Apa atau Mengapa?
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash
Satu hari, teman-teman disuguhkan soal yang mempertanyakan berapa luas permukaan kaki gajah yang diperlukan untuk menaikkan dongkrak hidrolik. Setelah berjam-jam berkutat dengan angka dan logika, akhirnya kamu menemukan jawabannya. Ah, sungguh suatu kepuasan.
Tunggu, dari sulitnya soal tadi, kamu terdiam lalu menertawakan diri sendiri sambil mempertanyakan, “Apa saat lulus nanti, aku perlu keahlian mengukur kaki gajah?” Tapi ya sudahlah, tak perlu mempertanyakan hal seperti itu asal mendapat nilai bagus, pikirmu.
Nilai, nilai, dan nilai. Mimpi setiap pelajar adalah menjadi orang sukses, lebih tepatnya orang sukses yang lulus dari perguruan tinggi negeri. Masuk perguruan tinggi negeri perlu apa? Nilai. Tidak salah memang, menggunakan suatu standar sebagai kualifikasi yang diperlukan, namun apakah sebenarnya nilai itu? Apa gunanya belajar? Apa manfaat angka pada rapor akhir semester yang kamu terima itu?
Lagi-lagi kita menggunakan kata tanya ‘apa.’ Hal sekecil ini ternyata seharusnya sudah menjadi petunjuk besar mengenai pendidikan Indonesia. Pada setiap pembelajaran, kita lebih sering bertanya, “Apa yang akan dipelajari, Bu?” atau “Pak, apa rumus untuk menjawab soal ini?” Tapi pernahkah teman-teman berani melontarkan pertanyaan, “Mengapa kita belajar hal ini, Pak?”
Kita hanya mengerjakan tugas yang diberikan tanpa peduli akan korelasinya terhadap kehidupan kita nanti. Oleh sebab itu, banyak ungkapan bahwa apa yang kita pelajari kini, tidak ada gunanya di masa depan. Tentu pernyataan tersebut salah, namun tidak sepenuhnya. Mengapa bisa demikian?
Mari kita kupas perlahan, mungkin bisa dimulai dengan mempertanyakan diri teman-teman sendiri mengenai apa tujuan kamu belajar. Yakin, untuk menambah ilmu? Bukan untuk mendapat peringkat tertinggi di kelas?
Nyatanya, penghargaan di sekolah diberikan untuk siswa yang memperoleh nilai bagus pada tiap pelajarannya. Sebagai manusia, siapa yang tidak mau mendapat piala? Tapi ternyata, nilai bagus dan piala tidak seberharga itu dalam kehidupan.
Tujuan pendidikan adalah untuk membangun benteng pertahanan dalam perjalanan hidup teman-teman. Jadi, jika kamu terlalu fokus terhadap angka demi validasi dari sekolahmu, tanpa mengetahui bagaimana cara menjalani hidup ini, maaf kawan, kau belum siap menerima kegagalan dan mempertanggungjawabkan kesuksesan. Pola pikir yang salah ini bisa menjadi batu sandungan teman-teman dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Jika kita sebagai pemegang masa depan bangsa bisa tersandung, bagaimana nasib negeri ini ke depannya?
Berbicara soal kualitas, dibuatlah PISA, yaitu suatu asesmen Internasional yang dipergunakan untuk mengetahui perkembangan pendidikan di setiap negara. Selamat, Indonesia menempati kedudukan delapan! Dari belakang.
Padahal, jumlah pelajar selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan kuantitas pelajar ini tentu harus sejalan dengan jumlah pengajar yang berkualitas. Namun, nilai yang dijadikan standardisasi tadi juga punya pengaruh besar bagi guru. Guru di Indonesia faktanya hanya memenuhi kualifikasi sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) tanpa ada bukti faktual mengenai kualitas pengajaran yang diberikan.
Selain itu, kurikulum yang digunakan di Indonesia juga belum bisa menyesuaikan dengan arus pendidikan internasional. Pihak pembuat kurikulum terlampau fokus mengejar ketertinggalan yang ada lantaran ketimpangan kuantitas pelajar dan kualitas pengajar yang telah disebutkan sebelumnya. Akibatnya, langkah pendidikan Indonesia terhambat. Padahal seharusnya visi misi pendidikan kita berdampak pada dunia.
Rangkaian pernyataan di atas bukan untuk memojokkan suatu pihak. Pelajar Indonesia tidak bodoh. Buktinya anak-anak Indonesia banyak yang senang belajar sains, hanya saja belum bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan. Kualitas pengajar Indonesia juga tidak menjadi akar permasalahannya karena konsep merdeka belajar sekarang ini mendorong siswa untuk bebas mencari berbagai sumber pengetahuan dari banyaknya media yang tersedia. Jadi, apa yang kita harus lakukan demi pendidikan bangsa ini?
Terus bertanya. Sama seperti dari awal tulisan ini dibuat. Banyak lontaran pertanyaan yang dipaparkan. Kita sebagai manusia yang berkembang, harus terus kritis dan mempertanyakan setiap hal yang ada tanpa ragu. Dengan semakin banyak bertanya, kita memaksa diri untuk menemukan solusi sehingga menambah kualitas kita sebagai pelajar.
Terlepas dari pemikiran kritis, kita juga harus tetap optimis dan terbuka terhadap perubahan yang ada. Kurikulum yang mungkin masih kurang baik, bisa diperbaiki dengan gagasan anak muda yang berani menyuarakan isi pikirannya.
Pola pikir kita terhadap nilai juga harus bisa digeser dengan bagaimana cara kita memprioritaskan materi yang sekiranya bisa dituangkan dalam kehidupan kita. Ubah stereotipe klise mengenai kesuksesan yang dilihat dari sekolah mana yang menjadi tempat belajar kita. Nilai hanya sekadar angka dan sertifikat kelulusan hanya menandakan bahwa kamu pernah menjadi pelajar. Pada akhirnya, pendidikan harus dijadikan sebagai alasan kita untuk terus belajar dan sedikit banyaknya nanti kita bisa menjadi bagian dari kemajuan pendidikan bangsa yang berdampak bagi dunia.
Sumber :
https://www.kompasiana.com/bryanitazizah/60915453d541df61bc1fd222/berbicara-tentang-pisa dalam-pendidikan-di-indonesia?page=3&page_images=1
https://kastara.id/09/06/2021/kualitas-guru-pengaruhi-kualitas-pendidikan-di indonesia/#:~:text=Menurut%20survei%20dari%20PERC%20
https://mahasiswaindonesia.id/rendahnya-kualitas-pendidikan/
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog