Kiat Mengatasi Siswa yang Sering Buat Ulah
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Kiat Mengatasi Siswa, photo by Matese Fields on Unsplash
Sering kita mendengar kasus siswa di kelas yang “buat ulah.” Hal ini tentu meresahkan karena mengganggu proses belajar mengajar. Kasusnya pun beragam, ada yang ringan, sedang, dan berat. Jika sudah terjadi seperti ini, biasanya gurulah yang menjadi kambing hitam. Padahal, pendidikan itu butuh peran serta yang saling mengisi antara guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Nah, sebagai Guru Pintar, kita harus punya trik cerdas untuk mengatasi hal ini.
Photo by Leah Kelley on Pexels
Guru adalah pengendali utama hubungan komunikasi siswa disekolah. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan membaca tanda-tanda yang ditunjukkan siswa, baik melalui bahasa tubuh, verbal, atau tindakan. Kita mesti mendalami kondisi siswa yang dicap sebagai siswa “pembuat ulah” di kelas. Banyak siswa yang sebenarnya bermasalah di rumah atau di lingkungan permainannya, kemudian membawa suasana hati mereka sampai ke lingkungan sekolah.
Di sinilah dibutuhkan kejelian seorang guru yang sewaktu-waktu bisa berperan sebagai “sahabat” bagi siswa. Luangkan waktu untuk menyelami dan mendengar suasana hati siswa. (Maaf) Jangan hanya kejar target kurikulum. Kita mesti menjadi sosok yang selalu ada ketika siswa membutuhkan tempat curhat. Dekati mereka dengan berbagai metode sehingga tidak muncul pikiran negatif, yang dapat mematikan karakter mereka sebagai siswa kreatif. Jika guru bisa mengenal siswa lebih dalam, maka pasti siswa "pembuat ulah" itu dapat dihadapi dengan lebih sabar dan bijak
Photo by Simon Launay on Unsplash
Guru harus mampu membangun komunikasi dengan orang tua. Sebab, tidak sedikit perilaku bermasalah siswa disebabkan oleh kekecewaan pada orang tua di rumah, kurang perhatian, broken home, atau semisalnya. Tentu kita mesti berhati-hati menyentuh wilayah ini, perlu trik dan pendekatan humanis kekeluargaan sehingga ada keakraban dan keterbukaan antara orang tua dan guru. Langkah ini dipandang berhasil jika orang tua secara sukarela membuka kran komunikasi tentang kondisi pembinaan anak di rumah, kecenderungan sikap positif dan negatif, pemanfaatan waktu luang, perhatian orang tua, dan beberapa hal yang berkenaan dengan komunikasi dengan anak di rumah. Koordinasi dengan orang tua ini dibangun di atas komitmen yang kuat bahwa semua usaha yang kita lakukan demi kepentingan anak kita. Guru dan orang tua sama-sama menempatkan siswa sebagai “pribadi yang unik” yang butuh bimbingan dan perhatian.
Kita juga harus menghindari rasa curiga yang bisa muncul di hati siswa seolah-olah kita berkomplot dengan orang tuanya dalam menghadapi kekurangannya. Kita bisa memperkuat komitmen azas kerahasiaan dan kesukarelaan dalam berkomunikasi dengan siswa dan orang tua. Bagaimanapun juga, ada hal-hal yang tidak boleh dibuka pada orang tua. Azas kerahasiaan dan kesukarelaan ini bisa menjamin suasana komunikasi yang efektif.
Photo by Arisa Chattasa on Unsplash
Kadang-kadang kita membutuhkan langkah yang sedikit tidak lazim dalam menghadapi siswa yang sering membuat ulah. Tujuanya bukan untuk mengistimewakannya, tetapi kita ingin mencuri point keberpihakan padanya sehingga suasana hatinya bisa menerima kehadiran kita, bahwa kita ada bersamanya. Dispensasi diberikan asalkan tidak merugikan siswa lain, misalnya menggunakan warna kaos kaki yang tidak sesuai ketentuan atau mengenakan topi di dalam kelas. Ingat, dispensasi atau kelonggaran ini hanya boleh sesekali dilakukan dan tidak berarti kita menyetujui perbuatannya. Guru Bimbingan Konseling dapat mengklarifikasi tindakannya dalam konseling kelompok, sedangkkan guru mata pelajaran bisa kolaborasi bersama guru BK.
Photo by ALAN DE LA CRUZ on Unsplash
Sebagai guru, kita harus mampu mendefenisikan masalah bagi siswa yang dicap “pembuat ulah” melalui hasil pendekatan dan koordinasi yang telah kita lakukan. Kemudian, kita tentukan penyebab masalahnya, apa yang mendorong siswa berbuat demikian, dan apa motivasinya. Setelah itu, kita berdialog dari hati ke hati dan menuntun siswa untuk menentukan skala prioritas yang harus dia lakukan agar keluar dari permasalahan tersebut. Selanjutnya, kita menyeleksi berbaga pilihan solusi dan mengimplementasikan solusi tersebut (bagi guru BK, hal ini berlangsung dalam konseling individual ). Keberhasilan proses ini tergantung kedekatan dan kebermaknaan komunikasi yang dibangun oleh guru dan siswa. Kita harapkan, melalui pendekatan problem solving, siswa yang dicap “pembuat ulah” tersebut dapat mengentaskan masalahnya secara mandiri sehingga akan terbentuk character building pada diri siswa tersebut.
Photo by Alfatah Bilal Afdam on Pexels
Mulailah dari hal-hal yang kecil, misalnya membawa presensi atau menghapus papan tulis. Pemberian tanggung jawab ini perlahan akan membuat siswa “pembuat ulah” merasa dihargai, diterima, dan dibutuhkan dilingkungannya. Lambat laun, perilaku yang tidak baik yang selama ini dia kerjakan akan ditinggalkan, berganti dengan aktivitas positif.
Saya berharap tulisan ringan ini bisa menambah semangat kita untuk terus berbenah dan berbagi dalam mengemban amanah mulia sebagai obor masyarakat. Ingatlah bahwa guru bukanlah orang hebat, tetapi semua orang hebat pernah merasakan tangan dingin dan tatapan kasih guru.
Penulis: Rahman, S.Pd. - Guru BK SMA DDI (Darud Da’wah Wal-Irsyad Kendari)
Editor: Deni Purbowati
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog