APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

USU – UNIMED Tandatangani MoU dengan PUSAN National University Korea

avatar penulis

Azrul Prayoga

21 February 2020

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (UNIMED) menandatangani perjanjian kerjasama berupa Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) dengan Korean Traditional Custome Research Institute Pusan National University Korea. Penandatanganan berlangsung di Ruang Rapat Senat Akademik Gedung Biro Pusat Administrasi USU lantai 2 Medan, Jum’at (24/1/2020). Kegiatan ini diinisiasi oleh Kantor Urusan Internasional Universitas Sumatera Utara (KUI USU), yang dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Sekretaris KUI USU Dr P Ing Pramio G Sembiring.

Rektor USU Prof Dr Runtung Sitepu, SH, M Hum, diwakili oleh Wakil Rektor IV Bidang Informasi, Perencanaan, dan Pengembangan USU Prof Dr Ir Bustami Syam, MSME. Sementara UNIMED ditandatangani langsung oleh Rektor Dr Syamsul Gultom, SKM, M Kes, dan President of Pusan National University yang diwakili oleh Prof Wonsub Chung, Ph D. Sementara penandatanganan MoA dilaksanakan oleh Fakultas Ilmu Budaya USU yang ditandatangani Dekan Dr Budi Agustono, MS.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor IV USU menyampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada USU untuk menjalin kerjasama dengan Pusan National University. Menurutnya, pelaksanaan MoU tidak lain bertujuan untuk mendukung program Pemerintah dalam pengembangan pembangunan kebudayaan, dalam hal Pengelolaan Kekayaan Budaya dan Pengembangan Nilai Budaya di Sumatera Utara. Kerjasama ini diharapkan mampu menjadi jembatan bagi lembaga-lembaga yang terlibat, baik Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Medan dan Korean Traditional Custome Research Institute Pusan University, untuk menggali potensi budaya yang ada di kedua negara, memperkenalkannya secara luas serta menjadikannya sebagai salah satu keunggulan, khususnya dalam bidang pariwisata. Dikatakannya, Indonesia dan Korea merupakan dua negara yang masing-masing memiliki tradisi dan unsur-unsur pembangun kebudayaan itu sendiri. Ragamnya pun beraneka banyaknya, mulai dari tarian, nyanyian, dan lain-lain.

Lebih lanjut disampaikan Prof Bustami, bahwa Korea, Jepang dan negara maju lainnya, memiliki problem yang sama dengan Indonesia. Yakni persoalan banjir, sampah dan macat. Namun Jepang berhasil menangani permasalahan tersebut dengan membangun peradaban baru yang lebih mengedepankan kedisiplinan dan tanggungjawab dalam perilaku dan pengelolaan sampah pribadi masyarakatnya.

Belajar dari pengalamannya selama berada di negeri matahari terbit itu, Prof Bustami menekankan, untuk menanggulangi tiga persoalan besar tersebut, tentu Pemerintah tidak dapat berjalan sendirian. Antara lain harus bekerjasama dengan para ahli dan akademisi, untuk membangun budaya baru dalam menciptakan kawasan yang lebih bersih serta bebas sampah dan banjir.

Prof Bustami memisalkan Jepang disusul Korea, sebagai negara yang paling berhasil membangun budaya bersih di tengah masyarakatnya. Di kedua negara itu, sungai-sungai bersih mengalir dan layak digunakan untuk keperluan sehari-hari. Ia juga memaparkan, bahwa beberapa waktu sebelumnya, USU bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melakukan penyusuran sepanjang Sungai Deli dalam rangka kerjasama pembersihan sungai dari sampah-sampah serta mengatasi banjir di Kota Medan dan sekitarnya.

Sementara itu, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara yang diwakili oleh Debbie Panjaitan menjelaskan bahwa MoU dengan Pusan National University sesungguhnya sudah dimulai dari tahun lalu, dengan pilot project di Samosir. Konsentrasi utama dari MoU ini adalah penanganan dan pengembangan kawasan Danau Toba, yang telah ditetapkan sebagai kawasan strategis wisata internasional berbasis geopark. Mencakup pada pengelolaan dalam aspek culture, geologi dan hayati. Menurutnya, 16 geosite atau situs geopark di kawasan Danau Toba yang telah diterima United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menjadi situs geopark dunia, masih memerlukan penataan lebih lanjut.

“Kawasan Danau Toba ini memerlukan perhatian yang lebih baik dan kerjasama yang melibatkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan 7 kabupaten yang mengelilingi kawasan tersebut. Khususnya terkait persoalan kebersihan yang hingga saat ini masih belum bisa ditangani dengan maksimal, terkait perilaku dan karakter masyarakat setempat yang sukan diubah,” kata Debbie.

Untuk itu, lanjutnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provsu juga menggandeng perguruan-perguruan tinggi yang telah menjalin MoU dengan Pusan National University Korea, untuk bersama-sama memberikan perhatian dan dukungannya dalam pelaksanaan kegiatan yang menjadi platform MoU tersebut.

Prof Wonsub Chung, Ph D, dari Pusan National University, menyampaikan ucapan terima kasihnya atas terlaksananya MoU pada hari ini, dan menyatakan kesiapannya untuk mendiskusikan lebih lanjut hal-hal apa saja yang dilakukan untuk tindak lanjut penandatanganan kerjasama tersebut.

Pada bagian penutup, Dr Arjon Turnip dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyampaikan harapannya bahwa pada September 2020 mendatang akan digelar konferensi internasional yang akan membahas mengenai sustainable tourism. Empat perguruan tinggi yang telah menandatangani MoU serta 7 kabupaten yang ada di kawasan Danau Toba diharapkan dapat mendukung secara optimal pelaksanaan konferensi.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Rektor Universitas Katolik Santo Thomas, Rektor Universitas Prima Indonesia, para Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dari 7 kabupaten di kawasan Danau Toba yakni Kabupaten Dairi, Humbang Hasundutan, Karo, Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara dan Toba Samosir.

(usu.ac.id)