APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Mahasiswa Inzah Genggong Dididik Jadi Pelopor Kajian Aswaja

avatar penulis

Fikha Ardiani

19 September 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan (Inzah) Genggong Kraksaan Kabupaten Probolinggo saat ini memiliki tiga Fakultas dengan 10 Program Studi (Prodi). Semua fakultas mengarah pada pembentukan sarjana yang mendorong terwujudnya Mabadi’ Khairu Ummah.

Di antaranya Fakultas Tarbiyah dengan enam prodi, Prodi Pendidikan Agama Islam (PBA), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Manajemen Islam (PMI) dan Akhlak Tasawuf (AT).

Fakultas Syariah dengan dua prodi, Perbandingan Madzhab (PM) dan Prodi Ahwal Syakhsiyah (AS) atau hukum keluarga. Sementara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam memiliki dua prodi, Prodi Ekonomi Syari’ah (ES) dan Perbankan Syari’ah (PS).

Sebagai pengembangan prodi dan perluasan akses keilmuan kepada masyarakat, Inzah akan mengajukan beberapa prodi umum seperti Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Matematika, IPA dan IPS. Serta program pascasarjana (S2) yang terkonsentrasi pada prodi Menajemen Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam.

“Selain itu, arah pengembangan ke depan, orientasinya pada penampilan fisik, personalia, peningkatan pelayanan dan prestasi. Sehingga, Inzah jadi kampus yang memiliki identitas kampus Khairu Ummah dan mahasiswa dididik jadi pelopor Khairu Ummah,” ujar Rektor Inzah Genggong DR H Abd Aziz Wahab, Kamis (21/1).

Menurutnya, terkait dengan khairu ummah, mahasiswa dididik menjadi pelopor kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dengan mengamalkan aqidah, syariat, dan akhlak seperti ulama NU dan ulama pesantren.

“Khairu ummah adalah manusia terbaik dalam kehidupan bermasyarakat. Artinya,  setelah menyandang gelar sarjana, alumni bisa menjadi seorang intelektual, ilmuwan, praktisi dan profesional yang saleh. Indikatornya, dengan menyandang gelar sarjana apa pun, mahasiswa bisa menghambakan diri secara maksimal kepada Allah SWT, diri sendiri, taat kepada agama dan memiliki tanggung jawab terhadap sesama.” katanya.

Pria yang juga Kepala Biro Pendidikan Pesantren Zainul Hasan Genggong itu mengatakan, untuk membentuk pelopor khairu ummah mahasiswa digembleng melalui forum kajian selama menempuh bangku kuliah. Forum kajian itu di antaranya kajian Aswaja yang dilaksanakan oleh Aswaja Center NU kampus secara berkala. Pada kajian Aswaja itu mahasiswa terbaik akan ditugaskan mengabdi di masyarakat.

“Di sini juga ada forum kajian bahasa melalui pusat studi bahasa Arab dan bahasa Inggris yang dilaksanakan dengan sistem SKS dan non SKS selama 1 tahun atau dua semester. Yang berprestasi akan ditugaskan mengabdi di pesantren untuk mengajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris selama satu bulan. Tahun kemarin ada 20 pesantren. Tahun ini ada peningkatan, 40 pesantren,” ungkapnya.

Pada akhir semester empat mahasiswa selama sebulan digembleng di pusat studi kajian kitab kuning dan Al-Qur’an dengan metode Amtsilaty (baca cepat). Juga metode baca kitab Ibtida’i (pemula) dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

Menurutnya, ada juga pusat studi Asmaul Husna, bimbingan Al Qur’an dengan metode Qur’aniyah. Serta pembinaan kewirausahaan dengan membentuk beberapa kelompok Pos Daya berbasis masjid yang bekerjasama dengan masyarakat yang dilaksanakan pada semester tujuh.

“Materinya kewirausahaan dan penanaman aqidah Aswaja dan cinta negara. Untuk kewirausahaan bersama masyarakat, mahasiswa telah berhasil membuat produk krupuk ikan, pertanian, aneka kerajinan tangan dan lain lain,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

 

http://www.nu.or.id/post/read/65196/mahasiswa-hasan-genggong-dididik-jadi-pelopor-kajian-aswaja