agar dapat menjalani profesi sebagai psikolog, kita harus melanjutkan kuliah di Program Studi Psikologi Profesi. Setelah selesai kuliah, barulah diperoleh gelar psikolog dan M.Psi (Magister Psikologi).

Ilmu Psikologi sendiri bersifat non-medis. Saat bekerja, seorang psikolog lebih fokus pada aspek sosial klien dengan, misalnya, memperhatikan kepribadian, kebiasaan, perilaku, cara berbicara, termasuk juga dengan mendengarkan ceritanya. Metode yang digunakan oleh psikolog bisa berupa psikoterapi ataupun konseling psikososial.

Peran psikolog banyak kita jumpai di dunia industri atau pendidikan. Human Resource Department selalu membutuhkan psikolog, terutama untuk memandu tes psikologi. Tes IQ, tes kepribadian, pendalaman minat bakat, hingga kesulitan belajar merupakan beberapa ranah yang membutuhkan peran seorang psikolog didalamnya.

Ruang lingkup kerja psikolog yang paling dekat dengan psikiatri adalah psikologi klinis. Pendekatan psikologi klinis menerapkan metode diagnosis gejala yang mirip dengan psikiatri, tetapi penanganannya berupa psikoterapi. Seorang psikolog klinis biasanya bekerja di rumah sakit atau klinik konsultasi.

 

Psikiater

konsultasi pikolog atau konsultasi psikiater
Photo by humberto chavez on Unsplash

Di atas telah disinggung tentang psikiatri. Psikiatri adalah ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan jiwa. Seorang psikiater adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan spesialisasi di bidang psikiatri. Gelar yang diperolehnya, setelah dr. dan S.Ked, adalah dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (SpKJ).

Dengan latar belakangnya sebagai dokter, seorang psikiater menangani pasien melalui pendekatan medis atau farmakoterapi – termasuk juga psikofarmakoterapi. Psikiater memiliki izin untuk melakukan terapi obat-obatan pada pasien, dan inilah yang membedakannya secara gamblang dari psikolog.

Psikiater juga dapat melakukan pemeriksaan fisik sebagaimana dokter pada umumnya dan menggunakan laboratorium untuk penelitian syaraf maupun otak. MRI, PET scanning, maupun alat pencitraan otak yang lain dapat membantu psikiater melakukan diagnosis penyakit mental, baik di rumah sakit maupun rumah sakit jiwa. Dengan kecakapannya dalam pengobatan medis, psikiater dapat mendiagnosis dan menangani kasus-kasus kesehatan atau gangguan mental yang cenderung lebih rumit, seperti bipolar, anxiety, OCD (Obsessive Compulsive Disorder), schizophrenia, PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), maupun depresi.

 

Konselor

depresi ke psikolog atau psikiater
Photo by LinkedIn Sales Solutions on Unsplash

Sebelumnya juga sempat disebutkan tentang konseling psikososial sebagai salah satu metode yang digunakan oleh psikolog. Salah satu pengertian konseling itu sendiri adalah adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Nah, ada dua pihak yang terlibat dalam suatu konseling nih, Sobat. Pertama, konselor adalah pihak yang memberikan bantuan, yang menggunakan pengetahuan dan keterampilannya. Kedua, klien atau konseli adalah pihak yang dibantu untuk mengatasi masalahnya. Baik psikolog maupun psikiater dapat disebut sebagai konselor lantaran keduanya dapat menerapkan konseling atau terapi wicara sebagai salah satu metode dalam bekerja.

 

Pilih Psikolog atau Psikiater?

yang dimaksud dengan konselor adalah
Photo by Patrick Pierre on Unsplash

Setelah mengetahui tentang perbedaan psikolog dan psikiater, sekarang kamu harus pilih yang mana nih, untuk melakukan konsultasi atau konseling? Misalnya, kalau depresi ke psikolog atau psikiater? Nah, ada beberapa pilihan yang bisa kamu ambil, Sobat Pintar.

Pertama, kamu bisa memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter umum. Dokter dapat melakukan diagnosis awal untuk kemudian memberikan rekomendasi apakah konsultasi psikolog atau konsultasi psikiater yang lebih tepat, sesuai dengan keadaan yang kamu alami.

Alternatif kedua, kamu bisa menemui psikolog. Jika dirasa perlu, psikolog pasti akan merujuk klien dengan gangguan mental yang berat ke psikiater agar mendapatkan pengobatan secara medis pula. Misalnya, kamu merasa sangat stres dan mengalami perubahan rutinitas sehari-hari sehingga menemui psikolog. Cara deteksi masalah yang dilakukan oleh psikolog adalah dengan melacak pola makanmu, pola tidurmu, dan seterusnya. Setelah sekian kali konseling, psikolog akan dapat menilai bilamana perlu memberikan rujukan kepada psikiater.

Psikiater melakukan pendekatan yang berbeda, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Pada contoh di atas, seorang psikiater takkan buru-buru memberikan diagnosis depresi. Psikiater akan memastikan dahulu apakah kamu memiliki masalah tiroid, misalnya, atau sekadar kekurangan vitamin tertentu. Jika pada akhirnya diagnosis medis mengarah pada diagnosis kesehatan mental, psikiater akan meresepkan obat yang dibutuhkan.

Apakah kamu bisa langsung menemui psikiater? Tentu saja, Sobat. Bahkan kamu bisa menemui psikolog dan psikiater secara bersamaan. Misalnya, psikiater dapat meresepkan obat-obatan bila diperlukan untuk membantu mengendalikan gejala, meningkatkan konsentrasi, dan menjalani konsultasi psikolog dengan lebih efektif. Setelah ada kemajuan, obat-obatan dapat perlahan diturunkan sambil intensitas terapi dengan psikolog ditingkatkan.

Namun yang lebih penting, sebaiknya jangan melakukan self-diagnose sebelum menemui psikolog atau psikiater. Misalnya, kamu sekadar membaca sebuah artikel tentang gejala depresi, lantas meyakini bahwa kamu mengalami depresi. Bahkan psikolog maupun psikiater saja membutuhkan beberapa sesi konseling sampai akhirnya tiba pada diagnosis depresi loh, Sobat. Jadi, jangan asal diagnosis diri sendiri, ya.

Oke, balik lagi nih, pilih konsultasi psikolog atau konsultasi psikiater? Secara umum, seseorang dengan masalah kesehatan mental dan mengalami gejala fisik yang cukup parah hingga kesulitan merawat diri sendiri dapat menemui psikiater. Ingat, gelar psikiater selalu ada dr. di depan namanya, sehingga kemungkinan untuk mendapatkan bantuan medis juga lebih besar.

Sementara itu, permasalahan yang membutuhkan terapi untuk mengendalikan emosi, perilaku, maupun pikiran akan terbantu oleh psikolog. Sekali lagi, jika gejala yang muncul terlalu berbahaya atau sangat irasional, psikolog pasti akan memberikan rujukan untuk berobat ke psikiater.

Pertimbangan berikutnya yang tak kalah penting adalah faktor biaya. Baik biaya psikolog maupun biaya psikiater sangat bervariasi di Indonesia. Di sisi lain, biasanya dibutuhkan lebih dari satu sesi atau pertemuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Terlepas dari berbagai pertimbangan di atas, yang terpenting adalah jalani konseling terlebih dahulu, Sobat. Barangkali dari satu sesi konseling saja kamu sudah dapat menyikapi masalah dengan lebih jelas. Dari situ, kamu masih bisa membuat pilihan apakah akan menjalani konsultasi psikologi atau konsultasi psikiater.

60

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog