APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Takut atau Enggan Belajar?

Rasa takut pada ilmu pengetahuan dapat menyebabkan enggan belajar.

Takut atau Enggan Belajar, image via typesofphobia.com/

Pernah merasa mual, denyut jantung tak teratur, mulut terasa kering, hingga napas cepat dan pendek saat hendak masuk kelas? Hati-hati, Sobat. Bisa jadi itu gejala epistemophia. Wait... what?

 

Rasa Takut akan Pengetahuan

Epistemo dalam Bahasa Yunani berarti pengetahuan. Phobia, atau diserap kedalam Bahasa Indonesia menjadi fobia, adalah rasa takut yang berlebihan akan sesuatu. Jadi, epistemophobia bisa diartikan sebagai rasa takut yang berlebihan pada ilmu pengetahuan.

Ternyata ada orang yang takut pada pengetahuan? Ya, memang ada, Sobat. Bahkan, ketakutan pada pengetahuan tak hanya disebut sebagai epistemophobia – masih ada pula gnosiophobia dan sophophobia.

Masih berakar dari Bahasa Yunani, gnos berarti belajar atau mengetahui sedangkan sopho berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Pada dasarnya, ketiganya bermakna kurang lebih sama: takut pada pengetahuan, belajar, pelajaran, ilmu, dan sejenisnya.

 

Penyebab Munculnya Fobia

Secara umum, fobia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal, unsur-unsur kimia otak, genetika, dan hereditas mempengaruhi bagaimana kita mencerna, menyikapi, dan bereaksi pada pengalaman-pengalaman hidup.

Pengalaman hidup, disisi lain, merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya rasa takut yang berlebihan atau fobia. Fobia biasanya dipicu oleh peristiwa yang menimbulkan trauma mendalam, khususnya saat kita masih kecil.

Nah, pengalaman traumatis tersebut ditanggapi oleh otak kita sedemikian rupa sehingga muncul rasa ketakutan yang berlebihan. Begitu pula saat kita merasa takut pada pengetahuan.

 

Tanda-Tanda Takut pada Pengetahuan

It's important to note that fear of knowledge is far different from reluctance to study. Ketika benar-benar merasa takut pada pengetahuan, secara tak sadar kita akan membatasi sejauh mana atau sebanyak apa kita mengetahui atau memahami segala hal. Secara naluriah, pembatasan tersebut muncul sama seperti ketika kita urung menyeberang jalan saat kendaraan terlalu ramai.

Wujud pembatasan diri bisa dengan menghindari percakapan, lebih suka menyendiri, cenderung abai dan tak mau tahu akan keadaan disekitarnya maupun peristiwa-peristiwa yang tengah terjadi secara umum. Membaca buku, membaca majalah, mengikuti berita, maupun mengetahui update perkembangan dunia terasa bagai dosa yang harus dihindari.

Can you imagine yourself doing that? Ya, seseorang yang melakukan segala hal diatas akan dianggap aneh oleh sekitarnya. Sedangkan dalam dirinya sendiri, lambat laun akan muncul gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder) atau fobia sosial.

Jadi, sekedar merasa mual mulas dan tangan berkeringat dingin saat hendak masuk kelas bukan berarti kita mengalami epistomophobia, gnosiophobia, ataupun sophophobia. Boleh jadi kita merasa gugup sebelum kelas dimulai hanya karena sadar sepenuhnya belum mengerjakan tugas, misalnya.

 

Mengatasi Rasa Takut yang Muncul

Meskipun epistomophobia, gnosiophobia, maupun sophophobia masih terasa janggal, nyatanya fobia ini memang ada. Dan bila ternyata kita mengalaminya – bukan sekedar menjadi alasan malas belajar, maka memang harus dicari jalan keluarnya agar fobia tersebut tidak berlarut-larut dan berkembang menjadi fobia sosial.

Betapa ruginya kita saat membatasi diri dari perkembangan dunia yang melaju dengan begitu pesat. Sekedar mengetahui ponsel keluaran terbaru saja sudah cukup penting, apalagi mengetahui ilmu dan pengetahuan yang jauh lebih penting bagi kehidupan kita. Jadi, jangan ragu membicarakan ketakutanmu – apapun jenis fobia tersebut, melalui Konseling.

290

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog