APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Mahasiswa Unej Bikin Bioplastik dari Singkong, Bisa Dimakan

avatar penulis

Azrul Prayoga

31 March 2020

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Mahasiswi Program Studi Teknologi Hasil Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, Meida Cahyaning Putri mengembangkan plastik pembungkus makanan berbahan dasar singkong alias bioplastik.

"Saya tertarik meneliti bioplastik karena banyaknya penggunaan plastik di Indonesia, sehingga membuat plastik ramah lingkungan seperti bioplastik yang berbahan singkong. Indonesia adalah produsen singkong ketiga terbesar di dunia, di mana pati singkong adalah bahan dasar pembuat bioplastik," katanya di Jember, Senin, 19 Agustus 2019.

Menurut data dari Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik Indonesia, pada 2016 tercatat penggunaan plastik di Indonesia mencapai 4,8 juta ton dengan kecenderungan kenaikan 5 persen per tahunnya.

Semua plastik tergolong sampah yang tidak bisa terurai secara alami sehingga dapat menjadi bom waktu lingkungan.

Mahasiswi asal Jombang itu menamakan bioplastiknya dengan Smart Edible Plastic (Smatic) dan menurutnya bioplastik sebenarnya sudah dikembangkan di Indonesia, namun bedanya smatic menggunakan campuran pati singkong dan tepung kulit singkong.

Dalam pembuatan smatic, Meida menambahkan mikroemulsi dalam ukuran nano partikel ke dalam bioplastik yang dikembangkan dan mikroemulsi itu bisa dari ekstrak teh, bunga rosella dan bahan alami lainnya.

Ia mengatakan mikroemulsi itu berfungsi menjadi antioksidan sehingga bioplastik mampu mencegah makanan jadi basi atau tengik. Penambahan tepung kulit singkong dan mikroemulsi juga memperkuat kekuatan bioplastik sehingga tidak mudah rusak bila terkena air.

Ia sengaja membuat Smatic yang fungsinya untuk membungkus makanan, khususnya kue basah seperti jenang, dodol atau kue suwar suwir khas Jember, agar makanan tersebut tidak mudah basi dan penambahan mikroemulsi menjadi nilai lebih karena mengandung antioksidan.

Kue yang dibungkus dengan Smatic bisa dimakan dengan plastik pembungkusnya sekaligus karena aman dan justru mengandung antioksidan dari teh atau bunga Rosella atau dari bahan alami lainnya.

Hal itu yang menjadi keunggulan plastik ramah lingkungan Smatic, sedangkan jika mau dibuang pun maka akan terurai di alam dengan sendirinya.

Ia menjelaskan proses pembuatan Smatic pun tidak memerlukan teknologi tinggi dan membuka peluang usaha baru bagi usaha mikro dan kecil menengah di Kabupaten Jember.

Ketekunan Meida meneliti bioplastik membawanya menjadi mahasiswa berprestasi tingkat Universitas Jember 2019 dan mewakili Unej ke jenjang nasional.

(tekno.tempo.co)