Detox Diri, Solusi Bahaya Social Comparison
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Solusi Bahaya Social Comparison, Photo by ANGELA FRANKLIN on Unsplash
Dalam rangka Hari Kesehatan Mental Sedunia, yuk kita ngomongin fenomena yang lagi hangat dan banyak dilakukan di zaman virtual ini: social comparison. Tahu nggak, sebenarnya social comparison udah kita kenal sejak lama. Coba ingat-ingat deh, pasti Sobat Pintar pernah mendengar perkataan semacam “Masih pagi kok udah main hp mulu, nggak kayak si A tuh udah belajar.” Yup, dibandingkan dengan anak tetangga.
Sekilas, dibanding-bandingkan dengan anak tetangga tampaknya lumrah terjadi. Akan tetapi, hal ini bisa menjadi cikal bakal social comparison jika akhirnya kita benar-benar mulai membandingkan diri dengan Si A. Nah, sekarang social comparison makin marak dilakukan karena mudahnya akses informasi yang membuat kita mengetahui apa saja yang dilakukan orang lain dari postingan di sosial media (sosmed).
Sekarang ini, membuka sosmed sudah menjadi ‘sarapan’ kita setiap pagi. Bahkan data dari We Are Social mengungkapkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu selama 3 jam 23 menit sehari untuk berselancar di dunia maya. Di sosmed dengan mudah kita mendapat informasi tentang kejadian apapun di sekeliling kita.
Misalnya, temen-temen udah pada kerja dan ada yang ngelanjutin S2. Belum lagi ditambah postingan dari idola yang memperlihatkan body dan relationship goals-nya. Hingga akhirnya kita larut ke dalam pikiran, “Mereka udah punya hal yang bisa dibanggain, lah aku masih lempeng aja...”
Hei, stop! Kamu tidak perlu berpikir kayak gitu. "Comparison is the death of joy," kata Mark Twain. Peneliti juga mengatakan bahwa perilaku membandingkan diri bisa mempengaruhi kesehatan mental. Tambahan pula, perbandingan diri dapat menyebabkan munculnya perasaan iri, dengki, dendam, dan stres.
Saat kita membandingkan diri dengan orang yang ‘di bawah’ kita, maka kita akan berbahagia atas kegagalan orang lain. Saat inilah perilaku membandingkan akan menurunkan nilai dirimu. Kamu akan menjadikan hidup layaknya kompetisi daripada kolaborasi. Ini gawat, Sobat!
Gimana caranya biar stop ngebandingin diri sendiri dengan orang lain? Kuncinya, coba ganti objek perbandingannya. Kalau dulu kamu membandingkan diri dengan orang yang lebih baik atau lebih buruk, sekarang coba bandingkan diri dengan versi lama dirimu. Cara ini bisa mendorongmu untuk selalu melangkah ke depan dan merasa lebih baik setiap harinya. Kamu juga bisa memulai dengan hal seperti:
Kamu harus stop main sosmed saat dirimu sudah mulai overthinking dan menganggap ‘rumput tetangga lebih hijau.’ Apalagi kalau sampai kamu lupa akan segala kelebihan yang kamu punya.
Kamu harus teguh memegang nilai diri agar ketika kamu melihat konten yang mendorongmu melakukan social comparison, kamu tidak terombang-ambing dan tetap menjadi diri kamu yang seutuhnya.
Kelilingi diri dengan orang-orang yang memahami nilai dirimu. Dengan begitu mereka akan jadi pengingatmu untuk kembali ke ‘jalur’ jika kamu melakukan sesuatu yang menurunkan nilai diri.
Berikan pujian kepada diri setelah selesai melakukan sesuatu. Kamu mudah memuji pencapaian orang lain, kok susah banget memuji diri sendiri? Penghargaan ini bisa seperti melakukan pijat, liburan singkat, dengerin musik, atau melakukan me time. Lakukan hal yang kamu suka sebagai bentuk penghargaannya.
Kamu harus lebih sering bersyukur bahwa kamu sudah ada di titik ini. Selalu ingat bahwa kamu hebat, kamu kuat, kamu berharga dengan tidak melakukan social comparison.
Daripada harus berlomba untuk menjadi lebih baik dari orang lain, mendingan kamu fokus pada target diri dan memberikan versi terbaikmu untuk dunia. Yuk, berhenti membandingkan diri dengan orang lain! Setiap kita unik dan itulah yang membuat kita lebih dari cukup.
Penulis: Chatarina
Penyunting: Deni Purbowati
ArtikelTerkaitV3
Penyelamat Tanpa Sorak: Mengenal Lebih Dekat Profesi Pemadam
Sobat Pintar, kalau ditanya cita-cita, pasti banyak yang menjawab dokter, polisi, atau pilot. Tapi pernah nggak sih kepikiran jadi firefighter atau pemadam kebakaran? Profesi ini sering banget dibandingin sama polisi karena sama-sama berjasa buat masyarak...
Baca Selengkapnya
Mitos vs Fakta Jurusan Manajemen: Jangan Tertipu Sebelum Kam
Hai, Sobat Pintar! Kamu tertarik masuk Jurusan Manajemen tapi masih ragu karena banyak anggapan yang simpang siur? Tenang, kali ini kita akan kupas tuntas mitos dan fakta seputar jurusan ini. Simak baik-baik ya! Mitos 1: "Lulusan Manajemen Hanya Jadi Bos...
Mitos & Fakta Jurusan Hukum: Benarkah Hanya untuk Calon Peng
Sobat Pintar, pernah dengar anggapan bahwa Jurusan Hukum hanya cocok untuk mereka yang suka berdebat atau ingin jadi pengacara? Atau mungkin kamu berpikir bahwa lulusan Hukum pasti akan jadi hakim atau jaksa? Nah, sebelum kamu terjebak dalam mitos-mitos i...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog