APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

KETUA ASPIKOM, DR. HERI BUDIANTO MENGINGATKAN: PROGRAM STUDI PERGURUAN TINGGI “BISA MENCETAK SARJANA PROFESI YANG SUDAH HILANG”

avatar penulis

Azizul Pradna Qoidani

29 March 2018

header image article

Photo by Chaitanya Tvs on Unsplash

KETUA ASPIKOM, DR. HERI BUDIANTO MENGINGATKAN: PROGRAM STUDI PERGURUAN TINGGI “BISA MENCETAK SARJANA PROFESI YANG SUDAH HILANG”

 

 

Staf Ahli Menteri Perhubungan, Dr. Cris Kuntadi, berdialog dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B) dalam Seminar Nasional bertema “Bersatu Menuju Universitas Unggul” di kampus Merah Putih Hang Lekir Jakarta, Rabu, 28 Maret 2018. Seminar dihadiri lebih dari 700 mahasiswa dan Dosen.

Jakarta, 28 Maret 2018

Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi mengingatkan, universitas, dalam membina program studi, harus mempertimbangkan perkembangan profesi masa mendatang. Profesi jurnalistik misalnya, media suratkabar dan televisi sudah tidak diminati khalayak. Teknologi berkembang ke arah digital media. Profesi kewartawanan cenderung kepada penyajian visual. Tetapi Program Studi Vision Journalism dan Digital Journalism belum dibangun.

   

Harusnya, tiap program studi yang sama dari universitas yang berbeda mengembangkan kekhasan program studi yang berbeda pula. Yang terjadi, Program Studi Ilmu Komunikasi misalnya, di universitas manapun di Indonesia menyajikan kurikulum yang sama. Universitas hanya dapat dibedakan menjadi negeri dan swasta, dan berbayar mahal atau murah. Kurikulumnya sama, Rencana Program Studinya sama, bahkan teknik penyajiannya pun sama juga, begitupun untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kedokteran Gigi dan Program Pascasarjana.

     

Heri Budianto juga mengungkapkan bahwa ancaman terhadap dunia pendidikan nasional pun telah bertambah. Universitas asing, yang dapat disebut sebagai “kapitalis pendidikan”, dengan kecanggihan teknologi pembelajarannya sudah masuk. Sistem pembelajaran jarak jauh yang diterapkan memungkinkan mahasiswa kita masuk Ohio State University, misalnya. Kuliahnya di Indonesia. Dosennya mengajar dari Ohio. Perpustakaannya juga di Ohio. Mungkin hanya datang ke kampus Ohio setahun sekali. Lulus tepat empat tahun. Bahkan Program Masternya bisa diselesaikan dalam setahun. Program Doktornya lebih cepat dari kita.

Teknologi digital, bisa dikatakan “mendekatkan yang jauh namun menjauhkan yang dekat”. Maka, Ohio lebih dekat dari pada Jakarta. Ancaman penjajahan sudah semakin nyata. Berupa perubahan alur logika. Budaya kebersamaan berangsur akan hilang. Kekhasan permainan bersama sudah tergusur. Berubah menjadi permainan individual. Kebanggaan kepada tokoh nasional yang kharismatik yang berciri kearifan sudah memudar. Muncul pemujaan kepada David Cassidy dan Justin Bieber. Maka kearifan nasional pun menjadi sangat terancam. Demikian Ketua Aspikom mengakhiri uraiannya dalam Seminar Nasional Dies Natalis 57 Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Rabu (28 Maret 2018) di Kampus “Merah Putih” Hang Lekir Jakarta.

     

Staf Ahli Menteri Perhubungan, Dr. Cris Kuntadi, sebagai pembicara kedua dalam seminar nasional bertema “Bersatu Menuju Universitas Unggul” di kampus Moestopo menambahkan, kunci keunggulan adalah Keluasan dan Kedalaman Wawasan, Excellent Leadership, dan Practical Profession. Dicontohkan, ikan harus belajar bahasa anjing untuk menakuti musuhnya, kucing. Sementara kita masih dengan susah payah belajar bahasa Inggris, bahasa pesaing kita.