APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Pengembangan SDM dan Penguatan IPTEK, Muhammadiyah Jalin Kerjasama dengan 12 Universitas Taiwan

avatar penulis

Anggi Maulinda

17 February 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Pimpinan Pusat Muhammadiyah semakin gencar menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam dalam bidang pendidikan. Kemarin, Kamis (9/3), PP Muhammadiyah bersama seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia melaksanakan penandatanganan nota kesepahaman dengan pemerintah kota Tainan City, Taiwan.

Kerjasama ini digagas oleh Majelis Hubungan Luar Negeri bersama dengan Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk memfasilitasi dosen PTM dalam meraih pendidikan magister maupun doktor di luar negeri.

Menurut Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah kerjasama yang dijalin Muhammadiyah dengan pemerintah Taiwan ini merupakan sejarah dalam bidang akademik. “Ini merupakan sejarah dalam dunia akademik, karena melibatkan 12 universitas di Taiwan, khususnya di Tainan City di bawah Mr. Wiliam Lie dan kenapa kita sebut sebagai sejarah karena selain melibatkan 12 universitas juga melibatkan tokoh besar yang punya prospek yang tinggi untuk masa depan Taiwan,” kata Haedar.

Di pihak Muhammadiyah, lanjut Haedar, ini merupakan sebuah terobosan bahwa Muhammadiyah menginginkan masuk pada fase kerjasama dalam pengembangan sumber daya manusia dan penguatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

“Jadi Muhammadiyah sudah mulai pengembangan perguruan tinggi Muhammadiyah sebagai bagian dari konsen kita untuk Muhammadiyah berkemajuan. Lewat 45 universitas, 130 akademi dan institut kita siapkan untk penguasaan IPTEK dan pengembangan SDM,” terang Haedar.

Sebelumnya Muhammadiyah juga telah melakukan pengembangan universitas di luar negeri dengan mangakuisisi saham mayoritas salah satu perguruan tinggi di Malaysia, yakni “Asia E University” di Kuala Lumpur, Malaysia yang juga merupakan sejarah bagi Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan Islam di Indonesia yang pertama mendirikan universitas di luar negeri.

Hal ini sesungguhnya menanggapi dicanangkannya program MEA sebagai sebuah integrasi ekonomi di kawasan ASEAN, maka bagi Muhammadiyah harus kongkir dalam menyikapi program tersebut. “Bukan hanya menerima ekspansi dari luar, kita yang harus ekspansi ke luar dengan system kerjasama, kalau dari luar sudah banyak di kita, kita harus sudah mulai minimal di ASEAN sebagai satu rumpun,” tutup Haedar.