APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

KILAS BALIK STT BAPTIS PAPUA Dalam Rangka Dies Natalis Ke-39, 14 Februari 1979 S/D 14 Februari 2018

avatar penulis

nurzubai ca

30 October 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Dalam rangka memperingati  Dies Natalis ke 39 STT Baptis Papua, maka kita semua diajak menengok ke belakang untuk mengikuti tapak-tapak perjalanan Lembaga Pendidikan Tinggi Teologi  dari  Gereja-gereja Baptis Papua ini  yang dikemas dalam bentuk Kilas Balik STT Baptis Papua.

Adapun  Perayaan Tema HUT STT Baptis Papua Ke-39 tahun ini adalah

“HIDUP UNTUK  MEMBERI BUAH”

STT Baptis adalah, hasil,  buah, wujud  dari pekerjaan Iman dari “ mereka yang terpanggil dan  diutus  untuk membawa kabar baik/Injil”.  Inilah yang disebut oleh Rasul Paulus, dalam kitab Roma 10:15,  “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik”.  Di ujung gedung kantor  maupun gedung kuliah  STT Baptis tertulis  dua nama  misionaris.  Nama mereka dikenang, karena mereka bagian dari badan Misi yaitu: The Australian Baptist Missionary Society(ABMS),  yang  membawa kabar baik kepada suku yang sebelumnya mereka tidak kenal 62  tahun yang lalu (1956) di Balim Utara.   Injil itu  ditanam  dan berbuah di antara orang-orang Lani di Balim Utara.  Hanya karena tindakan  Iman dari penerima Injil, kabar baik itu, STT Baptis ini disetujui bersama untuk didirikan.    Para tokoh gereja di kala itu, (tahun 1979),  tidak banyak mengerti tentang tingkat pendidikan yang biasa ditempuh.  Usia Organisasi Gereja Baptis waktu itu baru 13 tahun.  Sebagian besar dari mereka  adalah tamatan “Buta Huruf dan Sekolah Alkitab Bahasa Lani”.   Mereka hanya mendengar bahwa, kalau seseorang  bisa menjadi Pendeta,  seperti Pdt. J.K. Karetji,  bisa ditempuh melalui belajar  Sekolah Teologia.   Karena itu mereka merindukan adanya sebuah sekolah yang namanya “Sekolah Teologia itu”,  seperti yang ada di Australia, tempat asal Misi ABMS dimana Pendeta Karetji belajar, dan sekolah seperti  itu harus ada di Tiom, supaya anak-anak  mereka suatu kali kelak bisa sekolah pendeta dan menjadi pendeta.  Mereka tidak banyak memahami sekolah teologia itu seperti apa, siapa saja menjadi dosen/tenaga pengajar, fasilitas seperti  apa, biayanya  seperti apa, harus dibangun dimana, dan sebagainya, kecuali Pendeta Karetji dan beberapa Misionaris yang memahaminya.   Karena itu para Misionaris  keberatan untuk mendirikan Sekolah Teologia itu, karena tidak mudah dan penuh resiko.   Namun yang terpenting bagi mereka adalah, “komitmen atau sepakat untuk  sekolah teologia itu harus ada”.   Hanya melalui dorongan iman itulah, dengan berani  menggambil keputusan  mendirikan “Institut Theologia Baptis Irian Jaya”.   Komitmen Iman seperti itu hanya datang karena Injil yang tertanam dalam hati mereka dan buah Iman mereka kepada Tuhan Yesus.   Tanpa  diutus  dan menjadi pemberita Injil, kabar baik itu,  dan tanpa respon terhadap Injil oleh orang-orang  di Balim Utara, maka  tidak akan pernah ada kampus hijau di jalan Jeruk Nipis Kotaraja-Jayapura.   STT Baptis Papua yang kita rayakan HUT ke 39 tahun  2018  ini,  adalah salah satu kenyataan hasil kerja buah Iman kepada Tuhan Yesus Kristus.  Para pendiri merindukan agar, STT Baptis kelak akan menghasilkan buah, yaitu melalui mereka yang diperlengkapi di Lembaga Pendidikan ini, dan dengan tujuan itulah,  para pendiri memilih  motonya yaitu,“…untuk  memperlengkapi orang-orang kudus  bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (Ef.4:12).