APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Stereotipe tentang Ekstrovert dan Introvert

Psikologi Pelajar dan Mahasiswa

photo via www.verywellmind.com

Kamu sering mengkategorikan, atau malah dikategorikan, seseorang sebagai introvert atau ekstrovert? Misalnya, temanmu yang lebih suka sendirian dalam suasana tenang dan tak banyak orang dianggap sebagai seorang introvert. Sementara mereka yang suka heboh dalam suasana ramai sering dianggap sebagai ekstrovert. Nggak salah, sih – maksudnya, nggak salah emang gitu stereotipenya yang populer. Tapi sekali lagi, ini hanya stereotipe.

 

Semua Berawal dari Otak

Kecenderungan seseorang untuk bersikap lebih ekstrovert atau introvert dipengaruhi oleh keadaan otaknya. Ya, untuk memastikan ekstrovert-introvertnya seseorang, bawa dia untuk diperiksa dengan CT scan.

Seorang introvert memiliki prefrontal cortex yang lebih tebal, menandakan dia suka mikir dan bikin rencana. Sementara itu, CT scan kepala seorang ekstrovert menunjukkan area prefrontal cortex, bagian otak dibelakang keningmu itu, dalam ukuran yang lebih kecil dibanding milik introvert.

 

Kelebihan dan Kekurangan Ekstrovert dan Introvert

Seorang introvert yang secara alami banyak mikir bisa menderita depresi, sedangkan seorang ekstrovert yang sering dianggap mudah membaur dan bersosialisasi bisa melakukan tindakan impulsif tanpa pertimbangan matang.

Apakah seorang introvert nggak bisa bersosialisasi? Oh, salah! Orang-orang introvert memang lebih suka sendirian, tapi sebenarnya mereka suka ngobrol asyik bareng orang-orang terdekatnya – mungkin orang tua, saudara kandung, sahabat, dan lain-lain.

Dibanding introvert, seorang ekstrovert suka tampil dan menikmati dirinya menjadi pusat perhatian. Apakah ini berarti seorang introvert selalu berada dibalik layar? Salah juga! Karena hobi mikir, seorang introvert biasanya punya ujung pangkal pemikiran yang lebih runtut dibanding ekstrovert. Dengan sedikit latihan pidato dan tampil dimuka umum, ide-ide dan pemikiran seorang introvert tak jarang lebih memukau daripada orasi heboh seorang ekstrovert.

 

Ekstrovert-Introvert Menurut Carl G. Jung

Carl Gustav Jung, seorang psikiater dari Swiss, adalah pakar psikologi analitis yang menghadirkan istilah ekstrovert dan introvert sebagai dua orientasi kepribadian. Perlu digarisbawahi kata orientasi, ya. Kamu nggak bisa semena-mena mengkategorikan seseorang masuk kedalam kelompok ekstrovert atau introvert. Nggak ada orang yang murni ekstrovert maupun sepenuhnya introvert. Yang ada, orang itu cenderung lebih ekstrovert atau cenderung lebih introvert.

Alih-alih mendefinisikan keduanya sebagai kategori, mulailah memandang ekstrovert dan introvert sebagai dua kutub yang berlainan – seperti kutub utara dan selatan bumi. Mungkin kamu dilahirkan di kutub utara, sementara seseorang yang lain dilahirkan di kutub selatan. Trus kalian saling mengembara menjelajah bumi, sampai bisa saling mencapai kutub satu sama lain.

Begitu juga dengan orang ekstrovert dan introvert. Dalam perjalanan hidupnya, seorang introvert bisa bekerja dalam tim yang rame sebagaimana seorang ekstrovert juga bisa bekerja sendirian pada waktu diperlukan. Tingkat fleksibilitasmulah yang menentukan jurusan kuliah atau pekerjaan apa yang paling sesuai dengan kepribadianmu.

Jadi, nggak ada yang lebih baik antara ekstrovert maupun introvert. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Pada akhirnya, perbedaan yang ada membentuk sebuah tatanan kehidupan bersama yang bermanfaat bagi satu sama lain. Nah, udah clear sampai sini, ya?

390

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog