APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

MENGAPA PROF JEMMY GANDENG "PENJAGA" ADAT MELAYU UNTUK KKN UNIBA?

avatar penulis

Anisa estu murbawani

11 February 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Guru Besar Universitas Batam, Prof Dr Jemmy Rumengan, menyatakan gagasan metode Kuliah Kerja NYata (KKN) dengan menggandeng masyarakat adat jelas sangat beralasan; ingin membumikan ilmu pengetahuan untuk kepentingan publik.

“Ilmu pengetahuan haruslah sejalan dengan adat dan budaya, jangan terkoptasi pada lingkar kekuasaan untuk keuntungan pribadi dan kelompok. Sebab itu adalah ciri masyarakat yang rusak,” katanya kemarin.

Itulah sebabnya, Prof Jemmy yang juga adalah Ketua Tim Pengawas Yayasan Griya Husada (badan hukum Universitas Batam) ini langsung mengomandoi mahasiswa untuk KKN yang membumi dengan adat melayu.

“Sebab yang kita pijak ini adalah tanah Melayu. Kita harus menjunjung tinggi adatnya, menjaga marwah budayanya, membangun sendi-sendi pendidikan di sini, dan tentu saja tetap mengikuti perkembangan zaman untuk update kemajuan ilmu pengetahuan,” katanya.

Sekitar 500 mahasiswa Uniba ditambah dengan sekitar 35 dosen Uniba melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sekaligus bakti sosial (baksos) di Desa Tiang Wangka dan Desa Rempang Cate, Kelurahan Rempang Cate,Kecatamatan Galang, Sabtu (25/3/2017).

Bersama para mahasiswa itu, Prof Jemmy didampingi Warek I Uniba Dr Bambang Satriawan dan Warek III Dr (Can) Dahlan Gunawan, Dekan Teknik (Nurhatisyah Sofany, Msi), Dekan Ekonomi (Dr Chablulah Wibisono MM) serta Kapala Prodi Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Elektro, Sistem Informasi.

Prof Jemmy juga mengajak serta “penjaga” adat Melayu dalam kegiatan akademik ini. Di antaranya Pasukan Adat Gagak Hitam (Panglima Udin Pelor), Ketua LAM Batam Kota (Wan Gammal Yardi).

Prof Jemmy mengatakan ilmu pengetahuan adalah jalan menuju kebahagiaan, adat adalah sarana perekat yang digunakan untuk membahagiakan masyarakat, tujuan Ilmu pengetahuan adalah menciptakan peradaban serta kebahagiaan dan kemaslahatan bersama.

“Adat Istiadat adalah sarana, bukan tujuan. Masyarakat yang tidak memahami ilmu pengetahuan dan adat serta budaya mereka tidak dapat mencapai kebahagiaan serta tidak dapat saling bekerja sama demi mencapai kebahagiaan itu.”

“Sebaik-baik manusia adalah yang membawa manfaat. Ilmu serta adat dan budaya menjadi perekat kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Ia menjelaskan bahwa ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan adat diperlukan untuk menggerakkan ilmu sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik.

“Inilah hakekat memikul adat menjunjung marwah, keteladanan, keluwesan (tanah dipijak langit dijunjung). KIta harapkan dinamika polarisasi yang dapat mengisi dan mewarnai pola hidup kita.”

Prof Jemmy mengatakan adat dan istiadat serta budaya adalah benteng terakhir dalam menghadapi menghadapi era asimilasi budaya asing yang membawa dampak besar pada perubahan sikap dan moral.

“Inilah benteng perekat kita sebagai aktor perubahan (agent of change) menuju tujuan utama yaitu Ilmu dan adat serta budaya melihat esensi hakiki akan membawa perubahan pada masyarakat,” katanya. “Tetap semangat dan berjuang terus”.

Selain itu, kata Prof Jemmy, agama sebagai pegangan, adat dan marwah sebagai tuntunan terlahir sebagai manisfestasi kebutuhan akan pola dan sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi kekinian.

“Kondisi di mana hajat akan terciptanya sebuah generasi yang tidak hanya mengejar nilai-nilai duniawi tetapi juga tidak menghilangkan nilai-nilai ukhrawi yang tertanam dalam kehidupan sehari-hari,” kata Staf Ahli Gubernur Kepri ini lagi.

“Dan tuntutlah dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu kebahagiaan akhirat, dan jangan lupakan bagianmu di dunia, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berlaku baik kepadamu, dan jangan membuat kerusakan di muka bumi,” katanya.

sumber http://www.univbatam.ac.id/