APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Kunjungan Menteri Agama RI

avatar penulis

Anggi Maulinda

11 October 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Kepada ribuan santri Darularafah Raya, Deli Serdang, Medan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin (LHS) berpesan, para santri harus serius belajar menuntut ilmu hingga mampu memberi solusi bagi berbagai hal yang kini dihadapi oleh umat Islam. “Dulu, lembaga pendidikan mampu melahirkan banyak ulama, misalnya saja imam 4 madzab. Jika belajar serius, Saya yakin para santri mampu meneruskan ijtihad para ulama yang sangat dibutuhkan masyarakat,” ujar Menag dalam kunjungan kerjanya ke Pontren Darularafah, di Desa Lau Bakeri, Kutalimbaru, Deli Serdang, Sumut, Kamis (5/3). Hadir dalam acara tersebut, Direktur PD Pontren Mohsen, Kakanwil Kemenag Sumut Tohar Bayoangin, dan Sesmen Khoirul Huda. Dalam kunjungan tersebut, Menag sekaligus meresmikan kampus pesantren putri, Ponpes Darularafah Raya. Dalam uraiannya, Menag mengupas Surat At-Taubah ayat 122 yang berbunyi: wamaa kaana almukminuuna liyangfiru kaaffah, falaula nafaro ming kulli Firqotin minhum thooifatun liyatafaqqohu fi aldin waliyungdziru qoumahum idza roja’u ilaihim la’allahum yahdaruun: tidak sepatutnya, bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya.

“Ayat di atas, meneguhkan, bahwa diantara kita harus tafaqquh fiddin, memperdalam agama, untuk kemudian menyebarkannya di tempat masing-masing. Dan saya melihat, para santri Ponpes Darularafah Raya ini sedang menjalankan perintah Allah Swt tersebut,” urai Menag.  Menag meyakini, kebutuhan akan ilmu Islam akan terus berkembang, karena hukum-hukum Islam akan berkembang sesuai dengan dinamika perkembangan maayarakat. “Saat diwahyukan, al-Qur’an tidak ada titik dan harakatnya. Jadi misal untuk membedakan antara huruf ba, ta dan tsa’ atau jim, kha’ dan kho’ kita mengalami kesulitan. Dan, di sinilah, peran para ulama yang atas ijin Allah Swt mampu menerjemahkan agama Islam, sehingga kita mampu menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari kita,” imbuh Menag. Menag juga menyinggung tentang tafsir mampu (istitha’ah) dalam haji, menurutnya, kata mampu (istitha’ah) dalam haji tidak sekedar sehat dan punya uang. “Lebih dari itu, kata mampu mungkin bisa diartikan sebuah kesempatan atau peluang.  Meski pada 10 tahun lalu, Istitha’ah terkesan aneh jika dimaknai kesempatan. Tapi kini, ketika animo masyarakat akan haji sangat besar, hingga antriannya panjang, bisa saja, kata istitha’ah diartikan sebagai peluang atau kesempatan. Untuk itu, maka dibutuhkan ulama-ulama yang mampu memberi solusi tentang masalah-masalah kekinian,” terang Menag. Sementara itu, dalam keterangannya pimpinan pontren Darularafah Raya KH Amrullah menyampaikan setelah 30 tahun berdiri, ponpes Darularafah Raya kini memiliki 2.800-an santri dengan luas tanah sekitar 200 H. Santri putra pontren tersebut dinamai santri, sedang santri putri disebut dengan Diah Galih Agung