APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Dosen Antropologi Universitas Khairun Jadi Pembicara di Washington, D.C

avatar penulis

ifaroh ifaroh

3 August 2019

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

Unkhair.ac.id ; Dosen Program Studi Antropologi Sosial pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun, Ternate, Yanuardi Syukur, dijadwalkan akan menjadi pembicara dengan judul “The Rise of Islamic Identity in Contemporary Indonesia” dalam rangkaian Professional Fellows on-Demand Program: Religious Freedom & Interfaith Dialogue Exchange selama dua minggu di Amerika Serikat (13-27/7).

“Saya akan berbagi pemikiran soal kebangkitan identitas Islam dalam Indonesia kontemporer tidak hanya dalam politik tapi juga dalam ranah sosial budaya seperti dalam pemikiran keagamaan, tumbuhnya berbagai asosiasi berbasis keislaman dan juga gaya hidup,” kata Yanuardi Syukur yang saat ini aktif sebagai mahasiswa program doktor pada Departemen Antropologi FISIP UI.

Yanuardi Syukur terpilih sebagai satu dari empat orang Indonesia yang terpilih mengikuti forum internasional yang disponsori oleh U.S. Department of State, Kedubes Amerika Serikat, dengan pelaksana World Learning. Selain Yanuardi, delegasi Indonesia juga diwakili oleh Arisman (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Lentera Foundation), Nur Khafid (IAIN Surakarta), Wiwin Siti Aminah Rohmawati (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), dan Fransiska Widyawati (Universitas Katolik Indonesia St. Paulus Ruteng NTT). Selain dari Indonesia, delegasi lainnya berasal dari Burma, India, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan Amerika Serikat.

Selama di Amerika, Yanuardi juga akan menghadiri “Ministerial Meeting to Advance Religious Freedom” selama 3 hari di Washington, D.C., kemudian berkunjung ke Pittsburgh (Pennsylvania) dan New York.

Selam a kegiatan, para peserta juga akan mengikuti rangkaian kegiatan terkait dialog antaragama, toleransi antaragama, dan agama sebagai sarana untuk membangun komunitas yang positif. Mereka juga akan membahas beberapa issu seperti mobilisasi digital, efek dari radikalisasi digital; agama, ekstremisme, dan abad informasi, konter-narasi terhadap terorisme, peran komunikasi strategis dalam melawan ekstremisme, perspektif Amerika Serikat tentang radikalisasi, mengkonter radikalisasi, meningkatkan suara toleransi secara digital, dan isu etnisitas, ras, dan agama.

Program dua minggu tersebut akan berlangsung di beberapa lokasi seperti U.S. Department of State Harry S. Truman Building, The George Washington University Elliot School of International Affairs, National Museum of African American History and Culture, dan beberapa lainnya.

Sebelum mengikuti program ke Amerika, Yanuardi juga pernah mengikuti kegiatan Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP) yang setelah kembali ke Indonesia dipercaya sebagai Ketua Forum Alumni MEP Australia-Indonesia dan menerbitkan buku antologi “Hidup Damai di Negeri Multikultur” (GPU, 2017) dan “Muslim Milenial (Mizan, 2018). Ia juga terlibat aktif dalam Australia-Indonesia Interfaith Dialogue yang diadakan oleh Kedubes Australia bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri RI.

Pada 2017, Yanuardi Syukur juga pernah menjadi pembicara soal “research quality” pada kegiatan “Asia Pacific Think Tank Forum” yang disponsori oleh U.S. Department of State di Thailand dan sebelumnya menjadi pembicara pada workshop rumpunisme melayu yang digelar oleh Departemen Kajian Asia Tenggara Universiti Malaya di Kuala Lumpur.

Di dalam negeri, Yanuardi pernah menjadi pembicara di beberapa event internasional seperti Bandung Spirit Networks, The 3rd Asia-Pacific Research in Social Sciences and Humanities (APRiSH) UI, International Conference on Strategic and Global Studies (ICSGS) UI dan juga menjadi narasumber terkait terorisme di TVOne, CNN, MNC, Trans7, dan beberapa televisi lokal di Indonesia… * [@humasUK]