Materi Bahasa Indonesia (Wajib) - Hikayat Kelas 10 BHS - Belajar Pintar
BelajarPintarV3
Pengertian Hikayat
Sobat Pintar Apa yang Kalian Ketahui tentang Hikayat ?
Hikayat berasal dari kata Arab yang berarti cerita sastra. Hikayat merupakan bentuk cerita lampau yang berasal dari Arab dan juga merupakan kisah yang amat panjang. Hikayat itu hampir mirip dengan dongeng, penuh dengan daya fantasi.
Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985 : 59) bahwa hikayat adalah jenis prosa, cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan ,dan mirip cerita sejarah atau membentuk riwayat hidup.
Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra melayu lama. Hikayat berisi cerita, Undang-undang, dan silsilah yang bersifat rekaan, keagamaan, sejarah, kepahlawanan, biografi, atau gabungan sifat-sifat tersebut dengan tujuan untuk pelipur lara, membangkitkan semangat juang, atau sekedar meramaikan pesta.
Sobat pintar coba perhatikan definisi tersebut. Terdapat kata sastra lama dan cerita lampau untuk menjelaskan mengenai hikayat. Hal yang perlu digarisbawahi selanjutnya adalah kata Melayu. Jadi, untuk memudahkan kamu mengingat definisi hikayat, cukup ingat tiga kata kunci tersebut, ya!
Struktur Hikayat
Apa Saja Struktur dalam Hikayat ?
Dalam pembuatan hikayat kita juga harus mengetahui tentang kerangka atau struktur dari sebuah hikayat. Adapun diantaranya yaitu (1) tema, (2) penokohan, (3) latar, dan (4) sudut pandang. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas kerangka tersebut satu persatu:
1. Tema hikayat intinya menyangkut masalah agama, kepercayaan, adat istiadat, pandangan hidup, pendidikan sosial dan pencitraan.
2. Dalam hal penokohan hikayat tidak jauh berbeda dengan roman karena pada dasarnya terdapat beberapa peristiwa yang merupakan wadah pertentangan antara tokoh yang baik dan tokoh yang jahat. Umumnya tokoh yang baik yang akan memperoleh kemenangan, dan yang jahat akan kalah.
3. Setting/ lattar yaitu lingkungan yang berhubungan dengan aspek yang luas. Latar dapat berupa tempat dan waktu dimana sebuah peristiwa itu terjadi.
4. Sudut pandang adalah menceritakan sebuah peristiwa. Seorang pengarang dalam menceritakan cerita diperbolehkan memilih dari sudut pandang mana ia akan menceritakan sebuah cerita. Apakah pengarang akan turut dalam cerita atau hanya sebagai orang di luar saja.
Unsur Instrinsik Hikayat
Apa Saja Unsur Instrinsik Hikayat Tema ?
1. Tema adalah pokok pikiran yang menjadi dasar cerita yang dicetuskan oleh pengarang. Biasanya, tema hikayat berupa kehidupan kerajaan, hal-hal di luar akal pikiran (ajaib), petualangan, ketuhanan, dan lain-lain. Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan Tokoh dan penokohan.
2. Tokoh dan penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh. Penggambaran oleh tokoh lain. Tokoh dalam sebuah hikayat atau cerita fiksi dapat dibedakan kedalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan.
* Berdasarkan tingkat peanan sebuah cerita, tokoh dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang besangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
b. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidah sentral kedudukannya didalam cerita, tetai kehadirannya sangat di perlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
* Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Tokoh protagonis, adalah tokoh yang merupkan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.
b. Tokoh antagonis adalah tokoh penentang utama dari protagonis
* Berdasarkan perwatakan nya, takoh dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Tokoh sederhana, adalah tokoh yang hanyaa memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Ia tidak diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Sifat dan tingkah laku tokoh ini bersifat datar, monoton, dan hanya mencerminkan satu watak tertentu.
b. Tokoh bulat, adalah tokoh yang memiliki berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya. Ia dapat menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin bertetangan dan sulit diduga[[1]].
3. Alur, adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Dalam hikayat, terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapatkan kemenangan gemilang, sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak yang benar, berwatak baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya dia unggul dalam suatu perkelahian atau pertentangan.
4. Latar, yaitu tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa secara konkret dan jelas. Unsur latar dibagi empat, yaitu:
a. Latar tempat, merujuk pada lokasi berupa tempat-tempat dengan nama tertentu terjadinya peristiwa.
b. Latar waktu, berhubungan dengan ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
c. Latar sosial, merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang di ceritakan dalam hikayat. Pada umumnya, berkaitan dengan tradisi dan adat-istiadat yang masih kental.
d. Latar suasana, berhubungan dengan keadaan yang tergambar dalam hikayat. Misalkan ketakutan, romantisme, dan lain-lain.
5. Gaya bahasa, adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata. Dalam hikayat, yang digunakan yaitu bahasa Melayu dengan berbagai macam diksi, majas, dan penggunaan katanya cenderung tidak efektif, sehingga kita sulit memahaminya. Namun, ada beberapa hikayat yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga kita tidak kesulitan dalm membacanya.
6. Sudut pandang, adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam bercerita. Pencerita biasanya menempatkan diri ebagai orang ketiga, dengan menggunakan teknik ‘diaan’, menempatkan pencerita sebagai orang pertama hanya terdapat dalam hikayat Abdullah.
7. Amanat, merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Biasanya berisi petuah kehidupan, dan sebagainya.
Contoh Hikayat
Contoh Hikayat Abu Nawas – Ibu Sejati
Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.
“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.
“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”
“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.
“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata Abu Nawas mengancam.
Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.
“Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.
Materi Bahasa Indonesia (Wajib) SMA - 10 BHS Lainnya
footer_v3
Bersama Aku Pintar temukan jurusan kuliah yang tepat
sesuai minat dan bakatmu.
Aku Pintar memiliki visi membuat pendidikan merata, mudah dijangkau, dan terjangkau dengan Program Journey Pintar yang merupakan sebuah program persiapan lengkap bagi siswa SMA/SMK/sederajat yang ingin masuk ke perguruan tinggi impiannya.
Kontak Kami
Grand Slipi Tower Lt. 42
Jl. S. Parman Kav 22-24
Jakarta Barat
© 2024 Aku Pintar. All Rights Reserved