Contoh Hukuman yang Mendidik Siswa di Sekolah
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Foto oleh Monstera dari Pexels
Apa yang terbersit di benak Guru Pintar mendengar kata hukuman? Terdapat perdebatan antara boleh atau tidak menghukum siswa. Bahkan sudah sering kita dengar seorang guru dipidanakan karena telah menghukum siswanya.
Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan merupakan tempat untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian seseorang secara menyeluruh. Proses pendidikan harus menekankan pada pengembangan pengetahuan (kognitif), juga mengembangkan kemampuan untuk berbuat sesuatu (psikomotor), serta mengembangkan sikap mental dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat (afektif) secara seimbang. Supaya proses penyelenggaraan pendidikan dapat berlangsung secara efektif maka sangat penting untuk melatih kedisiplinan siswa. Penegakan kedisiplinan siswa di sekolah selama ini sangat erat dihubungkan dengan penerapan hukuman.
Guru Pintar pasti pernah menemukan siswa-siswa yang melanggar tata tertib, berperilaku menyimpang, dan bahkan mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal semacam ini tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja. Mendiamkan siswa yang melanggar peraturan tentu saja akan membuat siswa tidak menyadari bahwa perilaku atau tindakan yang dilakukannya salah sehingga akan terus menerus dilakukan. Hukuman yang diterima karena lalai melakukan kewajiban di sekolah akan membuat siswa jera dan tidak akan mengulanginya lagi. Contoh hukuman untuk siswa yang sering kita jumpai misalnya berdiri di pojok kelas, membersihkan kelas, dan masih banyak lagi.
Foto oleh Victoria Borodinova dari Pexels
Hukuman adalah suatu sanksi yang harus diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelanggaran terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan. Sanksi atau hukuman dapat bersifat material maupun non-material. Sejak dahulu, hukuman dianggap sebagai sebuah alat pendidikan yang istimewa kedudukannya. Menurut Kartini Kartono (1992), hukuman adalah perbuatan secara sengaja yang diberikan sehingga mengakibatkan penderitaan lahir batin, diarahkan untuk menggugah hati nurani dan penyadaran hati si penderita akan kesalahannya.
Tujuan pemberian hukuman dalam pendidikan adalah untuk menyadarkan siswa jika telah melakukan kesalahan atau melanggar peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, pemberian hukuman tidak boleh dilakukan dengan semena-mena. Ada berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemberian hukuman bahkan ada yang diikuti dengan ancaman hukuman pidana. Apakah hal tersebut membuat Guru Pintar takut dan akan membiarkan saja siswa terus melakukan pelanggaran, perbuatan menyimpang, dan hal-hal tidak baik lainnya? Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga poin yang harus diperhatikan tentang pemberian hukuman pada siswa . Poin yang pertama, hukuman yang diberikan harus selaras dengan kesalahannya. Sebagai contoh, jika siswa mengotori ruangan kelas, maka hukumannya adalah menyapu. Atau jika siswa merusak atau memecahkan benda di kelas, maka hukumannya adalah menggantinya tanpa perlu menambahkan hukuman fisik seperti menjewer atau menampar siswa. Mengapa? Karena hal tersebut dapat disebut sebagai hukum penyiksaan. Poin kedua yang disampaikan Ki Hajar Dewantara tentang hukuman adalah adil. Guru menghukum siswa harus bersifat adil. Hukuman diberikan kepada siapapun yang melakukan kesalahan atau pelanggaran. Tidak peduli latar belakang orang tua siswa. Pemberian hukuman yang dilakukan secara subyektif berpotensi menimbulkan kecemburuan dan guru akan dinilai pilih kasih. Poin yang ketiga adalah hukuman harus segera dilaksanakan. Maksudnya adalah hukuman atau sanksi diberikan saat kesalahan terjadi. Jangan menunda-nunda karena selain akan kehilangan moment pentingnya, hal ini bertujuan untuk menghindari rasa lupa dan siswa langsung menyadari apa kesalahannya.
Foto oleh MART PRODUCTION dari Pexels
Lalu bagaimanakah sebuah hukuman di sekolah disebut sebagai hukuman yang mendidik? Supaya hukuman atau sanksi yang Guru Pintar efektif dan disebut sebagai hukuman yang mendidik, maka Guru Pintar harus memperhatikan tiga hal berikut ini:
Setelah melaksanakan hukuman, diharapkan siswa tahu dan menyadari kesalahan yang telah diperbuat sehingga bisa diperbaiki dan tidak akan terulang di masa yang akan datang. Orang tua juga perlu diajak berkomunikasi karena harus memberikan pendampingan sehingga hal yang dilakukan di sekolah sejalan dengan yang dilakukan di rumah.
Artinya adalah dalam pemberian hukuman tersebut harus ada arti yang berguna bagi siswa. Hukuman di sini sebagai alat untuk meningkatkan kedisiplinan harus dapat meninggalkan pesan bagi siswa. Jangan sampai hukuman hanya untuk memuaskan guru dan tidak mengajarkan apapun kepada siswa.
Hukuman yang Guru Pintar berikan bertujuan untuk langkah pendisiplinan, bukan untuk mempermalukan siswa. Hukuman tidak boleh menurunkan martabat siswa karena dikhawatirkan siswa tidak akan menyadari kesalahannya melainkan memiliki trauma yang membahayakan psikologisnya. Misalnya sanksi terhadap siswa yang tidak jujur adalah dengan meminta siswa berdiri di depan kelas dengan papan atau tulisan “tidak jujur.” Hal seperti ini sebaiknya dihindari. Jika ada siswa yang tidak jujur berikan konsekuensi yang membuat siswa benar-benar sadar kesalahannya.
Ide hukuman yang cocok untuk siswa supaya tidak berulang kali melakukan kesalahan yang sama namun tetap mendidik harus dipikirkan masak-masak. Seperti sudah dibahas di atas bahwa hukuman harus membuat siswa jera dan tidak akan mengulangi perbuatan salahnya kembali tanpa mempermalukan siswa. Contoh konsekuensi yang bermanfaat misalnya meminta siswa membersihkan kelas, menghafalkan pelajaran, atau membantu guru di kelas. Banyak sekali contoh hukuman yang mendidik bagi siswa SD, contoh hukuman yang mendidik bagi siswa SMP, atau untuk siswa SMA. Semua boleh dilaksanakan asalkan tidak menyakiti fisik dan juga psikis siswa.
Kunci pemberian hukuman mendidik yang tepat untuk anak adalah komunikasi dan konsistensi. Ajak siswa bersepakat membuat peraturan dan sanksi apa saja yang akan diberikan jika peraturan tersebut dilanggar. Kemudian adalah konsisten. Guru dan siswa harus memastikan semua pihak melakukan kesepakatan yang diberikan. Dengan demikian siswa semua siswa akan selalu patuh dan proses pembelajaran karakter baik berjalan dengan lancar.
baca juga: 10 Cara Mengatasi Siswa yang susah Diatur, Jangan Dimarahi!
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog