Komponen AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) yang Harus Guru Tahu
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Foto oleh Julia M Cameron dari Pexels
Kepanjangan AKM dalam pendidikan adalah Asesmen Kompetensi Minimum. Asesmen Kompetensi Minimum atau AKM adalah bentuk baru penilaian mutu pembelajaran yang digulirkan oleh pemerintah. Asesmen Kompetensi Minimum ini menjadi bagian dari program Asesmen Nasional yang mulai diberlakukan sejak tahun 2021 ini bersama dua bentuk penilaian lainnya yaitu Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. Pemerintah memberlakukan kebijakan dengan tujuan utamanya yaitu untuk mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Tes AKM adalah pengganti Ujian Nasional, yang diharapkan dapat mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperlukan peserta didik di kehidupan bermasyarakat nanti. Hal ini sekaligus sebagai penanda perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan. AKM tidak mengevaluasi siswa secara individual tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, prose, dan hasil. Hasilnya menjadi bahan refleksi peningkatan kualitas pembelajaran. Penilaian AKM dirancang untuk mengukur capaian murid dari hasil belajar kognitif yaitu Literasi dan Numerasi. Kemampuan Literasi dan Numerasi dapat membantu siswa mempelajari bidang ilmu lainya dengan membentuk cara berpikir dan melatih siswa mencerna informasi baik dalam bentuk tertulis atau angka-angka. Asesmen Kompetensi Minimum menekankan kemampuan penalaran literasi dan numerasi yang didasarkan pada praktik tes PISA.
Kompetensi literasi membaca dikuasai siswa karena diharapkan mereka mampu memahami, menggunakan, serta mengevaluasi berbagai jenis teks tertulis. Kemampuan literasi membaca ini harus dikembangkan agar siswa dapat memiliki pemahaman terkait berbagai cakupan dan konteks yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kompetensi numerasi mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk menggunakan data atau angka. Tujuan dari asesmen numerasi ini adalah siswa dapat menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika dalam jenis konteks yang relevan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dirancang untuk mengukur kemampuan Literasi membaca dan kemampuan Matematika atau yang sering disebut numerasi. Asesmen Literasi membaca bertujuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi dalam masyarakat. Asesmen numerasi bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan sebagai warga Indonesia dan warga dunia.
Hasil penilaian Asesmen Kompetensi Minimum dapat digunakan oleh Guru Pintar untuk mengetahui tingkat kompetensi siswa. Kemudian Guru Pintar dapat menyusun metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kompetensi siswa, agar proses belajar mengajar bisa lebih efektif dan sesuai dengan tingkat capaian siswa. Dengan begitu, siswa akan lebih mudah dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran yang disampaikan guru di sekolah.
Foto oleh Lum3n dari Pexels
Terdapat tiga komponen penting dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Ketiga komponen tersebut mewakili pengertian dari literasi membaca dan numerasi. Apa sajakah ketiga komponen AKM? Komponen AKM adalah konten, konteks, dan tingkat kognitif. Soal-soal dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) diharapkan dapat mengukur berbagai konten, konteks, dan beberapa tingkat proses kognitif. Untuk mengetahui lebih jauh, simak pembahasannya berikut ini!
Komponen konten pada literasi membaca mengacu pada berbagai jenis teks yang digunakan, yaitu teks informasi dan fiksi. Sedangkan komponen konten pada numerasi menekankan pada kemampuan Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.
a. Teks informasi: Teks yang bertujuan memberikan fakta, data, dan informasi untuk pengembangan wawasan serta ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah.
b. Teks fiksi: Teks yang bertujuan memberikan pengalaman hiburan, cerita, dan perenungan bagi pembaca.
a. Bilangan: Kemampuan yang meliputi representasi, sifat urutan, dan operasi beragam jenis bilangan (cacah, bulat, pecahan, desimal).
b. Pengukuran dan Geometri: Kemampuan untuk mengenal bangun datar, termasuk menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan sehari-hari. Serta pemahaman tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku.
c. Data dan Ketidakpastian: Kemampuan pemahaman, interpretasi, serta penyajian data maupun peluang.
d. Aljabar: Kemampuan tentang persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi.
Komponen Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) konteks berkaitan erat dengan aspek kehidupan atau situasi pada konten yang digunakan. Komponen konteks pada literasi membaca dan numerasi dibagi menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.
a. Personal: berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi.
b. Sosial Budaya: berkaitan dengan kepentingan antar individu, budaya dan isu kemasyarakatan.
c. Saintifik: berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang telah dilakukan maupun futuristik.
Komponen AKM yang terakhir yaitu proses kognitif berkaitan dengan cara berpikir yang dibutuhkan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah atau soal. Pada aspek literasi membaca dan numerasi, tingkat kognitif dibagi menjadi tiga level. Proses kognitif untuk literasi membaca terdiri dari menemukan informasi, interpretasi dan integrasi, serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan untuk numerasi adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran.
a. Menemukan informasi: Meliputi kemampuan mencari, mengakses, serta menemukan informasi tersurat dari wacana.
b. Interpretasi dan integrasi: Kemampuan memahami informasi tersirat atau tersurat, memadukan interpretasi antar bagian teks untuk menghasilkan inferensi.
c. Evaluasi dan refleksi: Kemampuan menilai kredibilitas, kesesuaian maupun keterpercayaan teks, serta mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di luar teks.
a. Pemahaman: Kemampuan memahami fakta, prosedur, serta alat matematika.
b. Penerapan: Kemampuan menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang bersifat rutin.
c. Penalaran: Bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah bersifat non rutin.
Siswa nantinya akan menjawab soal AKM yang tersaji dalam lima bentuk, diantaranya: 1. Pilihan ganda: Siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
2. Pilihan ganda kompleks: Siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu soal.
3. Menjodohkan: Siswa menjawab dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat: Siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
5. Uraian: Siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Jumlah soal yang diujikan pada AKM untuk kelas 5 tahun 2021 adalah 30 soal untuk masing-masing literasi dan numerasi. Sedangkan untuk kelas 8 dan kelas 11 akan mengerjakan 36 soal. Asesmen Kompetensi Minimum dilaksanakan secara adaptif, artinya adalah setiap siswa akan mengerjakan soal sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Guru Pintar tidak perlu risau, siswa dapat berlatih mengerjakan soal-soal AKM di laman yang disediakan oleh Kemendikbud Ristek. Akan lebih baik lagi jika model-model soal AKM ini sudah diadaptasi dalam tes formatif dan sumatif yang ada di sekolah. Demikian siswa tidak merasa kaget saat menghadapi AKM.
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog