APSiswaNavbarV2

redesain-navbar Portlet

kampus_pintar_v3

Informasi Seputar Berita Kampus

Informasi spesial untuk menambah wawasan Sobat Pintar tentang Universitas Gadjah Mada (UGM)

Berita Kampus

Azrul Prayoga, 06 November 2019

FESTIVAL SENI BALI JANI 2019, ISI DENPASAR TAMPILKAN TENUN PRIMITIF

Mahasiswa Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia Denpasar akan menampilkan berbagai karya busana yang dipadukan dengan sejumlah corak tenun primitif khas Bali dalam ajang Festival Seni Bali Jani di Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar pada Minggu (28/10). "Peragaan busana yang melibatkan sekitar 30-40 model dari mahasiswa Prodi Desain yang menampilkan karya-karya terbaru, termasuk karya ujian akhir mahasiswa, akan bertajuk Nemu Gelang," kata Ketua Jurusan Fashion ISI Denpasar, Dr Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, SSn, di Denpasar, Jumat. Tema tersebut, lanjut dia, menggambarkan sebuah proses kreatif dalam penciptaan karya busana yang berujung pada kesadaran akan pentingnya penggunaan dan pemaknaan "wastra" atau kain Bali sebagai bagian dalam identitas karya. Sedangkan para desainer yang terlibat selain dirinya juga ada Dr Tjokorda Abinanda Sukawati (Cok Abi), Kadek Wira Dika Saskara, I Gusti Ngurah Krisna Adi, Ni Kadek Yuni Diantari dan Putu Darmara Pradnya Paramita. Cok Istri Cora menambahkan, adibusana berbasis pada wastra Bali merupakan muara dari proses kreatif seorang desainer. Sejauh ini, pesan yang ingin disampaikan sejalan dengan Peraturan Gubernur Bali tentang Pemakaian Busana Adat. "Dunia fashion identik glamour, lihat saja tren penggunaan busana di masyarakat belakangan ini apa yang lagi viral, corak busana , style begitu cepat meluas dan kompak digunakan. Sayangnya penggunaanya banyak yang melanggar secara etika, ini yang harus diberikan pemahaman secara konsisten kepada masyarakat yakni bagaimana berbusana yang baik dan benar sesuai norma yang berlaku," ujarnya. Untuk itu pihaknya mengajak masyarakat agar menumbuhkan pengetahuan berbusana yang beretika, seperti apa busana yang benar dan baik sehingga cocok dikenakan untuk ke pura, atau kegiatan lainnya tanpa menimbulkan efek negatif. Dalam karya yang akan dipersembahkan nanti, Cok Istri Cora menyebut akan ada pengenalan bahan kain tenun khas Bali Timur, yang sejauh ini banyak orang tidak mengenalnya. "Jadi ada wastra Bebali namanya Saudan dan Tuu Batu dalam karya adibusana, umurnya ratusan tahun, kami akan perkenalkan corak langka kain khas kita Bali yang punya, nanti kita kenalkan ke publik," ujarnya. Menurut dia, kain dengan polanya yang primitif, ketika digunakan dalam karya-karya kekinian jelas hasilnya luar biasa. "Jadi, orang Bali dalam menjalankan upacara Panca Yadnya, melalui napas doa dan harapan masyarakat kita tempo dulu, bisa dilihat dari jenis wastranya, sangat disakralkan, nah ini yang kita coba sedang gali, dimana pengetahuan leluhur kita maha hebat itu mewarisi karya busana yang kita masih bisa lihat hari ini," katanya. Cok Istri Cora mengapresiasi kegiatan ajang Festival Seni Bali Jani sebagai wahana anak muda berkarya dan memberikan harapan untuk tumbuh generasi yang produktif dan menghasilkan di masa mendatang. "Kami sangat bersyukur dan mengapresiasi kegiatan Festival Seni Bali Jani ini sebagai wadah kreativitas anak muda, para pelajar, mahasiswa menunjukkan kemampuannya dalam menggali karya-karya utamanya di dunia mode atau fashion," ujarnya. Untuk diketahui, ajang Seni Bali Jani yang berlangsung dari 26 Oktober-8 November 2019, secara umum akan menampilkan berbagi kegiatan diantaranya Pawimba (Lomba), Adilango (Pergelaran), Aguron-guron (Workshop), Kandarupa (Pameran), Tenten (Pasar Malam Seni), Timbang Rasa (Sarasehan). (isi-dps.ac.id)

Baca Selengkapnya
Berita Kampus

Azrul Prayoga, 24 October 2019

ISI DENPASAR BERJAYA DI “ENGLISH COMPETITION V” PNB

Kontingen ISI Denpasar berhasil lolos ke babak final dan akhirnya meraih juara III dalam ajang "English Competition V" yang digelar Politeknik Negeri Bali, yang melibatkan peserta dari 32 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Bali. "Kebetulan kami di ISI baru saja mengelar lomba debat bahasa Inggris, sehingga mahasiswa kami sudah siap menghadapi pertarungan," kata dosen pendamping debat ISI Denpasar, Dr Ni Ketut Dewi Yuliantini, SS, MHum, di Denpasar, Selasa. Menurut Dewi, meskipun kampus yang terletak di Jalan Nusa Indah, Denpasar itu berbasiskan seni, pimpinan ISI Denpasar tetap melengkapi peserta didiknya dengan "soft skill" tambahan, seperti kewirausahaan dan bahasa asing. Hal ini dibuktikan dengan prestasi kontingen ISI Denpasar yang diwakili Yehuda (Prodi FTV) dan Made Georgina Triwinardi (Prodi Pedalangan) lolos ke babak final English Competition V yang digelar UKM English Club Politeknik Negeri Bali (PNB) 19-20 Oktober 2019, yang mengusung tema "Creating a Brilliant Mindset of Young Generation". "Bahasa Inggris tidak boleh dikesampingkan dalam menghadapi persaingan global. Dan yang terpenting, kemampuan berbahasa Inggris sivitas ISI Denpasar sangat menunjang visi institusi yakni menjadi 'centre of excellence' seni berlandaskan kearifan lokal berwawasan global," ujar Dewi Yuliantini didampingi dosen Ni Putu Tisna Andayani, SS,MHum itu. Dosen yang juga Koordinator Lab Bahasa di kampus seni negeri itu mengaku memiliki harapan besar mahasiswanya mampu berprestasi lagi di tingkat LL Dikti Wilayah VIII (Bali, NTB, NTT) serta tingkat nasional. Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, sangat mengapresiasi capaian mahasiswanya. Ia meminta bukan hanya bahasa Inggris yang perlu dikuasai, melainkan bahasa Mandarin, Jepang dan bahasa pergaulan internasional lain. Keberadaan mahasiswa asing melalui jalur Dharma Siswa diharapkan mampu menjadi "laboratorium hidup" oleh seluruh warga ISI Denpasar untuk belajar bahasa asing lewat interaksi langsung. "ISI Denpasar sudah biasa saling mengunjungi dengan perguruan tinggi di berbagai belahan dunia, begitu pun pertukaran pelajar dan dosen, sehingga penguasaan bahasa asing, itu wajib," ujar guru besar seni karawitan itu. (isi-dps.ac.id)

Baca Selengkapnya
Berita Kampus

Azrul Prayoga, 22 October 2019

ISI DENPASAR SABET LIMA KARYA TERBAIK DI KMDGI 2019

Mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Denpasar berhasil meraih prestasi sebagai lima besar karya terbaik dari 57 peserta Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis Indonesia (KMDGI) XIII tahun 2019 yang diikuti perguruan tinggi negeri dan swasta di Nusantara. "Ada 19 mahasiwa DKV ISI Denpasar yang berangkat ke Padang dan hasilnya sangat memuaskan di ajang bergengsi yang digelar setiap dua tahun sekali tersebut," kata Ketua Program Studi DKV ISI Denpasar Cokorda Alit Aryawan SSn, MSn, di Denpasar, Selasa. Kegiatan yang berlangsung 3-5 Oktober 2019 di Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, tersebut merupakan kegiatan rutin dua tahunan yang menitikberatkan pada pameran dan diskusi ilmiah mahasiswa desain komunikasi visual se-Indonesia. Cok Alit menambahkan, dalam kegiatan KMDGI, DKV ISI Denpasar menjadi salah satu pendiri kegiatan dan beberapa kali mendapat tawaran agar ajang ini digelar di Bali. "Biasanya sangat senang kalau penyelenggaraannya di Bali, namun kami menolak. Demi pemerataan, untuk tahun ini dilaksanakan di Universitas Negeri Padang, dan hasilnya sekarang mahasiswa kita di sana mendapat acuan lima terbesar karya terbaik," ucapnya. Menurut dia, karya DKV ISI memang memiliki konten lokal yang digarap secara kekinian. "Nah, hasil dari karya-karya yang memang diperkenalkan di luar, selanjutnya juga akan kami pamerkan di Bali. Acuan kami selanjutnya, karya-karya tersebut akan dipamerkan dalam Festival Bali Jani dari 26 Oktober hingga 8 November 2019 di Taman Budaya Denpasar," ujar Cok Alit. Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar Dra Ni Made Purnami MErg menyampaikan kegiatan KMDGI merupakan ajang pameran dan diskusi ilmiah mahasiswa desain komunikasi visual se-Indonesia. Kegiatan tersebut, di samping meningkatkan daya kreativitas dan kualitas karya mahasiswa juga sebagai ajang menambah keakraban antarmahasiswa Desain Komunikasi Visual. "KMDGI diselenggarakan sebagai forum komunikasi dan sekaligus meningkatkan eksistensi Desain Grafis di Indonesia. Sejak KMDGI pertama diadakan pada tanggal 10 sampai 13 September 1993 di Universitas Trisakti sudah menunjukkan peningkatan terus dari jumlah peserta delegasi dan pada acara KMDGI XIII tahun 2019 jumlah peserta lebih dari 50 delegasi baik universitas negeri maupun swasta," katanya. Tema kegiatan KMDGI XIII tahun 2019 yaitu "OH IYA", dinilai sebagai tema yang sangat strategis mengangkat persoalan kekinian dan ini adalah salah satu respons jawaban solutif menanggapi persoalan sehari-hari di masyarakat. "Apalagi dengan ditambahkannya pameran satu karya instalasi yang bertajuk E'link maka sangat relevan dengan kemajuan teknologi informasi sekarang," ucap Purnami. Melalui E’link masyarakat lebih memudahkan mengakses informasi satu sumber ke sumber lain yang bersifat elektronik. Dengan mudahnya mendapat informasi perlu selektif meneliti kebenarannya. E’link adalah solusi , atas kesadaran, E’link berarti pikiran sehat dalam bahasa Bali dan Jawa berati ingat atau sadar. "Maknanya Eling mengajak kita untuk berpikir sehat," ucapnya. (isi-dps.ac.id)

Baca Selengkapnya
Berita Kampus

tisya tisya, 26 July 2019

Institut Seni Indonesia Denpasar dalam peringkat 100 besar dunia

Baru minggu ini TopUniversities.com menelurkan daftar terbarunya dalam pemeringkatan QS World Universities yang banyak dianut institusi di Indonesia dan beberapa institusi dunia. Dan dalam pemeringkatan tersebut Indonesia menempatkan 3 institusi seni terbaiknya dalam jajaran 100 institusi seni pertunjukan terbaik. Institut Seni Indonesia Surakarta yang berangkat dari Akademi Seni Karawitan Indonesia di Solo, menurut Topuniversity.com kini bertengger di peringkat 43 besar dunia berdasarkan subyek klasifikasi ‘seni pertunjukan’. QS World Universities juga mencatat Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan Institut Seni Indonesia Denpasar dalam peringkat 100 besar dunia, sebuah prestasi yang perlu dicermati. Peringkat 10 besar sendiri dihuni oleh 4 negara. Amerika Serikat menempati 3 tempat dengan Juilliard School (1), University of California, Berkeley (8), Indiana University Bloomington (10). Austria menyumbangkan 1 tempat lewat University of Music and Performing Arts Vienna (2). Finlandia menempatkan 1 organisasi Sibelius Academy (7) sedang Inggris menempatkan 5 pendidikan tinggi dalam peringkat ini: Royal College of Music dan University of Oxford (seri posisi 3), Royal Academy of Music (5), Royal Conservatoire of Scotland (6) dan Guildhall School of Music and Drama (9). Menarik apabila melihat bagaimana Royal College of Music dan Royal Academy of Music yang spesialis di bidang musik mampu menyeruak masuk ke organisasi yang mengandalkan kedua studi musik dan drama untuk mencapai peringkat ini. Meskipun pemeringkatan universitas seperti ini menimbulkan banyak kontroversi dan juga perdebatan, namun ini harus menjadi tolak ukur awal bagaimana mengembangkan lebih jauh pendidikan seni di Indonesia. Sumber : http://musicalprom.com/2016/03/23/isi-surakarta-peringkat-43-dunia-isi-jogja-dan-isi-denpasar-100-besar/

Baca Selengkapnya

Berita Kampus

Maknai Tari Sedunia, Tingkatkan Ekspresi Seni Murni

DENPASAR – Memaknai peringatan Hari Tari Sedunia, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyuguhkan garapan koreografi di ruang terbuka lingkungan Taman Budaya Denpasar dan kampus setempat, Senin (29/4/2019) sore. Sebanyak 10 garapan koreografi berhasil merespon alam dan lingkungan dengan menyajikannya ke dalam bentuk tarian dan gerakan. Kesepuluh garapan tersebut masing dikonsep oleh I Gede Suta Bayu Bagaskarayana dengan judul ‘Menjajal Ardha Candra’, Hana Yustiani dengan judul garapan ‘Giliran Aku yang Ditonton’, Ari Sidiastini dengan garapan ‘Sembah Sangga’, Sinta Sadrina dengan garapan ‘Basah Kuyup’ serta Yunita Dewi dengan garapan ‘Frog’. Selanjutnya, tampil pula Deta dengan garapan ‘Desainer and Mannequin’, Rama dengan garapan ‘Konyol’, Kevin dengan garapan ‘Ngebul’, Nik Candra dengan garapan ‘Gayung-gayung’, dan Agus Satyawan dengan garapan ‘Bebaskan Aku’. “Selain koreografi lingkungan, peringatan hari tari sedunia di ISI Denpasar juga diisi dengan berbagai kegiatan di antaranya pertunjukkan mural, instalasi, dan pagelaran malam,” ujar koordinatir perayaan hari tari sedunia ISI Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Alit Satria Wibawa. Mahasiswa semester IV pada program studi tari ini menambahkan, tema yang diangkat dalam hari tari sedunia tahun 2019 adalah ‘Ekspresi 4.0’. Dijelaskan, tema 4.0 begitu banyak dibicarakan di era ini. Hal yang menjadi inti dari tema tersebut adalah bagaimana mengatasi tradisi di era 4.0 ini. “4.0 ini memiliki filosofi. Empat adalah jiwa kita, titik adalah pusat pikiran kita, dan nol adalah sebagai lingkaran kehidupan kita. Makna dari 4.0 ini dapat disimpulkan Catur Sanak,” katanya. Sementara itu pengamat budaya Prof Dr I Wayan Dibia turut menyaksikan koreografi lingkungan yang ditunjukkan oleh mahasiswa ISI Denpasar. Menurutnya, koreografi lingkungan bisa memberikan rasa dan ruang yang baru kepada mahasiswa. “Kalau di panggung kan mereka sudah biasa. Dengan koreografi lingkungan ini, mereka mendapatkan ruang-ruang baru. Berharap mereka menemukan sesuatu di ruang-ruang itu,” ungkapnya. Secara umum, kata dia, koreografi para mahasiswa cukup menarik. Mereka menemukan ruangnya masing-masing dan daya ungkapnya berbeda-beda. Ia menganggap mahasiswa cukup berhasil dalam menemukan ruang-ruang baru. “Bagi saya, ini selalu memberikan kesegaran dalam berkarya,” imbuhnya. Terkait hari tari sedunia, menurut Prof Dibia, hendaknya menjadi sebuah peringatan yang menyadarkan semua orang akan pentingnya tari bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Tari selain bisa bernilai ekonomis, juga bisa digunakan sebagai wadah kebersamaan dan kehalusan jiwa. “Hari tari sedunia kita harapkan juga bisa memberikan aspek terapi dan kesegaran, dengan pengetahuan yang mendalam, olah tubuh, konsentrasi dan sebagainya,” katanya. Belakangan ini, kata dia, tarian Bali terlalu banyak yang bersifat komersial. Sedangkan yang bersifat ekspresi murni dinilai masih kurang. “Ini yang kita dorong. Supaya selain yang komersial, ada juga sisi ekspresi senimannya,” tandasnya.

Baca Selengkapnya