APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

EKOWISATA SEBAGAI BENTUK PARIWISATA MASA DEPAN YANG BERKELANJUTAN

avatar penulis

nurzubai ca

21 September 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Selama ini pariwisata sebagai sektor unggulan di beberapa negara telah terbukti berhasil memberikan kontribusi yang signifikan. Ada banyak indikator yang dapat menunjukkan kesuksesan pariwisata ini, seperti peningkatan investasi di bidang pembangunan sarana dan prasarana kepariwisataan, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta penerimaan pemerintah dalam bentuk pajak yang telah menggerakkan perekonomian negara. Namun pariwisata bukan saja menyangkut soal ekonomi. Sebagai sektor yang multisektoral, pariwisata tidak berada dalam ruang hampa, melainkan ada dalam suatu sistem yang besar, yang komponennya saling terkait satu sama lain, dengan berbagai aspeknya, termasuk aspek sosial, budaya, lingkungan, politik, keamanan, dan seterusnya.

Bersamaan dengan masuknya isu lingkungan ke dalam berbagai segi kehidupan, muncullah istilah eco-tourism. Kekhawatiran akan lingkungan tidak lagi merupakan ‘minat khusus’, melainkan sudah menjadi minat banyak orang yang akhir-akhir ini mengunjungi alam karena timbulnya keinginan kuat untuk melihat berbagai bagian dunia sebelum semua kemegahannya lenyap. Tak heran bahwa dari perjalanan-perjalanan yang banyak dilakukan berasal dari perjalanan berbasis alam, yang sejak 1989 berkembang sangat pesat dengan kenaikan 30% persen setiap tahun. Di abad ini bahkan diperkirakan kurang lebih separuh dari 600 sampai 700 juta orang yang mengadakan perjalanan akan menuju ke alam (WTO, 2002)

Setiap masa, pariwisata mengalami perubahan istilah sesuai trend yang relevan seperti pada era tahun 1950-an sampai 1960-an, pariwisata dianggap suatu industri yang berada pada tahap ideal, bahwa dampak negatif terhadap lingkungan belum dirasakan. Berbeda dengan model pariwisata pada dekade tahun 1970-an, ditandai dengan munculnya kritik terhadap pariwisata oleh akademisi yang menilai pertumbuhan pariwisata dengan mass tourism sudah memberikan dampak negatif pada bidang ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.

Tahun 1980-an, ditandai dengan munculnya pariwisata alternatif yang cenderung mengarah kepada pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Perkembangan pengelolaan wisata menimbulkan banyak pemikiran, termasuk pemikiran pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development), yang diawali dengan pemikiran kesalahan di masa lalu dan menciptakan kesadaran untuk kondisi masa depan. Pariwisata tidak hanya berorentasi terhadap pendapatan devisa atau kesempatan peluang kerja yang besar akan tetapi dapat menghadirkan sesuatu yang baru baik bagi wisatawan, masyarakat dan terutama terhadap alam. Pariwisata akan menguntungkan dan berdaya guna apabila semua komponen mengembangkan sikap untuk menghargai lingkungan dan sosial budaya sesuai dengan konsep sustainable development yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial budaya dan lingkungan (Kuhn, 2007).

Ide pembangunan berkelanjutan pertama kali dicetuskan oleh sebuah organisasi yang bernama International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN, 1980) dengan World Conservation Strategi-nya. Ada beberapa definisi dari Sustainable Development yang dikemukakan oleh beberapa pakar yang ahli di bidangnya. The World Tourism Organization memberikan batasan tentang Sustainable Tourism Development yang dikutip oleh Liu (2003) sebagai berikut :

Sustainable Tourism Development meet the need of present tourists and host regions while protecting and enhancing opportunity for the future. It is envisaged as leading to management of all resources in such a way that economic, social and aesthetic need can be fulfilled while maintaining culture integrity, essential ecological process, biological diversity and life support systems.