APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

BelajarPintarV3

Sejarah Indonesia (Wajib)

Dampak Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme

MATERI

Bidang Sosial-Budaya

Yuk belajar tentang Bidang Sosial-Budaya pada Dampak dalam Bidang Sosial-Budaya dan Pendidikan...

Penjajahan bangsa Barat di Indonesia secara tegas telah menerapkan kehidupan yang diskriminatif. Orang-orang Barat memandang bahwa mereka yang berkulit putih sebagai kelompok yang kelas I, kaum Timur Asing sebagai kelas II, dan kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas III, kelas yang paling rendah. Hal ini membawa konsekuensi bahwa budayanya juga dipandang paling rendah. Pandangan ini sengaja untuk menjatuhkan martabat bangsa Indonesia yang memang sedang terjajah. 
Memang bangsa Barat ini ingin memberantas budaya feodal. Terbukti Belanda berhasil menggeser hak-hak istimewa para penguasa pribumi. Para penguasa pribumi, telah kehilangan statusnya sebagai bangsawan yang sangat dihormati oleh rakyatnya. Mereka telah ditempatkan sebagai pegawai pemerintah kolonial, sehingga tidak memiliki hak-hak istimewa kebangsawanannya. Status dan hak-hak istimewanya justru diambil oleh Belanda. Masyarakat Indonesia harus menghormati secara berlebihan kepada penguasa kolonial.
Harus diakui dengan adanya dominasi orang-orang Barat di Indonesia telah menanamkan nilai-nilai budaya yang umumnya kurang sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Bahkan perkembangan budaya Barat yang cenderung dipaksakan juga telah menggeser nilai-nilai budaya keindonesiaan. Semangat persatuan, hidup dalam suasana kekerabatan, nilai-nilai gotong royong, nilai-nilai kesantunan, unggah-ungguh atau budi pekerti luhur yang dikembangkan di lingkungan keraton yang juga ditiru oleh masyarakat mulai bergeser. 
Bahkan yang menyedihkan dengan alasan modernisasi, para penguasa Barat tidak mau tahu tentang tradisi atau atau norma-norma, termasuk nilai halal dan haram dalam Islam, misalnya dengan budaya minum-minuman keras (menjadi mabuk-mabukan), berangkat dari dance kemudian mengarah kepada pergaulan laki-laki dan perempuan yang cenderung tanpa batas. Oleh karena itu, di lingkungan masyarakat beragama Islam, kaum kolonial yang menjajah Indonesia dikatakan sebagai orang-orang kafir.
Kedatangan dan dominasi bangsa-bangsa Barat juga telah membawa pengaruh semakin intensifnya perkembangan agama Kristen. Hal ini tentu sejenak menimbulkan culture shock di kalangan masyarakat muslim di Indonesia. Namun dalam perkembangannya mampu beradaptasi sehingga menambah khasanah keragaman di Indonesia. Kemudian pada zaman pemerintahan Raffles, perkembangan ilmu pengetahuan, sejarah dan budaya, khususnya di Jawa, mendapatkan perhatian khusus. Melalui bukunya yang berjudul History of Java, buku tersebut memuat berbagai aspek sosial dan budaya di Pulau Jawa.
Ada juga buku karya William Marsden yang berjudul History of Sumatera. Pemerhati budaya Nusantara ternyata cukup banyak selain Raffles dan William Marsden terdapat pula menteri pemerintahan Batavia, yakni Crawfurd. Ia menulis buku History of the East Indian Archipelago dalam tiga jilid. Buku itu sangat penuh rasa kemanusiaan serta membakar ketidakadilan yang diderita oleh penduduk. 
Pada akhir abad XIX, Van Kol yang menjadi juru bicara sosialis Belanda melancarkan kritik terhadap keadaan Hindia Belanda yang semakin merosot. Ia menyatakan selama satu abad lebih pemerintah mengambil keuntungan dari penghasilan rakyat, tetapi tidak ada satu persen pun yang dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat Hindia Belanda. Di samping itu, Van Deventer pada tahun 1899, menulis dalam judul “Hutang Kehormatan”. Dalam tulisan tersebut ia menganjurkan adanya politik balas budi (politik etis) yang berisi pendidikan, irigasi, dan imigrasi/transmigrasi.
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial Salah satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang menganut agama Katolik, misionaris Gonzales Veloso, Fernao Vinagre dan Simon Vas serta pengaruh Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang membawa semangat 3G (Gold, Glory dan Gospel) mempengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di Indonesia. Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiskus Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. 
Di samping penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di Indonesia. Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen Protestan berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang terkenal adalah Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts. Namun penjajahan tetaplah penjajahan sehingga kedatangan penjajahan bangsa barat malah justru memperburuk sosial bangsa kita. 
Dapat disimpulkan bahwa dalam bidang sosial, praktik kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, membawa dampak antara lain sebagai berikut.
a. Terjadinya perubahan pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa kolonial, yaitu sebagai berikut. 

  1. golongan timur asing yang terdiri dari orang Cina dan Timur Jauh
  2. golongan eropa yang terdiri dari orang Belanda dan orang Eropa lainnya 
  3. golongan pribumi 

b. Terjadinya mobilitas sosial dengan adanya gelombang transmigrasi, terutama untuk memenuhi tenaga-tenaga di perkebunan-perkebunan yang dibuka Belanda di luar Jawa. 
c. Muncul golongan buruh dan golongan majikan yang muncul karena berdirinya pabrik-pabrik dan perusahaan sehingga pekerjaan masyarakat Indonesia menjadi dinamis. 
d. Munculnya elit terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah sehingga menyebabkan didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota.Hal ini mendorong lahirnya elit terdidik (priya cendekiawan) di perkotaan. Walaupun jumlah mereka sedikit, tetapi sangat berperan dalam perkembangan pergerakan selanjutnya. 
e. Pembentukan status sosial dimana yang tertinggi adalah Eropa lalu Asia dan Timur yang terakhir kaum Pribumi. 
f. Terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana menjadi sangat sederhana, bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah Belanda. 
g. Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman. Kemunduran perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Dengan feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk atau patuh pada tuan tanah Barat atau Timur Asing sehingga kehidupan penduduk Indonesia mengalami kemerosotan.

Bidang Pendidikan

Yuk belajar tentang Bidang pendidikan pada Dampak dalam Bidang Sosial-Budaya dan Pendidikan..

Awal abad ke-20, politik kolonial memasuki babak baru. Dimulailah era Politik Etis yang dipimpin oleh Menteri Jajahan Alexander W.F. Idenburg yang kemudian menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1909-1916). Ada tiga program Politik Etis, yaitu irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Adanya Politik Etis membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik negeri Belanda atas negeri jajahan. Pada era itu pula muncul simbol baru yaitu “kemajuan”. Dunia mulai bergerak dan berbagai kehidupan pun mulai mengalami perubahan. Pembangunan infrastruktur mulai diperhatikan dengan adanya jalur kereta api Jawa-Madura.

Di Batavia lambang kemajuan ditunjukkan dengan adanya trem listrik yang mulai beroperasi pada awal masa itu. Dalam bidang pertanian pemerintah kolonial memberikan perhatiannya pada bidang pemenuhan kebutuhan pangan dengan membangun irigasi. Di samping itu, pemerintah juga melakukan emigrasi sebagai tenaga kerja murah di perkebunan-perkebunan daerah di Sumatera. Hal yang sangat penting untuk mendukung simbol kemajuan itu maka dalam era Politik Etis ini dikembangkan program pendidikan. Pendidikan ini ternyata tidak hanya untuk orang-orang Belanda tetapi juga diperuntukkan kepada kaum pribumi, tetapi dengan persyaratan-persyaratan tertentu.

Suasana dan simbol kemajuan melalui program pendidikan ini juga didukung oleh adanya surat-surat R.A. Kartini kepada sahabatnya Ny. R.M. Abendanon di Belanda, yang merupakan inspirasi bagi kaum etis pada saat itu. Semangat era etis adalah kemajuan menuju modernitas. Perluasan pendidikan gaya Barat adalah tanda resmi dari bentuk Politik Etis itu. Pendidikan itu tidak saja menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh negara, tetapi juga pada sektor swasta Belanda. Dalam bidang pendidikan meskipun dampaknya sangat kecil kepada penduduk pribumi, tetapi membawa dampak pada tumbuhnya sekolah-sekolah.

Pada tahun 1900, tercatat sebanyak 169 Europese Lagere School (ELS) di seluruh Hindia Belanda. Dari sekolah ini murid-murid dapat melanjutkan pelajaran ke STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) ke Batavia atau Hoogere Burgerlijk School (HBS). Di samping itu juga dikenal sekolah OSVIA (sekolah calon pegawai) yang berjumlah enam buah. Untuk memperluas program pendidikan maka keberadaan sekolah guru sangat diperlukan. Dikembangkan sekolah guru. Sebenarnya Sekolah Guru atau Kweekschool sudah dibuka pada tahun 1852 di Solo.

Berkembanglah pendidikan di Indonesia sejak jenjang pendidikan dasar seperti Hollands Inlandse School (HIS) kemudian Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Untuk kelanjutan pendidikannya kemudian dibuka sekolah menengah yang disebut Algemene Middelbare School (AMS), juga ada sekolah Hogere Burger School (HBS). Kemudian khusus untuk kaum pribumi disediakan “Sekolah Kelas Satu” yang murid-muridnya berasal dari anak-anak golongan atas yang nanti akan menjadi pegawai, dan kemudian rakyat pada umumnya disediakan “Sekolah Kelas Dua” yang di Jawa dikenal dengan “Sekolah Ongko Loro”.

Bagi para pemuda aktivis banyak yang bersekolah di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yang berpusat di Batavia. Sekolah ini sering disebut dengan “Sekolah Dokter Jawa” Dari sekolah ini lahir beberapa tokoh pergerakan kebangsaan. Memang harus diakui, meskipun penduduk pribumi yang dapat bersekolah sangat sedikit, namun keberadaan sekolah itu telah menumbuhkan kesadaran di kalangan pribumi akan pentingnya pendidikan. Hal ini mempercepat proses modernisasi dan munculnya kaum terpelajar yang akan membawa pada kesadaran nasionalisme.

Munculnya kaum terpelajar itu mendorong munculnya surat kabar, seperti, Pewarta Priyayi yang dikelola oleh R.M Tjokroadikoesoemo. Juga koran-koran lain, seperti Surat kabar De Preanger Bode (1885) di Bandung, Deli Courant (1884) di Sumatera Timur, Makassarsche Courant (1902) di Sulawesi, Bromartani (1855) di Surakarta, Bintang Hindia (1902) yang dikelola oleh Abdul Rivai, membawa pencerahan di kalangan pribumi.

Dari berbagai informasi yang ada di surat kabar inilah lambat laun kesadaran akan pentingnya persamaan, kemerdekaan terus menyebar ke kalangan terpelajar di seluruh wilayah Hindia Belanda. Berkat informasi yang berkembang inilah kaum terpelajar terus melakukan dialog dan berdebat tentang masa depan tanah kelahirannya sehingga kesadaran pentingnya kemerdekaan terus berkembang dari waktu ke waktu yang puncaknya adalah adanya kesadaran untuk menjadi satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa adalah Indonesia pada 28 Oktober 1928.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa Dampak penjajahan bangsa Barat di bidang pendidikan, antara lain 

  1. Munculnya golongan -golongan terpelajar di Indonesia. 
  2. Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga –tenaga kerja di perusahaan Belanda. 
  3. Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar.

1.

Pilihlah jawaban yang benar!

Tindakan disriminatif seperti apa yang dilakukan penjajah bangsa Barat di Indonesia...


A. Orang berkulit putih sebagai kelompok yang kelas I, kaum Timur Asing sebagai kelas II, dan kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas III.
B. Orang-orang barat mempunyai kasta tertinggi dan orang-orang pribumi berkasta rendah
C. Orang berkulit hitam sebagai kelompok yang kelas I, kaum Timur Asing sebagai kelas II, dan kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas III.
D. Timur Asing sebagai kelompok yang kelas I, Orang berkulit putih sebagai kelas II, dan kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas III.
E. Orang berkulit putih sebagai kelompok yang kelas I, kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas II dan kaum Timur Asing sebagai kelas III.

JAWABAN BENAR

A.

Orang berkulit putih sebagai kelompok yang kelas I, kaum Timur Asing sebagai kelas II, dan kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas III.

PEMBAHASAN

Penjajahan bangsa Barat di Indonesia secara tegas telah menerapkan kehidupan yang diskriminatif. Orang-orang Barat memandang bahwa mereka yang berkulit putih sebagai kelompok yang kelas I, kaum Timur Asing sebagai kelas II, dan kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas III, kelas yang paling rendah.

2.

Pilihlah jawaban yang benar!

Siapa pengelola surat kabar Pewarta Priyayi....


A. R.M Tjokroadikoesoemo
B. Moh. Yamim
C. Sayuti Melik
D. Abdul Rivai
E. Alexander W.F. Idenburg

JAWABAN BENAR

A.

R.M Tjokroadikoesoemo

PEMBAHASAN

Pewarta Priyayi yang dikelola oleh R.M Tjokroadikoesoemo

3.

Pilihlah jawaban yang benar!

Gagasan Pax Neerlandica yang dicetuskan oleh Gubernur jenderal J.B Van Heutsz pada awal abad ke XII. Makna dari gagasan tersebut adalah ... . 


A. Penggabungan kekuasaan Hindia Belanda ke dalam persekutuan negeri Belanda.
B. Penyatuan wilayah di bawah kekuasaan kesatuan Republik Indonesia.
C. Penyatuan wilayah kekuasaan indonesia di bawah kekuasaan hindia belanda.
D. Penyatuan kerajaan kerajaan lokal yang ada di wilayah kepulauan indonesia.
E. Pemerataan kemakmuran untuk semua rakyat Hindia Belanda.

JAWABAN BENAR

A.

Penggabungan kekuasaan Hindia Belanda ke dalam persekutuan negeri Belanda.

PEMBAHASAN

Gagasan Pax Nerlandica yang dicetuskan oleh Gubernur jendral J.B Van Heuts pada awal abad ke XII. bermaksud menggabungkan kekuasaan Hindia Belanda ke dalam persekutuan negeri Belanda

4.

Pilihlah jawaban yang benar!

Dalam bidang sosial, dampak penjajahan bangsa Eropa adalah .... 


A. Timbul pelapisan sosial.
B. Timbul hubungan sosial.
C. Muncul kerjasama sosial.
D. Lahir badan-badan sosial.
E. Lahir organisasi sosial.

JAWABAN BENAR

A.

Timbul pelapisan sosial.

PEMBAHASAN

Dalam bidang sosial, dampak penjajahan bangsa Eropa antara lain munculnya sistem pelapisan sosial, yaitu masyarakat digolongkan dalam lapisan-lapisan tertentu.

5.

Pilihlah jawaban yang benar!

Munculnya surat kabar pribumi pada akhir abad XIX tidak terlepas dari peranan kaum terpelajar. Pengaruh positif perkembangan surat kabar tersebut adalah ... . 


A. Membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat indonesia.
B. Menunjukan pentingnya penggunaan teknologi.
C. Menumbuhkan kesadaran pentingnya kebersamaan.
D. Menumbuhkan kewaspadaan terhadap bangsa-bangsa Barat.
E. Mendorong bangsa bangsa Indonesia mengenal bangsa Barat.

JAWABAN BENAR

C.

Menumbuhkan kesadaran pentingnya kebersamaan.

PEMBAHASAN

Kehadiran surat kabar di tengah rakyat Indonesia sebagai media yang bisa dinikmati rakyat Indonesia secara luas, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kebersamaan dan persatuan

Bidang Urbanisasi dan Pertumbuhan Kota


Dampak dari adanya kolonialisme di Indonesia yakni adanya urbanisasi. Urbanisasi adalah pergeseran populasi dari daerah pedesaan ke perkotaan. Pada masa liberal ini, perusahaan baru yang didirikan dengan cepat mengalami perkembangan. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan banyak personil dan tenaga ahli. Tidak jarang sampai mendatangkan tenaga dari luar negeri.

Dampak dari tumbuhnya perdagangan dan perusahaan yakni menimbulkan urbanisasi masyarakat pribumi dari pedesaan ke kota atau pusat perkebunan. Hal tersebut didorong oleh faktor berkurangnya lahan pertanian yang mengakibatkan peningkatan kaum miskin di wilayah pedesaan.

Seperti yang terjadi di Surabaya, pada akhir abad ke-19 yang berhasil menjadi kota industri dan perdagangan yang maju karena banyak perusahaan asing yang menanamkan modalnya di kota ini. Surabaya pun menjadi salah satu tujuan orang-orang dari desa mengadu nasib dengan harapan akan mendapat pekerjaan yang layak. Pertumbuhan industri dan perkebunan berhasil melahirkan kota-kota pesisiran, seperti Tuban, Gresik, Batavia, Surabaya, Semarang dan Banten. Disusul pertumbuhan kota-kota yang terletak di pedalaman seperti Bandung, Malang hingga Sukabumi.

Kota-kota di Hindia Belanda tumbuh dengan cepat sepanjang tahun 1900 hingga 1925. Memasuki awal abad ke-20, orang-orang Eropa, termasuk para pengusaha dan keluarga pegawai pemerintah kolonial, semakin banyak berdatangan dan beradaptasi dengan kondisi tropis di Hindia Belanda, mereka menciptakan lingkungan ideal berdasarkan persepsi golongan Eropa. Menurut persepsi orang Eropa, lingkungan yang ideal diwujudkan dalam bentuk jalan yang beraspal, adanya lampu penerangan jalan, perluasan lahan kota dan dibentuknya taman kota, tersedianya lahan pemakaman dan pembangunan gedung perkantoran berkonsep Nieuw Indische Bouwstijl. Kota-kota di Pulau Jawa pembangunannya semakin berkembang disertai kehidupan masyarakatnya yang dinamis menjelang abad ke-20. Kota-kota tersebut diantaranya Batavia, Bandung, Malang, dan Semarang.

 

Kesehatan dan Higenitas


Pada awal abad ke-20, pelayanan kesehatan kolonial di Indonesia sangat diskriminatif, hanya sebagian kecil rakyat pribumi yang mendapatkan akses pelayanan tersebut. Namun, dengan munculnya politik etis, fokus perhatian pemerintah kolonial Belanda berubah untuk memperluas akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara luas.

Kebijakan yang diterapkan pemerintah kolonial dalam bidang kesehatan adalah:

Memfasilitasi pendidikan bagi tenaga medis: Pemerintah kolonial mendirikan sekolah dan lembaga pendidikan untuk melatih tenaga medis pribumi, seperti pelatihan bidan atau dukun bayi. Salah satunya adalah pendirian School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) atau "Sekolah Dokter Jawa" dan sekolah dokter lainnya.

Pendirian sekolah kesehatan lainnya: Selain STOVIA, pemerintah kolonial juga mendirikan sekolah kesehatan lainnya untuk melatih tenaga medis pribumi dalam bidang-bidang khusus sesuai dengan tanggung jawab mereka, seperti mantri kesehatan yang dilatih untuk menangani penyakit tertentu atau aspek kesehatan lainnya.

Dengan kebijakan ini, pemerintah kolonial berusaha meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat pribumi dan mengembangkan tenaga medis pribumi yang terlibat dalam penyediaan layanan kesehatan.

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, pemerintah kolonial juga telah mendirikan berbagai fasilitas kesehatan dan rumah sakit sebagai upaya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di wilayah tersebut, seperti

Rumah Sakit VOC: Pada tahun 1641, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) telah mendirikan rumah sakit permanen di Batavia (sekarang Jakarta). Rumah sakit ini merupakan salah satu fasilitas kesehatan pertama yang didirikan oleh pemerintah kolonial di Indonesia.

Rumah Sakit Perusahaan: Seiring dengan perkembangan perusahaan perkebunan, pertambangan, dan pelayaran pada masa sistem tanam paksa, pemerintah kolonial mulai membangun rumah sakit perusahaan di berbagai daerah. Fasilitas ini digunakan untuk memeriksa kesehatan tenaga kerja baik di Jawa maupun di luar pulau Jawa.

Laboratorium Penelitian: Pemerintah kolonial Belanda mendirikan laboratorium penelitian di beberapa kota seperti Batavia (Jakarta), Bandung, Medan, Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini bertujuan untuk melakukan penelitian dalam bidang kesehatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan medis.

Dinas Pemberantasan Penyakit: Pemerintah Belanda memberikan perhatian khusus terhadap penanggulangan wabah penyakit. Mereka membentuk dinas khusus yang bertugas dalam pemberantasan penyakit, seperti pada masa wabah penyakit Pes. Salah satu contohnya adalah pendirian dinas pemberantasan pes (Pest Bestrijding).

 

Mobilitas Sosial


Perkembangan perkebunan di Indonesia pada masa kolonial Belanda menyebabkan peningkatan permintaan akan tenaga kerja. Pemerintah kolonial kemudian mendatangkan pekerja dari daerah-daerah ke pusat-pusat perkebunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya mobilitas sosial yang signifikan pada masa tersebut. Beberapa penyebab terjadinya mobilisasi penduduk pribumi pada masa kolonial antara lain:

Perubahan Fungsi Lahan Pertanian menjadi Perkebunan: Banyak lahan pertanian desa yang beralih fungsi menjadi perkebunan besar. Petani desa kemudian beralih profesi menjadi buruh perkebunan. Hal ini mendorong para pekerja untuk meninggalkan desa mereka dan menuju ke tempat-tempat perkebunan yang menawarkan kesempatan kerja yang lebih menjanjikan.

Menghindari Kewajiban Tanam Paksa atau Kerja Paksa: Beberapa daerah memberlakukan kewajiban tanam paksa atau kerja paksa bagi penduduknya. Untuk menghindari kewajiban tersebut, banyak orang mencari daerah-daerah yang tidak menerapkan kewajiban tersebut.

Munculnya Kota-kota Baru: Dengan perkembangan perkebunan dan industri, banyak kota-kota baru bermunculan. Keberadaan kota-kota ini memberikan kesempatan dan fasilitas yang lebih baik bagi masyarakat. Sarana dan prasarana yang lebih lengkap tersedia di kota-kota ini, sehingga banyak orang pindah ke kota untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mencari peluang pekerjaan.

Pendidikan: Pendidikan pada masa kolonial memberikan kesempatan kepada banyak orang Indonesia untuk menjadi cendekiawan dan bekerja di kantor-kantor pemerintah di kota. Hal ini juga menjadi faktor yang mendorong mobilitas sosial, di mana orang-orang pindah ke kota untuk mengembangkan karier mereka.

Namun, di balik mobilitas sosial yang terjadi, pekerja Indonesia pada masa itu diberikan upah yang sangat rendah. Para pengusaha perkebunan mengikat pekerja dengan peraturan Koeli Ordonantie atau peraturan tentang kuli kontrak yang disertai dengan Poenale Sanctie atau hukuman bagi pekerja yang menolak bekerja atau meninggalkan perkebunan.

redesain-navbar Portlet