APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Kopi Luwak Racikan Mahasiswa UNEJ Sabet Medali Emas di Taiwan

avatar penulis

Azrul Prayoga

31 March 2020

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) meraih medali emas di ajang Kaohsiung International Invention and Design Expo. Berkat penemuan kopi luwak artifisialnya, mahasiswa program studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Teknologi Pertanian Tri Angga Maulana, M. Ali Firdaus dan Bagas Rizky Aldiano berhasil memboyong medali emas dalam ajang yang diadakan kota Kaohsing, Taiwan, pada 9 sampai 11 Desember 2016. Selain menyabet medali emas mereka juga mendapatkan tiga penghargaan spesial dari Kanada, Polandia, dan Macau berkat kopi tersebut.

Kaohsiung International Invention and Design Expo adalah kegiatan tahunan yang dimotori oleh World Invention Intellectual Property Association (WIIPA). Acara yang bertujuan untuk mengangkat hasil-hasil temuan baru ke level internasional, meningkatkan kerjasama antara penemu, membantu paten temuan baru, serta mendorong kaum muda khususnya kalangan mahasiswa untuk aktif melakukan penelitian yang dapat menghasilkan penemuan baru.

Tri Angga Maulana menjelaskan kopi luwak artifisial buatan mereka sebenarnya bukan yang pertama. “Namun yang membedakan kopi luwak artifisial kreasi kami dengan yang lain adalah pada kadar cita rasa dan aromanya. Dari tes cita rasa dan aroma yang dilakukan oleh Pusat Kopi dan Kakao Jember, kopi luwak artifisial kami mendapatkan nilai 85,25. Sementara nilai cita rasa dan aroma kopi luwak yang asli adalah 86, jadi kopi buatan kami sudah mirip dengan kopi luwak asli,” kata Angga, seperti dikutip dari laman unej.ac.id.

Bermodal hasil tes cita rasa dan aroma ini, Angga dan kawan-kawan memutuskan mengikuti Kaohsiung International Invention and Design Expo. M. Ali Firdaus menceritakan asal mula bagaimana sampai mereka menemukan dan mengembangkan kopi luwak artifisial.

“Proyek ini berawal dari fakta bahwa ada pro kontra terhadap produk kopi luwak. Penyayang hewan tidak setuju karena luwak dipaksa untuk makan kopi, ada juga yang meragukan kebersihan dan kehalalan kopi luwak. Di lain sisi harga kopi luwak sangat menjanjikan sehingga banyak yang mengusahakan,” imbuhnya.

Angga, Ali dan Bagas kemudian mulai meneliti kemungkinan membuat kopi luwak artifisial. Mereka berkonsultasi dengan dosen-dosennya agar mendapatkan hasil yang maksimal.

“Dari hasil penelitian, kami mencoba menemukan cara mengolah kopi hingga cita rasa dan aromanya bisa semirip mungkin dengan kopi luwak yang asli. Kuncinya bagaimana meniru kondisi lambung luwak saat mencerna kopi,” tambah Ali lagi.

(liputan6.com)