APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Cara Membantu Anak Remaja Menjaga Keseimbangan antara Belajar dan Bermain

Peran orang tua amatlah penting dalam membimbing anak remaja.

Photo by Patrick Buck on Unsplash

Depresi karena sekolah kedengarannya tidak mungkin terjadi, tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Bagi sebagian anak remaja, sekolah bisa menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kesehatan mental. Persaingan yang ketat dalam prestasi akademik, beban tugas yang berat, maupun harapan orang tua yang tinggi dapat memicu timbulnya gangguan mental pada remaja.

Stres pada remaja tidak selalu mudah dikenali, atau bahkan dipahami oleh orang dewasa, termasuk orang tua. Rasa tidak berdaya, merasa rendah diri, atau merasa gagal cukup sering dipandang sebagai permasalahan remaja biasa alih-alih terkait dengan tekanan akademik. Tak heran bila sedikit saja anak remaja yang mendapatkan dukungan emosional yang dibutuhkannya dari orang tua.

Depresi memang sebuah istilah psikologi yang terbilang kompleks. Namun yang pasti, menjaga kesehatan mental remaja itu penting. Di masa remajalah perkembangan kehidupan seseorang yang terhitung kritis sedang terjadi. Remaja dengan kesehatan mental yang baik berpeluang untuk berprestasi, mengelola emosi, mengembangkan keterampilan sosial, bahkan secara umum memiliki kualitas hidup yang lebih baik di masa dewasa.

Oleh sebab itu, penting bagi remaja untuk menjaga keseimbangan antara belajar dan bermain. Lantas bagaimana caranya agar anak-anak remaja dapat menyeimbangkan antara belajar dan bermain mereka? Berikut tips yang bisa dicoba.

 

1. Jalin Komunikasi yang Baik

cara membagi waktu belajar
Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash

Stres pada remaja disebabkan oleh berbagai macam faktor. Sesuatu yang menjadi beban pikiran bagi si A belum tentu menjadi perhatian bagi si B. Alih-alih menebak-nebak, yang terkadang justru jatuh pada asumsi belaka, sebaiknya orang tua mencari tahu apa yang menjadi beban pikiran anak remajanya. Ajak anak membicarakan tentang rutinitas hariannya, tugas sekolah, ekskul yang disukainya, juga tentang teman-temannya.

Melalui komunikasi yang terbuka, orang tua dapat memahami dengan lebih baik apa yang dibutuhkan oleh anak. Barulah kemudian, orang tua dapat memberikan bantuan yang tepat agar anak remajanya dapat mengatur waktu antara bermain dan belajar.

 

2. Menetapkan Batasan dengan Konsisten

membagi waktu belajar dan bermain
Photo by Gabriel Valdez on Unsplash

Salah satu cara orang tua membantu remaja membagi waktu belajar dan bermain adalah dengan menetapkan batasan. Misalnya, cara membagi waktu antara bermain HP dan belajar adalah dengan menentukan berapa lama atau sampai pukul berapa anak diizinkan menggunakan HP-nya.

Berbekal komunikasi yang terbuka dengan anak, sebagaimana telah disebutkan di atas, setiap orang tua dapat menetapkan batasannya masing-masing. Apakah anak boleh bermain game di akhir pekan saja? Apakah anak diizinkan mengakses medial sosial selama 30 menit setelah makan malam? Setiap keluarga dapat duduk bersama dan mendiskusikan bagaimana cara membagi waktu belajar dan bermain yang paling pas. Yang penting dalam hal ini adalah konsistensi. Batasan yang konsisten, tetapi tetap wajar, memberi kesempatan bagi anak untuk tumbuh dengan rasa aman.

 

3. Beri Ruang untuk Belajar dan Berkembang

manfaat bermain bagi anak remaja
Photo by Jeswin Thomas on Unsplash

Konsistensi juga memberikan kerangka yang jelas dan kontinuitas dalam proses pembelajaran anak remaja. Ketika diberikan arahan yang konsisten dan aturan yang tetap, anak memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan pola pikir yang lebih kuat. Konsistensi dalam belajar dan bermain memberikan dasar yang stabil bagi anak untuk berkembang.

 

4. Beri Kesempatan untuk Memikul Tanggung Jawab

membagi waktu antara bermain hp dan belajar
Photo by Joshua Sukoff on Unsplash

Ketika melihat bahwa orang tua konsisten dalam menegakkan aturan dan batasan, memberikan konsekuensi yang adil, serta memberikan pujian atas perilaku yang baik, anak belajar untuk bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Konsistensi orang tua dalam memantau waktu belajar dan bermain anak memberi kesempatan padanya untuk memahami apa yang diharapkan dari dirinya, serta yakin akan kemampuannya untuk memenuhi harapan tersebut. Dengan demikian, rasa percaya dirinya pun akan tumbuh dan terpupuk.

 

5. Perkenalkan dengan Manajemen Diri yang Baik

gangguan mental pada remaja
Photo by cottonbro studio on Pexels

Tak ada remaja yang suka diatur-atur, termasuk tentang caranya membagi waktu belajar dan bermain. Namun orang tua dapat membimbing agar anak dapat mengatur dirinya sendiri dengan baik. Alih-alih terus-menerus menegur anak untuk meletakkan HP-nya dan mulai belajar, misalnya, bukankah lebih baik bila anak sendiri yang berinisiatif untuk melakukannya?

Memang butuh waktu agar remaja memiliki manajemen diri yang baik. Namun, sekali lagi, dengan konsistensi yang baik dari orang tua, setiap anak berpeluang untuk mengembangkan keterampilan ini. Dengan konsistensi, anak belajar untuk mengatur waktu dan prioritasnya sehingga dapat menjaga keseimbangan antara belajar dan bermain.

Meskipun tak lagi berusia kanak-kanak, remaja masih perlu waktu untuk bermain. Salah satu manfaat bermain bagi anak remaja adalah untuk menghilangkan beban pikiran. Dalam jangka panjang, kemampuannya untuk menjaga keseimbangan antara belajar dan bermain akan menjadi keterampilan manajemen diri yang baik, seperti saat harus menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan relaksasi pikiran.

10

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog