Yakin Siswa Pintar hanya Diukur dari Nilai Bagus Saja?
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels
Apakah siswa pintar selalu di lihat dari nilainya bagus? Apa jawaban Guru Pintar jika diberi pertanyaan tersebut? Guru yang bijak pasti berkata “tidak”. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pandangan masyarakat, anak yang pintar dan cerdas sering kali hanya dilihat dari deretan angka yang tertera dalam buku raportnya. Orang tua akan tersenyum puas mendapati anak-anaknya mendapatkan nilai seratus. Tidak heran jika mereka berlomba-lomba mengirim anak-anak mereka untuk mengikuti berbagai bimbingan atau kursus di luar jam sekolah.
Kenyataan dalam kehidupan nyata menunjukkan bahwa nilai bukanlah segalanya. Tetapi bukan berarti siswa boleh bermalas-malasan tanpa mau berusaha belajar dengan giat. Effort yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri merupakan sebuah pembelajaran penting yang akan membentuk karakter siswa sehingga siap menghadapi tantangan di masa depannya. Ada orang yang mengatakan bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin kesuksesan atau orang pintar kalah dengan orang rajin. Sebagai seorang guru, jangan sampai Guru Pintar membiarkan siswa menggunakan ungkapan tersebut sebagai pembenaran sifat malas yang membuat mereka tidak mendapatkan nilai yang bagus di sekolah.
Foto oleh olia danilevich dari Pexels
Mengapa nilai bukanlah segalanya? Berikut ini adalah alasan mengapa nilai bukan tujuan utama dalam Pendidikan. Jangan sampai mereka terlena dan kalah sebelum berusaha. Atau sebaliknya mengejar nilai bagus dengan berbagai cara. Apa sih fungsi nilai dalam Pendidikan?
1. Nilai sebagai bentuk evaluasi terhadap perkembangan siswa
2. Nilai sebagai alat untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran
3. Nilai sebagai panduan dalam menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi
4. Nilai sebagai acuan dalam merancang program pengayaan atau perbaikan
5. Nilai sebagai pijakan dalam perbaikan proses pembelajaran.
Jika konsep tentang nilai dan proses penilaian dalam pembelajaran benar-benar dipahami baik oleh guru, siswa, dan orang tua maka tidak akan muncul stigma-stigma negatif terhadap siswa yang tidak selalu mendapatkan nilai bagus.
Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels
Pada tahun 1983 seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Amerika yang bernama Howard Gardner menulis sebuah buku yang berjudul “Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences.” Dalam buku ini, Gardner memberikan pandangan bahwa tidak ada satupun anak yang tidak cerdas. Setiap anak memiliki kelebihan atau keistimewaannya masing-masing. Gardner mempercayai bahwa kecerdasan logika bukanlah satu-satunya kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. Pemikiran atau pandangan Gardner ini terimplikasi dalam dunia pendidikan dengan munculnya sebuah pandangan baru bahwa setiap anak adalah individu yang unik. Guru Pintar harus mampu melihat berbagai variasi dalam belajar siswa dan di mana setiap variasi memberikan konsekuensi dalam cara pandang dan membawa perubahan yang baik pada siswa.
Howard Gardner menuliskan bahwa setiap manusia memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai caranya berinteraksi dengan dunia. Delapan kecerdasan inilah yang dikenal dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Berikut ini adalah delapan kecerdasan majemuk sebagaimana telah digagas Gardner.
1. Kecerdasan Verbal-Linguistik
Siswa yang memiliki kecerdasan Verbal-linguistik terlihat menonjol dalam bidang bahasa. Mereka cenderung mudah untuk mengingat informasi lisan maupun tertulis. Mereka juga suka menulis dan membaca, jago debat dan berpidato, suka melontarkan humor, dan memiliki kemampuan menjelaskan sesuatu dengan sangat baik.
2. Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan logis-matematis terlihat dalam kemampuan siswa mengolah angka, matematika, dan logika untuk menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir, pola visual, pola jumlah, atau pola warna.
3. Kecerdasan Spasial-Visual
Siswa dengan kecerdasan ini biasanya mengandalkan imajinasi dan senang dengan bentuk, gambar, pola, desain, serta tekstur. Kemampuan spasial-visual memungkinkan siswa kelak untuk menjadi seorang arsitek, pelukis, seniman, dan desainer.
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Kecerdasan kinestetik terlihat dari bagaimana siswa melibatkan kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. Siswa yang memiliki kecerdasan ini senang sekali melakukan berbagai aktivitas fisik.
5. Kecerdasan Musikal
Seperti namanya, siswa yang memiliki kecerdasan musikal memiliki kemampuan lebih dalam memainkan alat musik, mampu memahami dan membuat melodi, irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi sebuah musik.
6. Kecerdasan Intrapersonal
Siswa dengan kecerdasan intrapersonal mampu memahami diri sendiri. Siswa yang memiliki kecerdasan ini, biasanya mereka akan menjadi lebih bijaksana dan dapat mengendalikan keinginan serta perilakunya. Siswa dengan kecerdasan intrapersonal juga piawai dalam membuat rencana dan mengambil keputusan.
7. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Interpersonal merupakan kemampuan memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Siswa dengan kecerdasan interpersonal memiliki kemampuan menjalin hubungan baru dengan orang lain, menjalin kerjasama dengan orang lain, kemampuan berkolaborasi, empati, kemampuan menginterpretasikan perasaan orang lain melalui bahasa tubuhnya, kecakapan komunikasi, serta kemampuan bergotong royong.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman, hewan, dan benda-benda lain di alam, serta tertarik mempelajari spesies makhluk hidup. siswa yang memiliki kecerdasan naturalis biasanya memiliki persepsi yang baik untuk melihat perubahan yang terjadi di lingkungannya. Salah satu tanda bahwa siswa memiliki kecerdasan naturalis dapat dilihat dari kegemarannya membaca hal-hal yang berhubungan dengan alam dan mengoleksi bebatuan, kerang, serangga, dan lain-lain.
Kecerdasan majemuk membuat kita memiliki perspektif tentang beragamnya kecerdasan yang mungkin dimiliki siswa. Mendikbud Mas Nadiem Makarim menggagas Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter siswa yang dilakukan berdasarkan pemetaan terhadap dua kompetensi minimum, yakni literasi dan numerasi. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara mengetahui potensi kecerdasan yang dimiliki siswa dengan tidak hanya berpatokan pada unsur kognitif semata.
Nilai jelek bukan berarti bodoh ya, Guru Pintar. Ajarkan pada siswa untuk tidak perlu terlalu berambisi mengetahui kenapa orang bisa pintar atau bagaimana cara menjadi orang pintar. Cukup berikan stimulasi yang tepat kepada siswa sehingga kecerdasan yang ada dalam diri siswa dapat terasah dengan baik.
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog