APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Selamat Tinggal UN, Ayo Terus Semangat Belajar

Meskipun tanpa Ujian Nasional, bukan berarti belajar boleh berhenti.

Selamat Tinggal UN, image credit icons8.com

Keputusan Kemendikbud untuk menjadikan UN 2020 sebagai Ujian Nasional yang terakhir menuai pro dan kontra. Tapi sebenarnya kenapa dan bagaimana Kemendikbud sampai pada keputusan ini? Bukan, bukan karena demi mewujudkan harapan kita sekolah tanpa UN, Sobat.

 

Peringkat Indonesia Berada pada 10 Terakhir

Adalah PISA, Programme for International Student Assessment, sebuah survei yang mengukur seberapa baik kinerja pelajar pada tingkat pendidikan menengah. Selain kinerja pelajar, PISA juga menjadi evaluasi seberapa baik sistem pendidikan negara-negara di dunia.

Survei PISA dilakukan setiap tiga tahun sekali. Untuk mengukur kinerja pelajar, PISA menilai tiga poin pendidikan yaitu matematika, literasi, dan sains. Akumulasi rata-rata skor ketiganya menjadi tolok ukur pemeringkatan PISA yang kemudian dirilis oleh OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development).

Rilis terbaru PISA tahun 2018 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-71 dengan skor 1146. Pada rilis PISA sebelumnya (2015), Indonesia berada diperingkat ke-62 dengan skor 1186. Bila PISA 2018 memeringkatkan 78 negara, PISA 2015 menyertakan 70 negara saja. Unfortunately, berapapun jumlah negara yang disurvei oleh PISA, posisi Indonesia tetap berada kelompok 10 terakhir.

 

Peringkat Indonesia Dibandingkan Negara Lain

Mari kita bandingkan skor PISA Indonesia dengan negara tetangga terdekat, Singapura. Pada survei PISA 2015, Singapura berada pada peringkat pertama dengan total skor 1655. Pada survei PISA 2018, Singapura turun menjadi diperingkat kedua. Meskipun peringkatnya turun, total skor Singapura justru naik, menjadi 1669.

Bagaimana perbandingan skor Singapura dengan Indonesia pada PISA 2018? Untuk matematika, Singapura berada pada peringkat ke-2 dengan skor 569 sedangkan Indonesia diperingkat ke-73 dengan skor 379. Untuk literasi, Singapura diperingkat ke-2 dengan skor 549 sedangkan Indonesia diperingkat ke-74 dengan skor 371. Dan untuk sains, Singapura berada diperingkat ke-2 dengan skor 551 sedangkan Indonesia diperingkat ke-71 dengan skor 396.

Bila total skor Singapura naik tetapi peringkatnya turun, berarti terjadi peningkatan kualitas pendidikan sejak tahun 2015 ketahun 2018 diberbagai negara. Pertanyaannya, kenapa justru total skor Indonesia turun sekaligus dengan peringkatnya juga, ya?

 

Berkaca pada Sistem Pendidikan Singapura

Tak perlu jauh-jauh melihat negara lain di seberang benua, mari kita lihat bagaimana Singapura mampu menghasilkan skor PISA yang tinggi. Pertama, kualitas lembaga pendidikan di Singapura seluruhnya setara – baik lokasinya di tengah kota maupun pinggiran, baik kampus vokasi maupun non-vokasi. Kedua, kualitas guru di Singapura sangat baik.

Ketiga, sistem pendidikan Singapura fokus pada sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM). Pelajar disekolah dasar hingga lanjutan wajib belajar sains dan matematika. Selain itu, setiap topik pelajaran dipelajari secara konseptual – bukan sekedar menghafal.

Keempat, Singapura menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pelajaran di kelas. Bahasa Inggris telah diterima sebagai bahasa perdagangan dunia dan ilmu pengetahuan. Maka semakin baik penguasaan Bahasa Inggris oleh generasi muda Singapura, harapannya semakin lapang pula kesempatan Singapura menjadi negara global.

 

Kompetensi Minimum, Bekal Belajar Sepanjang Hayat

Melihat posisi Indonesia yang cukup mengenaskan tersebut, maka Kemendikbud melakukan beberapa perubahan dalam sistem pendidikan kita. Salah satunya ialah dengan menghapus Ujian Nasional, kemudian menggantinya dengan Penilaian atau Asesmen Kompetensi.

Kompetensi apa saja yang akan diukur? Kompetensi literasi dan numerasi kita nantinya akan menjadi fokus pembelajaran di sekolah. Bukan sekedar membaca, tetapi kompetensi literasi berarti kita minimal mampu memahami konsep dibalik suatu bacaan. Demikian juga dengan numerasi, berarti kita minimal dapat menggunakan konsep berhitung sesuai konteks yang dibutuhkan.

Harapannya, dengan kemampuan minimal tersebut, kedepannya kita dapat belajar apapun ilmu pengetahuan yang ingin dipelajari. In other words, kita belajar tentang bagaimana cara belajar yang baik – bukan sekedar belajar demi mengejar nilai. Lagipula, bukankah kita akan terus belajar seumur hidup kita?

520

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar
mari kita kejar ketertinggalan tersebut
00
oh hayo
00
goodby UN
00
good
00
good
00
marii......
00
yahhhh
00
bye² UN
00

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog