Membangun Hubungan Baik dengan Anak Remaja dari 5 Communication Styles Orang Tua – Anak
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash
Membangun hubungan antara orang tua dan remaja bisa menjadi sesuatu yang cukup pelik. Jangankan komunikasi orang tua dan anak yang Senin Kamis, komunikasi yang selama ini terbilang baik saja masih bisa menjadi lebih penuh tantangan saat anak menginjak usia remaja. Anak yang biasanya suka cerita ini itu, kok sekarang makin pendiam? Kalau tak diam di kamar, lagi-lagi izinnya keluar sama teman. Katanya tak ada apa-apa, tapi kok perasaan orang tua sepertinya tak enak...
Bagaimana caranya agar orang tua bisa ngobrol dengan bujang remaja ini? Gaya komunikasi yang seperti apa yang efektif yang dilakukan oleh orangtua? Berikut lima gaya komunikasi efektif yang mengikuti prinsip komunikasi terapeutik pada anak dan orang tua.
Photo by Henri Pham on Unsplash
Gaya komunikasi orang tua terhadap anak antara satu keluarga dengan lainnya pasti berbeda, tetapi ada satu hal yang semestinya sama yaitu kemampuan orang tua untuk menyimak. Mendengarkan dan memperhatikan baik-baik apa yang disampaikan oleh anak adalah fondasi penting dalam membangun komunikasi antara orang tua dan anak.
Dengan kematangan berpikir dan pengalaman hidupnya, orang tua dapat dengan mudah menebak ujung pembicaraan anak. Namun dengan tetap menyimak, orang tua sejatinya sedang menunjukkan dan mengajarkan kepada anak bagaimana menjadi pendengar yang baik. Empati tumbuh melalui kebiasaan seperti ini, sementara anak pun merasa berharga dan didengarkan. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak tak hanya tentang menemukan solusi yang sedang diperbincangkan, tetapi juga bagaimana seluruh proses komunikasi itu berlangsung.
Photo by Max Andrey on Pexels
Sudah sewajarnya bila anak remaja mulai memiliki pandangan, pemikiran, maupun pendapatnya sendiri. Lebih wajar lagi apabila semua itu tak selalu sama dengan orang tuanya. Jangan sampai muncul perkataan orang tua yang menyakiti anaknya seperti menyalahkan, meremehkan, membandingkan, bahkan mengancam.
Komunikasi anak dan orang tua semestinya menjadi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk saling mendengarkan dan mempelajari sudut pandang pihak lain. Sikap defensif justru kontraproduktif karena masing-masing pihak merasa berada di posisi yang berseberangan dengan pihak lainnya.
Photo by Sam Vogt on Unsplash
Asumsi adalah dugaan yang dianggap benar dan kemudian digunakan sebagai landasan berpikir. Mudah sekali berasumsi saat anak remaja pulang sekolah terlambat, kehabisan uang saku sebelum waktunya, ketahuan bolos sekolah, dan lain sebagainya. Namun salah satu tips parenting anak remaja yang cukup penting adalah jangan berasumsi, bahkan menilai dan menyimpulkan terlalu cepat. Orang tua semestinya bisa bersabar, mencoba mengetahui konteks keseluruhan masalah secara lengkap dan utuh terlebih dahulu. Ajukan pertanyaan terbuka sehingga anak memiliki kesempatan untuk menjelaskan perasaan dan pikirannya.
Photo by Allef Vinicius on Unsplash
Dalam setiap komunikasi, termasuk pula komunikasi antara orang tua dan anak, ada pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan. Pesan verbal orang tua mungkin sekelebat lewat mampir sebentar di telingat anak remaja. Namun pesan nonverbal yang mengiringinya boleh jadi tertanam dan membekas pada jiwa anak. Bahasa tubuh atau gestur, nada suara, hingga ekspresi wajah orang tua mengomunikasikan emosi dan pesan yang pasti tertangkap oleh anak sekalipun tampaknya ia menunjukkan sikap acuh tak acuh.
Photo by Carolina Heza on Unsplash
Gaya komunikasi Gen Z cenderung berbeda dengan gaya komunikasi generasi-generasi pendahulunya. Kebanyakan Gen Z lebih suka berkomunikasi tanpa bertatap muka secara langsung. Mereka juga tidak terlalu suka dengan percakapan yang panjang, formal dan kaku. Dikenal multitasking, bukan hal yang aneh bila remaja Gen Z mendengarkan orang tua sambil terus sibuk dengan ponselnya.
Komunikasi bisa menjadi lebih efektif bila orang tua tidak terlalu fokus pada karakteristik umum Gen Z seperti di atas. Mereka akan lebih menghargai gaya komunikasi orang tua yang fokus pada perilaku atau situasi yang ingin didiskusikan. Oleh sebab itu, lebih baik orang tua menghindari kritikan yang bersifat menyerang pribadi anak.
Cara komunikasi anak remaja zaman sekarang boleh dikata unik. Mereka membutuhkan kepercayaan dan kenyamanan sebelum membuka diri dan membicarakan masalah mereka, kepada orang tua sendiri sekalipun. Komunikasi orang tua dan anak yang efektif membantu menciptakan suasana yang nyaman sehingga anak dapat bersikap lebih santai dan terbuka kepada orang tua.
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog