APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Ancaman Globalisasi, Ratusan Santri di Bali Diberi Materi Wawasan Kebangsaan

avatar penulis

Anggi Maulinda

24 September 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Ancaman Globalisasi, Ratusan Santri di Bali Diberi Materi Wawasan Kebangsaan

Era globalisasi memang membuat semuanya menjadi lebih terbuka. Untuk itu, perlu adanya penguatan wawasan kebangsaan. Sehingga nilai-nilai dan norma yang sesuai dengan Pancasila tidak mudah dilupakan.

Tak hanya itu, para santri yang belajar di pondok pesantren juga perlu untuk diberikan wawasan kebangsaan. Salah satunya agar tetap menjaga diri agar tetap sesuai dengan jiwa Pancasila. 

Wakil Ketua MUI Jembrana H. Tafsil yang juga Ketua STIT Jembrana mengatakan, Indonesia sebagai suatu negara yang berdasar pada Pancasila. Bukan negara agama atau negara anti agama. 

“Indonesia ini negara yang mengambil nilai dan norma dari berbagai agama dan budaya. Kemudian dirumuskan secara bersama dan disepakati yang melahirkan Pancasila dan dijadikan sebagai ideologi negara,” ujarnya saat menghadiri dialog interaktif Penanaman Wawasan Kebangsaan Terhadap Para Santri di Era Globalisasi di STIT Jembrana, Senin (30/4).

Selain itu, lanjut dia, Pancasila sebagai ideologi negara tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan norma dan nilai nilai yang ada pada di Pancasila, selaras dengan ajaran Islam. "Karenanya tidak ada alasan bagi segelintir umat Islam yang berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi yang lain," tegasnya.

Selain itu, budayawan asal Jembrana, Ida Bagus Ketut Darmasantika Putra juga menegaskan, globalisasi tersebut tidak bisa ditolak atau terelakkan oleh negara dan bangsa mana pun. “Sikap paling bijak adalah pendekatan kultural sehingga bisa dilakukan menyikapi globalisasi ini senantias masih mngakar secara budaya dan bukan hal yang asing,” tambah dia.

Sedangkan Kolenel Inf Ketut Budiastawa dari Kementerian Pertahanan menyebut, ancaman bagi Indonesia, tidak hanya dari militer tetapi juga ancaman nonmiliter. “Ancaman militer sangat kecil, ancaman non militer ini sangat besar da sudah dimulai dari sekarang. Sudah ada di depan mata," terangnya.

Budiastawa juga mengajak para santri untuk dampak negatif era globalisasi ini. Terutama pada paham atau idelogi yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. "Islam itu rahmat bagi seluruh alam, karena itu harus beragama dengan benar. Tidak terpengaruh dengan paham-paham yang bisa merusak persaudaraan dan silaturahmi sesama manusia," tegasnya.

Acara tersebut diikuti oleh ratusan santri dari sejumlah Pondok Pesantren se- Jembrana. Mereka tampak antusias mengukuti dialog interaktif yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIT Jembrana di aula kampus, Jalan Pengambengan, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara. 

http://detak.co/detail/berita/ancaman-globalisasi-ratusan-santri-di-bali-diberi-materi-wawasan-kebangsaan