Lintas Jurusan di Battle Pintar: Sah atau Ngambil Jatah?
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Lintas Jurusan, photo by Nick Fewings on Unsplash
Setelah sempat mengalami kendala teknis, Battle Pintar akhirnya live di @akupintar.id! Seperti biasa, perbincangan antara Ortu Pintar dan Sobat Pintar kali ini dipandu oleh Kak Lutvianto Pebri Handoko, CEO Aku Pintar.
Membahas tentang lintas jurusan, Battle Pintar menghadirkan Ibu Dessy Ottyari sebagai perwakilan Ortu Pintar dan seorang Sobat Pintar, Vicka Laina Rif'ati. Di akhir diskusi, ada Ibu Lidya Cintyabudi D., M.Psi. yang menanggapi dan berbagi pandangan tentang fenomena lintas jurusan saat masuk kuliah.
photo by Susan Yin on Unsplash
Ica, begitu Sobat Pintar ini biasa dipanggil, mengatakan bahwa lintas jurusan itu boleh-boleh saja dilakukan. Ica sendiri siswa IPA yang ingin lintas jurusan ke Jurusan Manajemen Bisnis. Bagi Ica, materi pelajaran IPS di sekolah ternyata menarik meskipun ia sendiri sebenarnya peserta olimpiade Fisika.
Kemampuannya dalam public speaking membuat Ica percaya diri untuk lintas jurusan. Untuk memuluskan perjuangannya lintas jurusan, Ica belajar bersama temannya, seorang siswa dari kelas IPS yang juga ingin lintas jurusan ke rumpun Saintek. Dari belajar bersama tersebut, Ica mulai memahami perbedaan kebiasaan dan cara belajar antara siswa IPA dan IPS.
Kini, Ica belajar materi IPA dan IPS agar siap mengikuti seleksi masuk kuliah. Ia pun tak segan mempelajari sendiri materi yang belum betul-betul dipahami. Ica percaya bahwa semakin awal Sobat Pintar berniat untuk lintas jurusan, maka persiapannya juga bisa dilakukan dengan lebih baik.
Photo by Raimond Klavins on Unsplash
Mengenai lintas jurusan, Ibu Dessy berpendapat bahwa hal itu sah-sah saja dilakukan selama pihak kampus membolehkan. Meskipun begitu, beliau menyadari konsekuensi double effort pada anak yang memilih untuk lintas jurusan.
Menurut pandangan Ibu Dessy, kecenderungan anak untuk memilih kelas IPA adalah untuk mengindari materi bacaan. Sedangkan anak yang memilih kelas IPS biasanya ingin menghindari materi hitungan. Maka ketika lintas jurusan, mau tak mau anak harus berusaha lebih keras untuk menguasai materi yang ingin dihindari selama di sekolah. Untuk itu, anak harus mengetahui potensi dirinya sendiri agar usahanya tak berakhir sia-sia.
Dari fenomena yang beliau amati selama ini, Ibu Dessy berpendapat bahwa alasan anak memilih kelas IPA adalah karena ingin memperkuat logika berpikirnya. Setelah dijalani selama sekolah, mereka merasa sah-sah saja kalau kemudian kuliah di rumpun Soshum.
Bagi Ibu Dessy sendiri, seandainya putra beliau ingin lintas jurusan, beliau akan memantau minat anak terlebih dahulu. Beliau ingin memastikan apakah anak dari kelas IPA ingin lintas jurusan ke rumpun Soshum hanya karena memilih cara yang dianggap lebih mudah. Atau sebaliknya, apakah bakat anak memang berada di rumpun Soshum. Beliau juga merasa perlu memastikan bahwa anak tahu konsekuensi pilihannya – misalnya, banyaknya materai bacaan di Soshum.
Sebagai orang tua, Ibu Dessy meyakini bahwa lingkungan lebih berpengaruh pada bagaimana anak membuat keputusan – alih-alih memahami bakat dan minat dirinya sendiri. Di usia anak SMA, mereka lebih mudah mendapat masukan dari teman-teman di sekitarnya.
Pula, Ibu Dessy berpesan bahwa orang tua harus bisa legowo ketika pilihan kuliah anak berbeda. Pasalnya, anaklah yang menjalani akan kuliah tersebut, dan ia sendiri pula yang menjalani hidupnya.
Photo by Pierre Bamin on Unsplash
Setelah mendengar pandangan Ica dan Ibu Dessy, Kak Pebri mengajak kita mendengar ulasan tentang lintas jurusan dari sisi psikologi. Pada Battle Pintar kali ini, hadir Ibu Lidya, Associate Psychologist of @deeptalk.project dan @selftalk.project.
Kembali ke pertanyaan awal, Kak Pebri ingin mengetahui apakah lintas jurusan memang boleh disebut mengambil kuota orang lain. Ibu Lidya menanggapi bahwa lintas jurusan atau tidak, pada dasarnya persaingan dalam sistem seleksi dan ujian memang boleh dikata mengambil kuota orang lain.
Akan tetapi, alangkah baiknya bila penjurusan dapat disiapkan sejak awal, sejak penjurusan di sekolah. Sejak masa itu, lebih baik bila anak dan orang tua sudah mengetahui bakat dan potensi anak. Dengan begitu, pelajaran di sekolah bisa menjadi bekal saat kelak kuliah.
Lintas jurusan, sebaliknya, membuat anak harus belajar dari nol. Anak yang memilih untuk lintas jurusan harus mengerahkan usaha yang lebih besar karena mereka mempelajari sesuatu yang tidak dipelajari sebelumnya di sekolah. Saat kuliah, anak harus bersaing dengan calon mahasiswa lain yang linier, yang tidak lintas jurusan, yang sudah menguasai ilmunya dengan baik. Alhasil, anak lintas jurusan juga harus berusaha lebih besar untuk memperoleh IP setara dengan, atau lebih baik dari, mahasiswa linier. Dalam hal ini, mahasiswa linier terhitung selangkah lebih di depan.
Photo by Lea L on Unsplash
Di akhir diskusi, seperti biasa, Kak Pebri membacakan pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama live Battle Pintar. Pertanyaan pertama adalah tentang fenomena lintas jurusan dari IPA ke IPS. Kenapa lintas jurusan dari IPA ke IPS lebih banyak terjadi, dan bukan sebaliknya?
Menurut Ibu Lidya, memang lebih banyak jurusan Sosio-Humaniora yang membuka kesempatan lintas jurusan. Sebaliknya, jurusan-jurusan Saintek tak sebanyak itu yang membolehkan lintas jurusan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pertimbangan pihak kampus atas performa mahasiswa dari tahun-tahun sebelumnya. Lebih jauh, Ibu Lidya menyampaikan bahwa sebenarnya ada jurusan-jurusan Saintek yang terbuka untuk anak IPS seperti Biologi Unair atau Pembangunan Wilayah UGM.
Penyebab lain yang membuat lintas jurusan lebih marak dari IPA ke IPS adalah karena stereotipe bahwa jurusan IPA lebih susah daripada IPS. Padahal, Ibu Lidya menegaskan, setiap jurusan memiliki kesulitannya masing-masing. Perihal sulit atau tidak, itu sangat tergantung pada minat dan kemampuan diri masing-masing.
Sebelum menutup Battle Pintar, Kak Pebri membacakan pertanyaan kedua tentang lintas jurusan. Seberapa worth it-kah lintas jurusan jika pada akhirnya bekerja itu tak harus di bidang yang sama dengan jurusan kuliah?
Apa jawaban Ibu Lidya? Apa saja tips beliau agar Sobat Pintar dapat mengenali kelebihan dan kelemahan diri masing-masing? Bagaimana pula agar Ortu Pintar lebih peka dengan bakat anak?
Bagaimana dengan pendapat Ibu Dessy tentang pekerjaan dan kuliah? Apa pendapat beliau tentang lintas jurusan yang banyak dilakukan anak IPA ke rumpun Soshum, bukan sebaliknya? Dan apa saran Ibu Dessy untuk Ica?
Eh, Sobat Pintar penasaran nggak sih, kenapa Ica dulu memilih kelas IPA? Relate nggak, dengan keadaanmu sendiri? Dan seberapa mantapkah Ica dengan keputusannya untuk lintas jurusan?
Temukan jawaban dari semua pertanyaan di atas dengan menyaksikan kembali Battle Pintar tentang Lintas Jurusan: Sah atau Ngambil Jatah? hanya di IG TV @akupintar.id.
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog