Apakah PR Masih Cocok Diberikan untuk Siswa Saat Ini?
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Foto oleh Jena Backus dari Pexels
Beban tugas atau pemberian Pekerjaan Rumah (PR) yang bertumpuk banyak adalah salah satu hal yang dikeluhkan oleh siswa dan orang tua baik saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ataupun saat PTMT sudah diberlakukan. Siswa merasa tugas yang diberikan lebih banyak dan lebih berat berat dibandingkan masa sebelum corona melanda.
Berkaitan dengan hal ini, Mas Menteri, Nadiem Makarim, dalam sebuah kesempatan pernah mengungkapkan bahwa selama ini masih banyak sekolah yang belum mengimplementasikan proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan. Fakta di lapangan menunjukkan masih banyak guru yang memberikan pekerjaan rumah kepada para siswanya dalam jumlah yang banyak selama proses belajar secara daring. Mas Menteri juga menghimbau agar guru tidak berorientasi terhadap kuantitas bahan pembelajaran yang diberikan kepada siswa, melainkan lebih berfokus pada kualitas materi yang diberikan, serta senantiasa membimbing para siswanya walaupun pembelajaran dilakukan secara daring online.
Ahmad Sobirin, Kepala Keasistenan Riksa 7 Ombudsman RI, juga menyerukan himbauan kepada para guru agar tidak mengartikan konsep belajar di rumah bagi siswa sebagai pemberian PR yang justru menjadi beban bagi siswa dan wali siswa atau orangtuanya. Menurutnya, konsep belajar di rumah harus lebih kepada arahan pada siswa untuk belajar materi dengan lebih banyak membaca.
Pendapat tentang pekerjaan rumah bagi siswa termasuk pro dan kontra pemberian PR pada siswa sebenarnya sudah terjadi sejak lama, bahkan sejak sebelum pandemi covid 19 melanda. Keluhan para siswa yang merasa terbebani dengan banyaknya PR setelah seharian beraktivitas di sekolah membuat mereka merasa kelelahan dan kehilangan banyak waktu yang seharusnya untuk bermain, bersosialisasi, melakukan hobi dan mempelajari keterampilan lainnya. Belum lagi jika siswa-siswa tersebut juga masih harus mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Hal ini membuat banyak pihak mempertanyakan fungsi dan manfaat PR.
Foto oleh August de Richelieu dari Pexels
Apakah PR masih cocok untuk siswa? Apakah PR dapat membantu siswa lebih menguasai materi pembelajaran? Atau apakah benar bahwasanya PR memberikan dampak negatif bagi siswa? Mari simak ulasan berikut ini!
Pada dasarnya, tugas siswa di rumah atau Pekerjaan Rumah (PR) adalah salah satu alat atau instrumen bagi guru yang memiliki tujuan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman siswa tentang pelajaran atau materi yang sedang dipelajari.
2. Melatih siswa untuk mengasah rasa tanggung jawab untuk mengerjakan tugas yang diberikan padanya dengan sebaik-baiknya.
Dalam buku berjudul “Classroom Instruction that Works” karya Marzano,R.J, dituliskan bahwa tujuan dan manfaat pemberian PR pada siswa akan efektif jika guru memperhatikan beberapa hal penting sebelum memberikan PR pada siswa, seperti berikut ini:
1. Menjelaskan tujuan PR
Tujuan pemberian PR pada umumnya hanya ada dua. Pertama, untuk mengulang materi yang telah diberikan agar siswa dapat lebih memahami materi yang telah dipelajari. Tujuan yang kedua adalah untuk mempersiapkan bagi siswa menerima materi baru dan memudahkan siswa menangkap materi yang akan disampaikan oleh guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan mengetahui tujuan pemberian PR yang pada hakikatnya untuk kebaikan siswa sendiri, maka siswa akan dapat menerima PR yang diberikan dan mengerjakannya dengan baik.
2. Menyesuaikan jumlah PR yang diberikan dengan tingkat pendidikan siswa
Siswa pada tingkatan yang berbeda tentu saja memiliki kemampuan yang berbeda dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Guru Pintar harus mempunyai gambaran dan perhitungan kira-kira akan membutuhkan waktu berapa lama bagi siswa untuk mengerjakan sebagai pertimbangan sebelum memberikan PR. Untuk siswa pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sebaiknya batasi waktu sampai 60 menit saja. Sedangkan untuk siswa pada jenjang SMP atau SMA sebaiknya tidak lebih dari 90 menit di setiap harinya.
3. Mengurangi keterlibatan orangtua saat mengerjakan PR
Ternyata banyak orangtua yang turut mengeluh karena harus membantu anaknya mengerjakan PR yang diberikan guru. Terlalu banyak campur tangan orang tua dalam mengerjakan tugas seorang siswa tentu tidak tepat. Hal ini juga dikhawatirkan tidak akan memberikan manfaat yang baik bagi siswa dan orang tuanya. Guru Pintar harus mampu mendesain PR sedemikian rupa sehingga mampu melatih kemandirian, juga dapat mencapai target akademis yang diharapkan. Kalaupun orang tua harus terlibat, sebaiknya untuk memberikan motivasi dan juga dukungan teknis saja. Bukan dalam mengerjakan PR tersebut.
4. Memberikan feedback/ umpan balik
Pemberian umpan balik pada tugas yang sudah dikerjakan siswa di rumah sangat penting supaya dapat memberikan dampak seperti yang diinginkan. Umpan balik dapat berupa perhatian pada masing-masing siswa dengan menanyakan mana soal yang dapat dengan mudah dikerjakan dan mana yang belum mereka kuasai atau memberikan catatan pada siswa terkait hal-hal yang perlu untuk diperbaiki dan juga catatan tentang bagian di mana siswa telah melakukan dengan baik. Umpan balik bermanfaat untuk membantu siswa mengetahui kesalahannya kemudian memperbaikinya, dan juga untuk membuat siswa mengetahui kelebihannya sehingga menjadikan siswa lebih percaya diri.
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Mengerjakan pekerjaan rumah yang merupakan kewajiban siswa di rumah adalah contoh tanggung jawab siswa. Akan tetapi jika pemberian PR kurang tepat, tentu dapat memberikan dampak buruk bagi siswa. Dampak negatif pr memicu terjadinya pro kontra penghapusan pr. Ada beberapa penelitian yang memang memberikan bukti bahwa PR memiliki manfaat diantaranya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Akan tetapi, ada juga penelitian yang menyatakan bahwa PR menjadi salah satu penyebab berbagai masalah kesehatan siswa.
Penelitian dari Stanford Graduate School of Education, AS mengungkapkan bahwa PR yang diberikan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan stress dan gangguan kesehatan pada siswa. Pemberian PR yang banyak dapat mengurangi waktu anak-anak untuk berkumpul dengan keluarga, teman dan mengikuti ekstrakurikuler yang diinginkannya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Etta Kralovec dan John Buell. Mereka menyebutkan bahwa PR merupakan gangguan kebersamaan anak-anak dengan keluarga dan kehidupan sosialnya.
Nah, PR ternyata tidak selalu mendatangkan dampak negatif ketika didesain dengan tepat. Pemahaman guru terhadap kondisi siswa dan juga karakteristik siswa sangat berguna sebagai perkembangan saat merancang bentuk PR yang diberikan. PR tidak harus selalu berbentuk Latihan soal atau membuat essay. PR dapat diberikan dalam berbagai bentuk seperti membuat proyek atau melakukan pengamatan.
Bukan masalah banyak sedikitnya PR atau sulitnya PR, tetapi seefektif apa PR yang diberikan pada siswa menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog