APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Strategi Pembelajaran Flipped Classroom

Alternatif seru belajar di era kenormalan baru

Foto oleh Vlada Karpovich dari Pexels

Pembelajaran di era kenormalan baru atau sekarang bukan bahkan disebut better normal banyak menghadapi berbagai tantangan. Flipped Classroom didengung-dengungkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang sangat sesuai dengan era kenormalan baru ini.

Pada hakikatnya konsep dasar belajar adalah tentang bagaimana menciptakan pengalaman bermakna bagi siswa supaya dapat menimba ilmu. Menciptakan pengalaman bermakna bagi siswa dapat meliputi tiga hal, yaitu:

1.  Menciptakan ekosistem bagi siswa untuk mau belajar

2. Menciptakan pengalaman yang kontekstual untuk siswa.

3. Menciptakan rasa keingintahuan yang besar (curiosity) siswa

Untuk dapat mewujudkan ketiga hal di atas, metode pembelajaran yang Guru Pintar terapkan harus diselaraskan dengan karakteristik generasi yang dihadapi saat ini.

Apa Itu Flipped Classroom?


Foto oleh Julia M Cameron dari Pexels

Karakteristik siswa saat ini sangat dekat dan menyukai teknologi. Guru Pintar dituntut memiliki kemampuan untuk memanfaat teknologi sebagai alat untuk menciptakan pengalaman bermakna dalam proses belajar mengajar. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi dalam flipped classroom. Ada dua term yang sering diartikan sebagai hal yang sama padahal berbeda yaitu flipped classroom dan flipped learning. flipped classroom adalah sebuah strategi pembelajaran dalam blended learning yang membalikkan struktur belajar “kelas” dan metode Pembelajaran. Biasanya proses pemberian materi dilakukan di Sekolah dan pendalaman materi dapat dilakukan di luar Sekolah melalui tugas, diskusi, dan lain sebagainya. Dalam flipped classroom, berlaku sebaliknya. Pemberian materi/ lecturing diberikan di luar Sekolah, dan kegiatan pendalaman materi atau konsep yang telah diberikan sebelumnya dilakukan di Sekolah melalui diskusi, pemecahan masalah, pemikiran kritis, dan lain sebaliknya. Setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk memperdalam lagi pengetahuannya di luar kelas melalui rangkaian asesmen dan evaluasi.

Flipped classroom memungkinkan siswa untuk mengakses berbagai materi pelajaran dengan lebih fleksibel. Strategi ini juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar sehingga menjadi lebih aktif. Bagi guru, flipped classroom memberi kesempatan guru untuk mendampingi siswa lebih baik lagi dan juga memberikan pembelajaran berdiferensiasi bagi siswa dengan kebutuhan dan karakteristik yang berbeda.

Sedangkan flipped learning adalah sebuah pendekatan pedagogis dimana proses pembelajaran berpindah dari pembelajaran berkelompok (kelas) ke pembelajaran individu dengan lingkungan yang dinamis, interaktif dan guru dapat membimbing siswa untuk belajar secara kreatif. Flipped learning secara fundamental memiliki 4 (empat pilar) yang harus dipahami dalam penerapannya di kelas, yaitu:

1. Flexible environment atau lingkungan belajar yang fleksibel.

Poin penting pada pilar yang pertama ini antara lain: menciptakan ruang dan waktu yang fleksible dan memungkinkan siswa berinteraksi dan kebutuhan belajar mereka; secara terus menerus mengamati dan memonitor siswa untuk melakukan penyesuaian; dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan gaya belajar yang berbeda dan variatif dan mendemonstrasikan penguasaan materi.

2. Learning culture atau budaya belajar.

Hal yang perlu diperhatikan dalam budaya belajar antara lain: memberikan kepada siswa kesempatan untuk melakukan kegiatan yang bermakna secara mandiri; melakukan scaffolding pada aktivitas yang dikerjakan dan semua siswa dapat mengakses dengan segala perbedaan dan feedback.

3. Internal content

Pada pilar ketiga ini, Guru Pintar harus mengetahui dan memahami  tiga berikut ini:

a. Penerapan konsep dalam pembelajaran agar siswa mengakses dan belajar sendiri terlebih dahulu.

b. Merancang dan menciptakan materi pembelajaran dalam bentuk video atau sejenisnya yang mudah diakses siswa.

c. Merancang materi yang berbeda beda sesuai dengan kebutuhan dan karakter siswa dan dapat diakses oleh semua siswa.

d. Professional educator  atau pendidik profesional

Guru sebagai pendidik profesional harus mampu untuk melakukan hal berikut ini:

a. Selalu ada baik bagi individu, kelompok kecil dan memberikan feedback kelas ketika dibutuhkan oleh siswa

b. Melakukan penilaian selama pembelajaran berlangsung misalnya dengan melakukan observasi dan perekaman data untuk bahan evaluasi selanjutnya.

c. Melakukan kolaborasi dan juga refleksi dengan guru-guru lainnya untuk melakukan transformasi dan praktik baik.

Model Flipped Classroom dapat mendorong menuju Flipped Learning. Tetapi tidak selalu harus dilakukan.

Implementasi Metode Flipped Classroom

Flipped Classroom
Flipped Classroom adalah suatu bentuk pembelajaran blended (melalui interaksi tatap muka dan virtual/online) yang menggabungkan pembelajaran sinkron dengan pembelajaran mandiri yang asinkron. implementasi metode flipped classroom dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu: pre-class (sebelum kelas), in-class (saat kelas dimulai), dan after class (setelah kelas selesai).

Sebelum kelas dimulai, siswa sudah mempelajari materi yang akan dibahas. Pada kegiatan ini siswa diharapkan mampu mengingat (remembering) dan mengerti (understanding) materi yang akan dipelajari. Pada kegiatan in-class, siswa dapat mengaplikasikan (applying) dan menganalisis (analyzing) materi yang telah dibaca.dipelajari melalui berbagai kegiatan interaktif di dalam kelas. tahap ketiga adalah mengevaluasi (evaluating) dan mengerjakan tugas berbasis project tertentu sebagai kegiatan setelah kelas berakhir (creating).

Manfaat dan tantangan Penerapan metode Flipped Classroom

Metode flipped classroom dapat membawa dampak yang baik secara langsung maupun tidak langsung bagi siswa maupun guru. apa saja manfaat yang dapat Guru Pintar dapatkan dengan mengimplementasikan metode ini?

1. Perubahan peran guru dan siswa

Salah satu manfaat dari metode flipped classroom adalah memberikan siswa lebih banyak tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Siswa menjadi lebih aktif dan dapat mengatur waktu ataupun tempat yang paling nyaman untuk belajar. Siswa juga dapat mengulang kembali jika ada materi yang masih belum dipahami. Pembelajaran dengan flipped classroom adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (students-centered learning).

Dalam flipped classroom, Guru dapat mendedikasikan lebih banyak waktu di kelas untuk kegiatan pembelajaran yang menarik dan interaktif atau proyek yang sifatnya lebih menekankan pada praktik. Guru menjadi fasilitator atau coach bagi setiap siswa.

2. Pembelajaran yang berdiferensiasi

Guru yang menerapkan strategi ini akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengamati siswa mereka dalam memahami suatu materi, serta dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka. Pada kelas tradisional guru sering hanya fokus pada siswa yang aktif dan dominan di kelas sehingga siswa yang kurang aktif kurang memiliki kesempatan untuk diperhatikan. Dengan Flipped classroom, Guru Pintar dapat menyesuaikan konten, proses, dan produk yang ingin dihasilkan dengan kebutuhan dan karakter setiap siswa.

3. Siswa lebih percaya diri dan terlibat dalam pembelajaran

Siswa akan memiliki tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Hal ini mendorong mereka untuk dapat mengembangkan keterampilan belajar individual yang lebih efektif. Saat mengalami kesulitan, siswa dituntut untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri. Kemandirian yang terbentuk dari peroses pembelajaran ini dapat menyebabkan peningkatan kepercayaan diri di kelas yang dapat berdampak positif pada peningkatan keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran.

Tantangan yang Dihadapi dalam Implementasi Flipped Classroom

1. Self-regulation siswa yang masih rendah

Saat perubahan terjadi, normalnya harus diiringi dengan penyesuaian pada perubahan tersebut. Dalam hail ini. siswa membutuhkan dukungan untuk dapat melakukan penyesuaian terhadap konsep pembelajaran flipped classroom ini. Strategi pembelajaran flipped classroom memerlukan tingkat motivasi dan pengaturan diri (self-regulation) yang tinggi dari siswa. Jika siswa belum mampu beradaptasi dan masih berperilaku sama seperti saat pembelajaran konvensional, bukan tidak mungkin mereka akan mengalami banyak kendala dalam proses pembelajaran. Peran Guru Pintar dalam memberikan pendampingan dan pengarahan sangat dibutuhkan.

2. Harus mampu mengelola waktu dengan baik

Time management masih menjadi kendala utama dalam penerapan flipped classroom. Guru Pintar harus dapat memberikan tips mengelola waktu pada siswa supaya mereka terbiasa dan memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas pra-kelas. Dengan demikian kegiatan pembelajaran in-class dapat berjalan lancar dan mampu mencapai taret yang diinginkan.

3. Penguasaan Teknologi oleh guru

Peran teknologi dalam penerapan flipped classroom sangat besar. Guru Pintar diharapkan mampu menggunakan teknologi dengan baik, misalnya menggunakan learning management system (LMS), menyelenggarakan kuis online, membuat presentasi materi yang menarik, serta membuat media seperti video dan media digital lainnya. Guru yang gaptek sudah dipastikan akan sedikit tertatih-tatih dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran ini. Oleh karena itu, jangan malas untuk mempelajari hal-hal baru terutama teknologi yang dapat mendukung pembelajaran.

Nah, Guru Pintar! Yuk, jadikan flipped classroom sebagai momentum untuk menyelenggarakan kelas yang lebih kreatif dan meyenangkan bagi semua siswa. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna.

sumber: 

https://www.dyknow.com/blog/what-is-the-flipped-learning-model/

https://www.dyknow.com/blog/how-to-implement-a-flipped-classroom-model/

https://itell.or.id/flipped-learning-atau-flipped-classroom-pembelajaran-berbasis-teknologi-dengan-generasi-post-millenial/

https://blog.capterra.com/flipped-classroom-vs-flipped-learning-whats-the-difference/

00

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog