APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Mengulik Kiat Sukses Bersama Tokoh Inspiratif Dari Jambi

avatar penulis

Sapta Arif

5 April 2022

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo kembali menyelenggarakan kuliah umum bertajuk ‘Kiat Sukses Belajar di Perguruan Tinggi bersama Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc. Ph.D. Beliau adalah rektor Universitas Jambi yang sudah malang-melintang di lima benua, khususnya dalam dunia pendidikan.

Kegiatan yang diikuti oleh seluruh mahasiswa dan segenap civitas academica itu diselenggarakan Rabu (29/3) di Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo. Dengan diselenggarakannya kuliah umum tersebut diharapkan mampu memantik semangat para peserta yang hadir, khususnya mahasiswa.

“Tidak ada sesuatu yang tidak masuk akal ketika Tuhan menghendaki. Akal manusia saja yang belum masuk. Hari ini kita kedatangan seorang inspirator dari Jambi. Seorang guru besar yang rekam jejaknya tak diragukan lagi. Dengarkan kisahnya, nikmati, dan silakan dimanfaatkan,” pesan Sutejo, Ketua STKIP PGRI Ponorogo saat membuka acara.

Dalam acara yang dimulai pukul 15.00 WIB itu, Sutrisno membagikan pengalamannya bertemu dengan orang-orang hebat. Mulai dari wakil presiden, menteri, gubernur, dirjen pendidikan, hingga wakil kedutaan dari berbagai negara. Pengalaman luar biasa tersebut buah dari kerja keras dan perjuangan dalam menempuh pendidikan. Pria kelahiran Magetan ini merupakan alumni  S-2 di Inggris dan S-3 di Australia.

“Saya pernah berada dalam pilihan hidup dan mati ketika menempuh studi S-2 dan S-3. Dua bulan setelah lulus S-2 saya langsung melanjutkan S-3, sementara beban hidup semakin bertambah. Menghidupi anak istri adalah kewajiban dan menyelesaikan pendidikan merupakan keharusan,” cerita lelaki yang menggenggam gelar profesor sebagai guru besar tahun 2003, sepulang dari Australia.

Lewat pengalaman Sutrisno, pihaknya berharap mahasiswa terpantik semangat untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Halangan dan rintangan adalah dua hal yang menjadi pengiring. “Keterbatasan bukan suatu halangan. Take it or leave it, ambil  atau tinggalkan jika ada kesempatan atau peluang. Itu adalah pilihan.”

Laki-laki yang memiliki kebiasaan membaca 5-6 koran dan 2-3 majalah itu menasihati mahasiswa agar melakukan satu perubahan untuk membuat satu pembaharuan. Apalagi saat ini semua orang berada di zaman ketidakpastian, maka mengframe langkah untuk menghadapi ketidakpastian itu perlu. “Kalau Anda ingin berubah ya Anda harus lakukan pembaharuan. Tidak bisa disikapi dengan malas-malasan atau pun lewat jalan pintas.” 

Pada kesempatan yang sama, Edy Suprayitno, salah satu dosen STKIP mengajukan pertanyaan bagaimana tips sukses untuk mahasiswa yang rata-rata berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah.

Sutrisno pun menjawab lewat cerita pengalaman hidupnya, mengajak peserta berenung. Pertama, dunia sudah terbuka, maka dari itu segala kemungkinan juga sudah terbuka. Mahasiswa harus siap dengan kondisi itu. Kedua, setiap manusia akan berpikir sesuai zamannya. Jadilah adaptif! Ketiga, jangan anda sesali atas kemiskinan anda. Keempat, jika Anda percaya pada Tuhan. Setiap orang pasti akan mendapat invisible handKelima, kemandirian.

“Kemandirian itu ada unsur-unsurnya, otodidak, kemauan membaca bagus, kemauan ingin tahu bagus, dan motivasi belajar bagus,” pungkasnya.

Sementara itu, Adi Santoso, salah satu mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Agkatan 2019 mengulik informasi tentang tokoh inspiratif yang menginspirasi Sutrisno hingga bisa menjadi orang sukses.

“Tokoh inspirator saya, bapak orang tua angkat, Mohamad Toha. Seorang dosen, pejabat, dokter hewan, serta alumni salah satu universitas di Amerika. Bekerja keras, jujur, pantang menyerah, ulet, tangguh, dan tekun, yang paling saya ingat dan tidak bisa ditawar lagi. Nilai-nilai itulah yang saya terapkan hingga sekarang,” papar lelaki yang menulis 13 artikel ilmiah di usia 33 tahun itu.

Kuliah umum di kampus literasi itu berakhir pukul 16.30 WIB. Sebelum acara ditutup, Sutejo selaku sahabat karib Sutrisno menyampaikan pelajaran yang dapat diambil dari pemaparan kisah inspiratif beliau. “Pertama, jadilah pembelajar dan jangan berhenti berproses. Ketika Anda berproses dengan sangat keras, baik lahir maupun batin maka tangan Tuhan itu akan hadir. Anda harus punya keyakinan bahwa tangan Tuhan itu tidak terhitung jika keyakinan itu menguatkan dalam perbuatan Anda. Yang kedua, jangan risaukan akan menjadi siapakan Anda, selama bisa menghindari jalan pintas pasti masa depan tuntas,” pungkas penulis kondang dari Ponorogo itu.  []

Pewarta: Sri Wahyuni