APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Kerja Sama PACIS Unpar dan Chonnam National University Korea

avatar penulis

Azizul Pradna Qoidani

10 March 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Kerja Sama PACIS Unpar dan Chonnam National University Korea

 

Parahyangan Center for International Studies (PACIS) bekerja sama dengan Chonnam National University Korea menyelenggarakan 2018 Joint International Conference on Diaspora in Transnational Era: Space, Area, Network. Kegiatan tersebut berlangsung di gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan (FISIP Unpar).

“Kerja sama ini dimulai pada tahun 2017 ketika Chonnam National University terutama research centeryang berkaitan dengan diaspora mengadakan conference di Chonnam University,” ujar Elisabeth A.S Dewi Ph.D Ketua PACIS Unpar yang ditemui di sela konferensi. Pada saat itu, Mbak Nophie, demikian ia akrab disapa menjadi salah satu pembicara dalam konferensi tersebut.

“Dan, akhirnya pada tahun itu kita sepakati bahwa kita akan ada kerja sama ke depannya. Maka waktu itu kita bikin kesepakatan akan ada Letter of Agreement antara PACIS dan Chonnam National University,” jelasnya.

Joint International Conference merupakan salah satu wujud kesepakatan antara PACIS dan Research Center for Overseas Korean Business and Culture at Chonnam National University, juga Korea BK21+ Global Diaspora Creative Talent Development Team at Chonnam National University, Korea dan pemerintah Korea sebagai pemberi dukungan dana.

Para peserta konferensi juga berasal dari Universitas Brawijaya Indonesia, Universitas Hasanuddin Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Indonesia, Vietnam Women’s Academy, Monash University, Australia, serta peserta dari Kazakhstan, Spanyol, dan lainnya yang sedang menempuh studi S3 di Chonnam National University Korea.

Penyelenggara juga mengundang peneliti dan pengamat di Serikat Buruh Migran Indonesia dan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia sebagai presenter konferensi.

Selain konferensi yang berlangsung selama satu hari, para peserta juga berkesempatan mengikuti tur budaya ke beberapa destinasi wisata di kota Bandung.

“Kami juga mengadakan tur untuk mereka. Kemaren mereka tur di kota Bandung. Dikenalkan dengan museum Konferensi Asia Afrika (KAA), museum Gedung Sate, dan segala macem, sampe ke Saung Angklung Udjo. Dan besok, mereka akan dibawa tur ke Bandung Selatan, Ciwidey dan Kawah Putih,” papar Mbak Nophie menjelaskan rangkaian acara konferensi yang menggabungkan antara culture dan scholar (akademisi).

Mbak Nophie berharap kerja sama ini tidak akan berhenti pada penyelenggaraan konferensi saja, “Ke depannya, akan lebih banyak pertukaran mahasiswa, dosen. Mungkin juga akan lebih banyak kerja sama, baik untuk conference ataupun untuk kepentingan-kepentingan penelitian lainnya,” pungkasnya.