Dampak Membentak Siswa Ternyata Sangat Berbahaya
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Foto oleh Craig Adderley dari Pexels
Setiap guru pasti ingin memiliki siswa yang patuh dan disiplin baik di sekolah maupun di rumah. Hal yang umum terjadi saat siswa melanggar peraturan adalah guru akan memarahi siswa. Bahkan ada juga yang sampai membentak anak. Meskipun Guru Pintar memiliki tujuan yang baik saat memarahi atau membentak siswa, ternyata hal ini bukan hal yang tepat untuk dilakukan, lho!
Banyak penelitian mengungkapkan bahaya membentak anak. Akibat sering membentak siswa dapat melekat dalam jangka Panjang dan mempengaruhi psikologis siswa. Supaya hal ini tidak terjadi, Guru Pintar wajib tahu akibat anak sering dibentak dan dimarahi.
Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels
Teknik mendisiplinkan siswa dengan cara memarahi atau membentak dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Hal ini karena pada umumnya manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh daripada yang informasi yang positif. Sebuah studi membuktikan hal ini dengan membandingkan pemindaian MRI otak orang-orang yang memiliki riwayat pelecehan verbal di masa kanak-kanak dengan pemindaian pada orang yang tidak pernah mengalami hal tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berperan untuk memproses suara dan bahasa.
Amir Zuhdi, dokter ahli ilmu otak dari Neuroscience Indonesia, menjelaskan bahwa anak dibentak, anak akan merasa ketakutan. Rasa takut membuat produksi hormon kortisol di otak meningkat. Semakin seringnya siswa dibentak hingga membuat anak takut, semakin tinggi pula potensi kerusakan pada neuron. Neuron ini berisi “file-file” penting dalam hidup anak. Terbayang kana pa yang terjadi jika banyak neuron pada otak siswa mengalami kerusakan karena sering dibentak?
Salah kaprah yang terjadi adalah dengan memarahi siswa saat melakukan kesalahan, akan membuat siswa menyadari kesalahannya dan membuat siswa lebih menghargai/menghormati gurunya. Sayang sekali, hal ini sama sekali tidak benar. Meskipun pada akhirnya siswa menjadi patuh, tetapi apa yang siswa lakukan adalah wujud ketakutan bukan kesadaran. Kalimat-kalimat pedas dan keras yang Guru Pintar lontarkan dapat dikategorikan sebagai kekerasan verbal, lho.
Dampak anak sering dimarahi adalah mudah merasa takut, merasa tidak berharga, sedih, kecewa, tidak percaya diri, sulit menentukan keputusan, dan terluka hatinya. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi kesehatan mental siswa. Jika dilakukan secara terus menerus, bukan tidak mungkin siswa akan mengalami depresi. Dan dikhawatirkan siswa akan mencari pelampiasan untuk menuangkan luapan emosi negatifnya dengan cara-cara yang tidak terpuji seperti menggunakan obat-obatan terlarang. Wah, jangan sampai terjadi ya, Guru Pintar!
Dalam proses belajar mengajar, hubungan yang harmonis antara guru dan siswa sangatlah penting. Siswa yang merasa dekat dengan guru, merasa aman dan nyaman ketika diajarkan, akan membuat siswa mudah menyerap pembelajaran yang diajarkan. Siswa yang sering dimarahi atau dibentak, akan merasa takut pada gurunya bukan menghormati gurunya. Hubungan antara guru dan siswa yang tidak harmonis seperti ini dapat menurunkan motivasi belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran akan sangat sulit untuk dicapai secara optimal.
Foto oleh Thirdman dari Pexels
1. Jika Guru Pintar merasa ingin marah, tarik nafas perlahan, kemudian hembuskan pelan-pelan. Guru Pintar dapat memejamkan mata sejenak untuk meredakan emosi dan menenangkan diri.
2. Menerapkan disiplin dengan cara yang positif. Bagaimana caranya? Menjadi contoh yang baik untuk siswa dan tegas pada peratura. Ingat! Tegas dan galak tidak sama, ya.
3. Selalu Memberi nasihat dengan bahasa yang halus, bertutur kata lembut, dan selalu mengucapkan kalimat positif, sekalipun saat siswa berbuat salah.
4. Selalu memberikan apresiasi pada siswa jika berbuat baik dan ada kemajuan.
5. Mengajarkan pendidikan karakter pada siswa.
Setelah mengetahui efek buruk membentak/memarahi siswa, Guru Pintar harus lebih sabar dan memikirkan cara yang tepat untuk mendisiplinkan siswa. Tetap semangat ya, Guru Pintar!
ArtikelTerkaitV3
Cesium-137: Si "Siluman" Radioaktif yang Bisa Jadi Inspirasi
Sobat Pintar, pernah dengar tentang Cesium-137? Zat radioaktif ini mungkin terdengar menyeramkan, tapi tahukah kamu bahwa di balik bahayanya, ada peluang besar untuk berkarier di bidang sains dan teknologi? Yuk, kupas tuntas tentang Cesium-137 dan bagaima...
Baca Selengkapnya
Mengenal Ragam Profesi HR dan Peta Karirnya: Dari Spesialis
Human Resources (HR) atau Sumber Daya Manusia telah berevolusi dari fungsi administratif menjadi strategic business partner yang vital. Profesi di bidang ini menawarkan ragam spesialisasi dan jenjang karir yang jelas bagi mereka yang tertarik mengelola da...
Kelapa Sawit vs Kelapa Biasa: Asal Nama, Perbedaan, dan Tant
Asal Muasal Nama "Kelapa Sawit" Nama "kelapa sawit" berasal dari dua kata: "kelapa" dan "sawit". Kata "kelapa" digunakan karena buahnya menghasilkan minyak, mirip dengan kelapa biasa yang juga menghasilkan minyak (minyak kelapa). Sementara "sawit" diduga...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog