APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Masa Depan Industri Musik di Tengah Pandemi, UPH Ajak Musisi Indonesia untuk Terus Berinovasi

avatar penulis

UPH IMPACTS LIVES

30 July 2020

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Pandemi Covid-19 turut berdampak pada industri musik. Dilansir dari Kontan.co.id, menurut Koalisi Seni Indonesia di bulan Maret 2020 saja terdapat sekitar 40 konser, tur, serta festival musik yang dibatalkan atau ditunda. Namun demikian, masalah ini tidak membuat pelaku industri musik Tanah Air patah semangat. Justru di tengah keadaan pandemi banyak inovasi dan peluang yang bisa dilakukan.

Para pelaku industri musik semakin tertantang untuk lebih kreatif dan inovatif dalam beradaptasi di era new normal ini. Mengadakan konser virtual bisa menjadi salah satu cara agar musisi bisa menunjukan keeksistesiannya dalam berkarya. Namun, konser virtual dirasa belum bisa dilakukan secara maksimal di Indonesia karena berbagai faktor salah satunya kualitas suara. Selain itu, konser musik virtual juga masih belum bisa menggantikan euphoria antara penyanyi dan penonton berinteraksi.

Gambaran industri musik di tengah pandemi tersebut dibahas dalam webinar “Performing Music Over The Internet”, yang diadakan Conservatory of Music Universitas Pelita Harapan (CoM-UPH), bersama School of Information System and Technology (SISTech) UPH, pada 28 Juli 2020. 

Webinar ini menghadirkan para pelaku industri musik profesional dan akademisi, diantaranya Sri Hanuraga, M. Mus – Koordinator Piano Jazz and Pop CoM UPH, Kusno Prasetya, Ph. D. – Dosen Program Studi (prodi) Sistems Infromasi SISTech UPH, serta Dr. Jack Simanjuntak, M. Des. Sc. – Koordinator Sound Design and Music production CoM UPH sebagai moderator.

Menurut Sri Hanuraga, atau yang disapa Aga, upaya yang sudah dilakukan para musisi di masa pandemi ini semakin beragam. Karya-karya mereka dapat disaksikan lewat rekaman video yang diunggah di Instagram atau YouTube. Banyak juga musisi yang berkolaborasi lewat media sosial, namun kualitas audio menurun sehingga menimbulkan masalah bagi musisi itu sendiri.

“Konser virtual atau kolaborasi musik dari rumah lewat video playback mungkin bisa jadi upaya buat musisi tetap berkarya, setidaknya bisa tetap kreatif. Tapi dari sisi broadcast, bisa jadi ada masalah buat musisi, seperti kualitasnya turun, atau delay. Sementara  bagi penikmat, kondisi tersebut  juga problem, karena tidak enak didengar,” Kata Aga.

Hal ini dibenarkan oleh Kusno Prasetya, menurutnya salah satu faktor menurunnya kualitas audio dalam konser virtual adalah proses dari audio analog yang dikeluarkan dari alat musik menjadi audio digital itu panjang. Sehingga, akan terjadi beberapa penurunan kualitas, di mana tidak semua alat perekam bisa menerima seluruh komponen yang ada di audio analog. Faktor lainnya juga ada pada di masalah bandwith internet, karena setiap orang tidak punya kualitas internet yang sama.

“Musisi mau secanggih dan semahal apapun perangkat yang digunakan, tetap saja ada penurunan kualitas audionya. Mungkin audience akan mendengar audio yang sedikit berbeda dari apa yang kita mainkan.  Di sini musisi harus mempertimbangkan adanya degradasi, atau penurunan kualitas suara. Sebagus apapun musik yang kita mainkan tentu outputnya akan berbeda bila audience hanya mendengarkannya lewat speaker handphone, headset yang kualitasnya nggak bagus-bagus amat,” Ungkap Kusno.

Untuk mengurangi reduksi audio, Kusno menambahkan ada beberapa cara yang mungkin bisa dipakai oleh musisi. Seperti perangkat yang digunakan harus punya kualitas terbaik, bandwith atau koneksi internet juga harus mumpuni.

“Mungkin kalau mengadakan konser virtual secara real-time, saya nggak kebayang hasilnya akan seperti apa. Apalagi belum tentu kualitas internet para penikmat sama. Saran saya, lebih baik mengumpulkan video ke satu server, kemudian dari server ini di mix, dan karena prosesnya cepat, audience mungkin bisa melihat hampir real time. Selain itu, perangkat yang digunakan audience harus yang kualitasnya bagus baik, misalnya jangan pakai microphone handphone. Koneksi internet juga harus bagus, kalau nggak pasti akan kekompres dan nggak bisa keluarin suara yang sama seperti aslinya. Perlu diingat juga, musisi tetap tidak bisa mengontrol dari sisi audience,” tambah Kusno.

Ya, musibah Covid-19 memang sudah berhasil membuat industri musik dunia lemah, namun itu nggak serta-merta menghalangi para musisi Indonesia untuk terus berkreasi dan berinovasi. Karena bagaimana pun juga, show must go on!