APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Perbedaan Project Based Learning dan Problem Based Learning

Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels

Project Based Learning dan Problem Based Learning sering membuat bingung, apalagi sering sama-sama disingkat dengan singkatan PBL. Tetapi ada juga ada yang menyingkat Project based learning dengan PjBL untuk membedaannya dengan Problem Based learning (PBL). Supaya tidak bingung, yuk simak ulasan tentang perbedaan PBL dan PjBL berikut ini.

Project Based Learning


Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels

Project Based Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Metode ini menuntut siswa untuk dapat melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Project based learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif akan melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.

Karakteristik Project Based Learning (PjBL)

Project Based Learning (PjBL) memiliki karakteristik yang membedakannya dengan model-model pembelajaran yang lain, yaitu :

1. Pada pembelajaran berbasis proyek ini, sesuai dengan namanya proyek menjadi pusat dalam pembelajaran.

2. Project based learning (PjBL) berfokus pada pertanyaan atau masalah yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi dengan konsep atau prinsip ilmu pengetahuan yang sesuai.

3. Siswa membangun pengetahuannya dengan melakukan investigasi secara mandiri dan guru berperan sebagai fasilitator.

4. Project based learning menuntut keaktifan siswa karena model pembelajaran ini berpusat pada siswa atau student centered. Siswa bertindak sebagai problem solver dari masalah yang dibahas.

5. Kegiatan siswa difokuskan pada kegiatan yang menyerupai kegiatan atau situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas-tugas otetik untuk menghasilkan sikap profesional.

Tujuan Project Based Learning (PjBL)

Apa sih, tujuan dari metode pembelajaraan Project Based Learning?

1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek.

2. Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

3. Untuk membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil berupa produk nyata.

4. Untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola alat dan bahan untuk menyelesaikan tugas atau proyek.

5. Untuk meningkatkan kolaborasi antar siswa khususnya pada kegiatan yang bersifat kelompok.

 Langkah-langkah penerapan Project Based Learning

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat Guru Pintar lakukan untuk menerapkan project based Learning:

1. Pelajaran dibuka dengan menyuguhkan sebuah pertanyaan yang menantang (essential question). Pertanyaan tersebut harus dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang membantu siswa untuk menjawab permasalahan atau pertanyaan tersebut. Biasanya, topik yang diambil sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.

2. Langkah selanjutnya adalah merencanakan proyek. Perencanaan proyek dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa. Harapannya, siswa akan merasa ikut memiliki proyek tersebut. Perencanaan meliputi aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.

 3. Setelah melakukan perencanaan, selanjutnya adalah membuat timeline atau jadwal aktivitas. Jadwal akan membuat siswa fokus pada aktivitasnya. Oleh karena itu, waktu penyelesaian proyek harus jelas. Guru harus memberi kesempatan siswa untuk menggali hal-hal baru. Dan guru wajib mengingatkan apabila aktivitas siswa melenceng dari tujuan proyek. Karena proyek yang dilakukan oleh siswa membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, guru dapat meminta siswa untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam pelajaran sekolah. Hasil proyek yang telah selesai dikerjakan akan dipresentasikan di kelas.

4. Guru melakukan tugas pengawasan terhadap jalannya proyek. Kegiatan monitoring ini dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap prosesnya. Pada tahap ini guru berperan sebagai mentor yang mengajarkan kepada siswa bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap siswa dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.

5. Setelah proyek selesai, ini saatnya untuk melakukan penilaian terhadap produk yang dihasilkan. Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberikan umpan balik (feedback) tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh siswa, dan selanjutnya sebagai panduan guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk biasanya dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.

6. langkah terakhir dalam implementasi PjBL adalah kegiatan evaluasi. Di akhir proses pembelajaran PjBL ini, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dikerjakan. Proses refleksi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Contoh project based learning yang dapat dilakukan untuk anak kelas 1 SD misalnya membuat konektor masker. Permasalahan adalah bagaimana membuat orang suka mengenakan masker di masa pandemi untuk mencegah penularan virus covid 19.

PjBL ini dapat mengintegrasikan beberapa pelajaran misalnya Matematika, SBDP, dan Bahasa Indonesia. Di pelajaran Matematika kelas 1 ada materi tentang pola bilangan. Guru dapt meminta siswa membuat konektor masker dengan pola bilangan tertentu sehingga produk yang dihasilkan terlihat cantik. Keterampilan siswa merangkai dan meramu alat dan bahan dapat dinilai dalam pelajaran SBDP. Sedangkan bagaimana siswa mempresentasikan atau menuliskan langkah-langkah pengerjaan berikut kendala yang dihadapi, dapat dikategorikan dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Problem Based Learning

project based learning vs problem based learning
Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels

Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah metode yang mengenalkan siswa pada suatu kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi yang dibahas. Siswa kemudian akan diminta untuk mencari solusi untuk menyelesaikan kasus/masalah tersebut. Bedanya pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran berbasis proyek adalah pada pembelajaran berbasis masalah, solusi yang ditawarkan tidak harus berbentuk produk. Proses pencarian jawaban dari masalah yang dihadapi merupakan fokus utama dan hasil akhirnya bukanlah menentukan salah atau benar karena bersifat terbuka.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

1. Bersifat students-centered atau berpusat pada siswa.

2. Dapat diselesaikan dalam waktu yang pendek (singkat) atau tidak terlalu lama.

3. kegiatan dimulai dengan sajian masalah yang harus dipecahkan atau dipelajari lebih lanjut oleh siswa. Masalah yang disajikan seringkali dibingkai dalam skenario atau format studi kasus. Masalah biasanya akan dirancang dengan meniru kompleksitas permasalahan di kehidupan nyata. Tugas belajar yang dilakukan siswa pun sangat bervariasi dalam cakupan, waktu dan kecanggihan.

4. Hasil akhirnya adalah solusi dari masalah yang diberikan dan tidak harus dalam bentuk produk khusus. Bisa saja hasil akhirnya berupa tulisan atau presentasi.

Langkah-Langkah Penerapan Problem Based Learning

1. langkah pertama adalah menyampaikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian, guru menyajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan siswa. Masalah ini berguna untuk meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan analisis, juga inisiatif. Setiap siswa harus memahami berbagai istilah serta konsep yang ada dalam masalah. Guru memiliki peran penting sebagai pemberi motivasi agar setiap siswa terlibat langsung dalam pemecahan masalah. Contoh Problem based learning misalnya guru menunjukkan sebuah foto atau video tentang sampah yang menumpuk di pinggir  jalan.

2. langkah kedua yaitu pengorganisasian siswa. Setiap siswa dalam kelompoknya akan menyampaikan informasi yang sudah dimiliki tentang masalah yang ada. Kemudian, mereka akan berdiskusi untuk membahas informasi faktual, dan juga informasi yang dimiliki setiap siswa. Pada tahap ini kegiatan brainstorming dilakukan. Guru berperan membantu siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang relevan dengan masalah yang disajikan.

Dari langkah pertama, Guru meminta siswa memberikan pendapatnya tentang gambar  atau video yang diberikan. Dan dibimbing untuk dapat mengidentifikasi masalah yang ditimbulkan dari gambar tersebut yang harus ditemukan penyelesaiannya.

3. Selanjutnya, Guru melakukan kegiatan pembimbingan untuk mendorong siswa dalam pengumpulan informasi yang relevan, melaksanakan eksperimen, hingga mendapat insight untuk pemecahan masalah. Pada tahap ini guru dapat memberikan lembar kerja yang dapat memandu siswa dalam melakukan investigasi, mendalami materi, dan untuk menemukan solusi.

4. Guru selain melakukan proses pembimbingan juga dapat membantu siswa ketika proses perencanaan dan penyajian hasil akhir. Beberapa di antaranya seperti video, model, laporan, dan membagi tugas di antara anggota dalam kelompok.

Tahap keempat ini adalah periode dimana siswa mencatat  data hasil penyelidikan kelompok dalam Lembar Kerja, mengolah data yang diperoleh dari kelompoknya, dan menjawab pertanyaan pada Lembar Kerja. Selanjutnya siswa menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk yang sudah disepakati. Bisa menggunaka taabel, infografis, dan lain sebagainya.

5. Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi dan juga refleksi. Guru dapat mengarahkan siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi dalam setiap proses yang dijalankan dalam penyelidikan. Pada akhir pembelajaran, siswa dan guru mengevaluasi hasil penyelidikan melalui diskusi kelas. Guru membimbing siswa untuk menganalisis hasil pemecahan masalah tentang jumlah penduduk dan sampah di lingkungan sekitar. Siswa diharapkan menggunakan buku sumber untuk membantu mengevaluasi hasil diskusi. Selanjutnya, siswa akan mempresentasikan hasil penyelidikan dan diskusi di depan kelas dan kemudian dilakukan kegiatan penyamaan persepsi.  Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah dipelajari siswa menggunakan  paper and pencil test atau authentic assessment.

Demikianlah perbedaan project Based learning dan Problem Based Learning. Semoga tidak bingung lagi ya, Guru Pintar!

00

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog