Seberapa Eksis Pelajar di Media Sosial?
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
photo credit Shutterstock.com/Julia Tim
Hayo jujur, apa yang kamu lakukan di kamar kalau ditanya "Lagi ngapain?" Mungkin jawabanmu, "Belajar!" atau "Ngerjain PR!" Tapi sebenarnya kamu lagi milih-milih koleksi selfie di folder, mana yang paling kece untuk diupload di akun Instagram-mu. Setelah 30 menit yang kamu habiskan untuk mengaduk-aduk satu folder itu, apply filter ini itu, akhirnya kamu butuh 15 menit lagi untuk mengarang caption apa yang kedengarannya keren. Demi apa, coba?
Â
Bagian Tak Terpisahkan dari Gen Z: KehidupanSosial di Dunia Maya
Terlahir diabad ini, bisa dipahami kok, kalau kita 'hidup' di dunia maya. Eksis di media sosial sudah seperti kebutuhan utama. Tapi tahukah kamu, aturan yang membatasi usia minimal untuk punya akun media sosial sebenarnya ditujukan untuk kebaikan generasi muda – ya kita-kita ini, guys.
Cyber Bullying di Media Sosial yang Berujung Masalah Psikologis
Sebagaimana kita ketahui bersama, persoalan bullying di sekolah belum benar-benar tuntas. Kebayang nggak, kalau kejadian didalam pagar sekolah ini terjadi di luar sana, terbuka dan bisa diakses oleh siapapun di seluruh dunia. Cyber bullying yang terjadi di media sosial tentu memperparah tingkat kecemasan dan dapat berujung depresi. Misalnya saja, niatmu memajang selfie terbaik, tapi kolom komentar berisi hujatan tentang warna baju atau sepatu. Alhasil, kamupun nggak bisa tidur gegara kepikiran semalaman.
Sejak tujuh tahun silam, Penelitian American Psychological Association telah menunjukkan dampak depresi dan skizofrenia pada usia pelajar akibat penggunaan media sosial yang berlebihan – meskipun tanpa cyber bullying. Empat tahun kemudian, penelitian lain pada jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking punya kesimpulan senada: kalangan usia pelajar yang terlampau aktif di media sosial mengalami peningkatan risiko penyakit mental – minimal, menurunkan rasa percaya diri.
Bayangin deh, kalau bajumu yang berwarna kuning dikomentari terlalu gonjreng, apa kamu masih akan memakai warna yang sama dikemudian hari sekalipun itu warna dan baju favoritmu? Jadi nggak pede pakai baju warna kuning lagi, kan? Lama-kelamaan, kamu nggak pede juga melakukan hal-hal yang lain.
Dampak Kesehatan Fisik Karena Penggunaan Media Sosial yang Berlebihan
Memang tugas utama pelajar adalah belajar, tapi masih banyak kegiatan seru lain yang perlu kamu lakukan juga – hey, masa muda cuma sekali, kan? Tapi apapun yang kamu kerjakan, nggak akan mungkin kejadian kalau kamu terbaring sakit. Dan kamu bisa jatuh sakit gegara 'tinggal' di media sosial.
Bukan nakut-nakutin lho, kondisi fisikmu memang bisa menurun gegara media sosial. Penelitian di University of Glasgow menunjukkan bahwa kualitas tidur kalangan pra-dewasa (termasuk pelajar) terganggu akibat akses pada media sosial melalui gadget mereka. Salah satunya, sinar biru gadget yang menyerupai cahaya matahari dapat mengganggu tubuh mengenali jam tidurnya. Berikutnya, asyik di media sosial juga bisa menunda dan mengurangi jam tidurmu.
Saat semestinya kamu tidur jam 10 malam, misalnya, gegara keasyikan baca-baca instastory, akhirnya tidurmu mundur satu atau dua jam. Paginya kamupun malas-malasan bangun dan ke sekolah karena badan terasa letih – padahal enggak abis keliling lapangan bola juga!
Secara umum, pelajar dianjurkan untuk tidur tak kurang dari 9 jam supaya keesokan harinya dapat belajar tanpa rasa kantuk dan kelelahan. Ditambah dengan kondisi psikis yang menurun karena kurang tidur juga, kamupun akan gampang sakit. Begitulah gambarannya kenapa penelitian di University of Glasgowo tersebut relevan dengan keadaan kita.
Nyata: Dampak Buruk Media Sosial pada Pelajar
University of Pennsylvania juga merilis penelitiannya dalam Journal of Social and Clinical Psychology dibulan ini tentang dampak buruk media sosial pada pelajar, melibatkan mahasiswa berusia 18-22 tahun. Hasilnya, mereka yang membatasi akses media sosial selama 30 menit saja per hari mengalami penurunan depresi – bayangkan dampaknya pada usia yang lebih muda, yang memang sebenarnya belum diperbolehkan untuk 'hidup' di dunia maya.
Melihat orang lain tampak bahagia di media sosial juga akan membuatmu merasa tak seberuntung mereka. Jadinya, kamu kurang bersyukur dengan apa-apa yang telah ada saat ini. Ujung-ujungnya, kamu jadi nggak hepi.
Trus gimana? Mengacu pada penelitian diatas, membatasi akses media sosial selama 30 menit sehari saja sudah cukup. Selain itu, usahakan untuk mengakses akun-akun yang dapat menambah pengetahuan, bermanfaat bagi perkembangan pribadi maupun akademikmu. Dengan disiplin diri yang kuat, kitalah yang akan menguasai media sosial diujung jemari, bukan sebaliknya.
ArtikelTerkaitV3
Mitos & Fakta Jurusan Hukum: Benarkah Hanya untuk Calon Peng
Sobat Pintar, pernah dengar anggapan bahwa Jurusan Hukum hanya cocok untuk mereka yang suka berdebat atau ingin jadi pengacara? Atau mungkin kamu berpikir bahwa lulusan Hukum pasti akan jadi hakim atau jaksa? Nah, sebelum kamu terjebak dalam mitos-mitos i...
Baca Selengkapnya
Mitos vs Fakta Jurusan Kedokteran: Benarkah Hanya untuk Oran
Jurusan Kedokteran selalu menjadi salah satu program studi paling populer dan bergengsi di Indonesia. Namun, banyak mitos yang beredar seputar jurusan ini, mulai dari anggapan bahwa hanya orang kaya yang bisa masuk hingga rumor mistis tentang praktikum ma...
QRIS: Kebanggaan Indonesia yang Bikin Amerika Ketar-Ketir! I
Sobat Pintar, pernah nggak sih kamu bayangkan kalau teknologi pembayaran digital buatan Indonesia bisa bikin negara adidaya seperti Amerika Serikat ketar-ketir? Yap, itu bukan mimpi! QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah sistem pembayaran ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog