Tips Menjalin Komunikasi Orang Tua dan Anak
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels
Menjalin komunikasi yang baik dengan anak terdengar lumrah. Tetapi pada kenyataannya banyak sekali orang tua yang mengeluhkan sulitnya menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anaknya, terutama yang telah memasuki fase remaja. Padahal komunikasi antara anak dan orang tua memiliki peranan penting dalam proses pengasuhan. Menurut Pratikto dikutip oleh Prasetyo( 2000. Hal. 65), komunikasi orang tua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orang tua (ibu dan ayah) dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan kesenangan, yang berpengaruh pada hubungan yang lebih baik.
Di dalam proses komunikasi terjadi hubungan interpersonal. Manusia pada umumnya menggunakan komunikasi sebagai alat supaya dapat berhubungan, berinteraksi satu dengan yang lain. Menurut Rakhmat (1999) terdapat beberapa faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan Interpersonal dalam komunikasi interpersonal, yaitu: percaya (trust), sikap suportif, dan sikap terbuka (open mindedness). Jika faktor-faktor tersebut terpenuhi, maka seseorang termasuk anak dan orang tua tidak akan kesulitan dalam berkomunikasi satu sama lain.
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak di dalam keluarga, orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak harus terjadi dua arah. Kedua belah pihak harus memiliki pemahaman bersama terhadap sesuatu hal seperti orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Oleh karena itu komunikasi orang tua dengan anak yang terjalin seharusnya dapat menimbulkan kesenangan yang berpengaruh pada hubungan yang lebih baik. Hubungan komunikasi yang efektif dan harmonis ini terjalin karena beberapa hal, seperti adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.
Contoh masalah komunikasi dalam keluarga diantara adalah perbedaan pendapat, salah paham, dan masih banyak lagi. Hal ini sering kali terjadi karena kekeliruan dalam proses komunikasi yang sering terjadi tanpa disadari oleh kedua belah pihak. Kekeliruan dalam berkomunikasi dengan anak diantaranya adalah sebagai berikut:
Tidak sedikit dari orang tua yang berpendapat bahwa selama anak baik-baik saja, maka tidak perlu melakukan pembicaraan atau obrolan. Hal ini menyebabkan intensitas percakapan diantara keduanya sangatlah sedikit. Yang terjadi kemudian adalah orang tua hanya berkomunikasi atau berbicara ketika merasa ada hal yang tidak sesuai dengan harapan orang tua atau ketika ada masalah saja. Akibatnya akan tercipta jarak antara orang tua dengan anak. Anak memiliki perasaan tidak dihargai dan hanya menjadi objek sasaran koreksi orang tua saja. Jarak ini akan semakin lebar jika situasi yang demikian terus-menerus terjadi. Akibatnya tentu dapat dibayangkan, anak menjadi semakin enggan terbuka pada orangtua, bahkan enggan pula untuk sekedar berbicara hal yang ringan sehari-hari.
Kesalahan yang kedua ini cukup sering terjadi. Orang tua berbicara dan menanggapi anak sambil sibuk melakukan pekerjaan lain, sehingga tidak benar-benar menyimak apa yang anak katakan. Parahnya, hal ini kerap diikuti oleh anak. Mereka jadi ikut-ikutan berbicara dan merespon sesuatu dengan sama-sama tidak fokus dan sekenanya saja. Akibatnya yang terjadi adalah timbul sekat antara satu dengan yang lain, hingga akhirnya antara apa yang disampaikan satu pihak dengan yang diterima dan dipahami pihak lain menjadi tidak sinkron. Ujung-ujungnya akan memicu kesalahpahaman.
Cara berkomunikasi yang baik adalah dalam kondisi tenang. Hal ini penting supaya pesan atau informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan utuh dan mudah dipahami. Ketika berkomunikasi dengan dominasi emosi, maka yang terjadi adalah terjadi distorsi pada informasi yang disampaikan sehingga mengaburkan pesan utama yang seharusnya disampaikan. Hal-hal yang dapat memunculkan respon emosi yang berlebihan selama berbicara pada anak antara lain: rasa panik, rasa khawatir, rasa kecewa, dan rasa marah. Dengan gaya komunikasi seperti ini biasanya anak akan sulit memahami pesan yang disampaikan oleh orang tua. Kesalahan komunikasi seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena jika berulang kali terjadi dan terpola, maka efek jarak komunikasi antara anak dan orangtua pun akan semakin lebar.
Kesalahan komunikasi pada anak selanjutnya adalah sikap underestimate atau meremehkan anak. Anak juga memiliki kebutuhan untuk dihargai. Ketika mereka menceritakan atau menyampaikan sesuatu, mereka ingin apa yang mereka sampaikan juga diperhatikan, disimak, dan dipandang penting oleh orang tua. Jangan sampai orang tua memberikan respon yang membuat anak merasa sedih atau salah, seperti “kamu tahu apa sih?” “Ah, sok tahu!” dan ungkapan meremehkan lainnya.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya menjadi anak yang baik sehingga orang tua merasa memiliki kewajiban untuk memberikan pesan-pesan penuh nasihat, ceramah, dan wejangan-wejangan yang bertubi-tubi, sehingga terlalu berlebihan dan malah membuat anak merasa dimarahi. Hal ini seperti ini pada umumnya ini terjadi karena kekhawatiran orang tua yang berlebihan atas sesuatu yang mungkin akan terjadi pada anak. Memberi nasihat adalah hal yang bagus namun jika dilakukan dengan cara yang kurang tepat, anak merasa diceramahi terus menerus maka anak bisa jadi akan semakin menarik diri dari orang tuanya.
Orang tua tentu saja memiliki harapan yang tinggi terhadap anaknya. Tanpa sadar hal ini membuat orang tua menjadi seorang kritikus yang selalu memberikan kritik kepada anak. Kritik-kritik yang disampaikan dengan kata-kata yang tidak tepat dan cenderung meremehkan akan membuat anak takut berekspresi bahkan kehilangan kepercayaan diri. Mengapa demikian? Karena memberikan kritik berlebihan dapat jadi sebab menurunnya motivasi anak.
Baca juga: Saat Pilihan Anak Tak Sejalan dengan Kemauan Orangtua
Supaya komunikasi berjalan lancar, orang tua dapat melakukan tips-tips berikut ini:
Komunikasi dalam keluarga harus diupayakan untuk dilakukan secara rutin, bukan jika ada permasalahan saja. Topik yang dibicarakan pun tidak perlu topik yang berat-berat. Topik sederhana seperti hobi, makanan kesukaan pun dapat dijadikan sebagai bahan pembicaraan. Kegiatan berkomunikasi seperti ini sangat bermanfaat untuk memperkuat ikatan (bonding) antara orangtua dan anak. Juga meningkatkan trust anak kepada orang tua sehingga jika mereka memiliki masalah, mereka tidak sungkan untuk menyampaikan pada orang tua.
Fokus tidak hanya dilakukan saat melakukan pekerjaan. Dalam berkomunikasi juga orang tua dituntut untuk fokus dan menyimak apa yang disampaikan oleh anak dengan baik. Sikap yang atentif saat berkomunikasi dengan anak membuat mereka merasa dihargai dan didengarkan. Sikap ini membuat komunikasi yang terjalin semakin berkualitas. Orang tua juga dapat memberikan contoh kepada anak kapan harus mendengarkan dan kapan harus berbicara.
Emosi yang terkontrol dengan baik saat berkomunikasi akan membuat masing-masing mudah menerima apa yang disampaikan. Mengelola emosi setiap kali membangun interaksi dengan anak menjadi hal penting yang harus selalu diupayakan karena jika berkomunikasi dengan emosi berlebihan akan semakin membuka potensi persoalan dan memperbesar kesulitan dalam mendampingi tumbuh kembang anak.
Bercerita sesungguhnya dapat menjadi ruang belajar bagi anak untuk berbicara, berani berpendapat, dan mampu menyampaikan informasi dengan baik. Kegiatan berkomunikasi dengan keluarga merupakan ruang bagi proses perkembangan kognitif sekaligus sosial anak. Dengarkan dengan baik, tunjukkan jika mereka dihargai. Jangan sungkan memberikan apresiasi atas usaha mereka sehingga mereka merasa aman dan nyaman ketika berbicara dengan orang tua.
Orang tua harus menunjukkan bahwa mereka percaya kepada anak adalah salah satu kunci sukses menjadi orang tua dalam berkomunikasi. Jika anak merasa tidak dipercaya, perasaan yang kemudian muncul adalah kekesalan, kekecewaan, dan ketidaknyamanan dalam berkomunikasi dengan orangtua. Akibatnya adalah anak menghindari berbicara dengan orang tua, menunjukkan perilaku membangkang, atau sebaliknya justru menunjukkan sikap bergantung pada orang tua dan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri.
Demikianlah tips berbicara antara orang tua dan anak supaya terjalin komunikasi yang baik diantara keduanya.
Baca juga: Tips Komunikasi yang Baik Saat Mengajar Bagi Guru dan Siswa
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog