APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Tuntutan Generasi Pelajar Masa Kini

Tahukah Kamu?

photo via Getty

Menjadi pelajar dimasa-masa kini rasanya berat, ya? Standar kelulusan USBN mengalami peningkatan, yang berarti kamu harus belajar lebih giat. Kemudian, tingkat kesulitan soal-soal USBN juga lebih rumit dengan adanya kriteria HOTS (Higher Order Thingking Skills). Bahkan teknis ujian berbasis komputer juga lebih kompleks dibanding tes tulis pada generasi sebelumnya. Yak, ini adalah sebagian kecil dari 'tuntutan zaman' yang cukup membuat generasi millennial menjadi sedikit (atau banyak?) lebih obsesif dibanding generasi-generasi sebelumnya. Obsesi versus Ambisi Sama-sama berasal dari keadaan psikis yang bermakna keinginan atau kemauan, obsesi dan ambisi memiliki makna yang berbeda. Kamu dikatakan memiliki ambisi ketika punya keinginan kuat untuk sukses dalam hidup dan mencapai hal-hal yang kamu inginkan, seperti lolos SBMPTN pada PTN yang kamu pilih. Sebaliknya, bersikap obsesif atau memiliki obsesi ialah ketika kamu berusaha keras – hingga kesannya maksa banget – untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya, kamu pengen banget masuk FKUI, sementara saat ini kamu sedang berada dikelas IPS atau Bahasa. Meskipun kamu tak pernah punya nilai bagus pada matapelajaran-matapelajaran IPA sejak dulu, kamu tetap belajar siang malam dengan tekun untuk Lintas Jurusan SBMPTN. Bahkan demi FKUI, kamu sampai mempersiapkan tenaga joki dan sejumlah uang yang jumlahnya cukup fantastis. Seperti itulah gambaran obsesi, yang bisa cukup menghancurkan. Obsesi pada Generasi Millennial Mungkin kamu memang tak sampai segitunya, hingga bisa terobsesi dengan satu jurusan kuliah. Kadar obsesi juga berbeda, hingga mungkin yang kamu miliki hanya sedikit lebih kuat dari ambisi. Namun menarik untuk diketahui, berbagai penelitian psikologi di benua Amerika Utara menunjukkan bahwa generasi saat ini cenderung lebih sulit untuk mengendalikan diri dibanding generasi sebelumnya. Selain pengendalian diri yang rendah, generasi millennial juga lebih bersikap menuntut. Siapa sih yang enggak suka sama seorang pelajar yang berpenampilan menarik, berparas rupawan, berprestasi, dan aktif pada bermacam kegiatan diluar akademik? Dampak Negatif Obsesi Memperbaiki penampilan dan belajar tekun adalah hal yang baik, tapi akan menjadi obsesi yang cukup destruktif ketika kamu sampai berupaya untuk operasi plastik atau belajar dan menyiapkan contekan sampai lupa makan dan tidur. Berusaha untuk menjadi lebih baik adalah hal yang bagus, tapi keinginan untuk menjadi sempurna dalam segala hal berpotensi menimbulkan masalah mental. Tekanan untuk menjadi yang sempurna, menjadi yang terbaik diantara yang terbaik, bisa terwujud dalam obsesi untuk mencapai nilai tertinggi. Namun besarnya tekanan untuk menjadi sempurna – sebagai pelajar, sebagai anak – dapat membuat seseorang menyerah hingga ingin bunuh diri saat obsesinya tak tercapai. Mengatasi Tekanan dan Obsesi Mustahil hidup tanpa tekanan dan stres, jadi yang bisa dilakukan adalah mengendalikannya. Bila kamu terobsesi dengan FKUI, misalnya, tanyakan lagi pada dirimu sendiri: kenapa kamu mengejar tujuan ini dan apa ini yang benar-benar kamu inginkan? Melakukan segala sesuatu karena kamu sendiri yang ingin melakukannya akan membuat perjuangan yang berat terasa lebih ringan. Tujuan yang kamu tetapkan juga seharusnya masih realistis, masih berada dalam kemampuan dirimu untuk menggapainya. Misalnya, bila kamu dari kelas Bahasa, sepertinya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya adalah tujuan yang lebih realistis dibanding Fakultas Kedokteran. Jadi, bagaimana keadaanmu sekarang? Sudahkah, atau perlukah, merenungkan kembali tujuan dan usahamu untuk meraihnya?

50

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog