Bahasa Daerah: Riwayatnya Kini
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Bahasa Daerah Dimasa Digital, photo via www.lampost.co
We can't deny the necessity of English in our life today as the world has been continuously shrinking into a village size. Meskipun demikian, bukan berarti kita dibenarkan untuk mengabaikan warisan budaya nenek moyang – termasuk didalamnya, bahasa daerah.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud telah melakukan penelitian untuk pemetaan dan perlindungan bahasa daerah sejak tahun 1991 hingga 2017. Penelitian tersebut menemukan bahwa dari ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia, beberapa diantaranya terancam punah.
Â
Sudah Ada Bahasa Daerah yang Punah
Saat ini, terdapat 18 bahasa daerah yang terancam punah. Bahasa-bahasa daerah tersebut berada di wilayah:
- Sulawesi: bahasa Ponosokan, Konjo, Sangihe Talaud, dan Minahasa/ Gorontalo
- Maluku: bahasa Hulung dan Samasuru
- Sumatera: bahasa Bajau Tungkal dan Lematang
- Nusa Tenggara Timur: bahasa Nedebang
- Papua: bahasa Mander, Namla, Usku, Makleu, Bku, Mansim Borai, Dubu, Irarutu, dan Podena
Jumlah bahasa daerah yang telah punah tak jauh selisihnya – terdapat 15 bahasa. Bahasa-bahasa daerah yang telah punah tersebut ialah Kajeli, Ibo, Moksela, Piru, Ternateno, Palumata, Hoti, Hukumina, Nila dan Serua dari Maluku Utara, Mawes, Saponi dan Tandia dari Papua, Reta dari Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur, dan Meher dari Pulau Kisar Maluku Tenggara Barat.
Punahnya Bahasa di Suatu Daerah
Dikutip dari id.wikipedia.org, suatu bahasa disebut punah atau mati ketika tak ada lagi penutur aslinya. Kriteria lain untuk menyebut punahnya suatu bahasa adalah ketika bahasa tersebut tak digunakan lagi.
Kepunahan bahasa juga terjadi di dunia, tak hanya di Indonesia. Bahasa-bahasa peradaban kuno yang telah punah diantaranya adalah Sumeria di Irak, Galia di Perancis, Tangut di Tiongkok dan Mongolia, serta Khitan dan Jurchen di Tiongkok.
Bahasa Daerah, Kekayaan Peradaban Kita
Dikutip dari tirto.id, Jurnal Masyarakat dan Budaya melaporkan bahwa kita memiliki 700 lebih bahasa daerah yang masih aktif. Akan tetapi, pakar linguistik Universitas Indonesia, Prof. Dr. Multamia Lauder, menyebutkan bahwa beberapa bahasa daerah hanya digunakan oleh enam, 50, atau 500 orang saja dalam wilayah tersebut.
Mengingat suatu bahasa akan punah bila tak ada lagi penutur aslinya, maka bisa jadi kita tinggal menunggu waktu saja ketika satu demi satu bahasa daerah kita tinggal nama. Terlepas dari berbagai penyebabnya, sangat disayangkan bila wujud kekayaan budaya dan peradaban bangsa kita menghilang tanpa bekas.
Terbaru, CNN Indonesia menyebutkan tentang penerapan teknologi AI dalam speech processing yang dikatakan dapat menjadi alat konservasi bahasa daerah yang terancam punah. Nah, bagaimana teknologi voice interface ini menurut Sobat Pintar?
ArtikelTerkaitV3
Mengapa Pohon Natal Selalu Cemara atau Pinus? Ini Rahasia Si
Hai, Sobat Pintar! Pernah nggak sih kamu penasaran kenapa pohon Natal selalu identik dengan pohon cemara atau pinus? Kenapa nggak pakai pohon mangga atau jambu aja, ya? Ternyata, ada sejarah panjang dan makna mendalam di balik tradisi ini. Yuk, kita kupas...
Baca Selengkapnya
Investasi Masa Depan: Kenapa Harus Mulai Sekarang dan Piliha
Hai, Sobat Pintar! Pernahkah kamu membayangkan bagaimana kondisi keuanganmu di masa depan? Apakah kamu sudah mempersiapkannya dengan baik? Salah satu cara terbaik untuk memastikan masa depan finansial yang cerah adalah dengan berinvestasi. Yuk, kita bahas...
Penyelamat Tanpa Sorak: Mengenal Lebih Dekat Profesi Pemadam
Sobat Pintar, kalau ditanya cita-cita, pasti banyak yang menjawab dokter, polisi, atau pilot. Tapi pernah nggak sih kepikiran jadi firefighter atau pemadam kebakaran? Profesi ini sering banget dibandingin sama polisi karena sama-sama berjasa buat masyarak...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog