5 Skill yang Tidak Bisa Digantikan oleh AI
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Photo by Andy Kelly on Unsplash
Kecerdasan buatan, atau yang lebih akrab dikenal sebagai AI (Artificial Intellegence), merupakan istilah dalam pengembangan sistem dengan kemampuan melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. Chatbot, misalnya, digunakan untuk menjawab pertanyaan maupun memberikan informasi produk atau layanan kepada pelanggan. Penggunaan kecerdasan buatan ini secara umum membantu perusahaan dalam menangani permintaan pelanggan dengan cepat dan efisien.
Kehadiran dan perkembangan AI (Artificial Intellegence) bukan tanpa perdebatan, Guru Pintar. Sebagian berpendapat AI membantu kehidupan manusia, sedangkan sebagian lagi meyakini bahwa keberadaan AI justru menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia. Pada contoh chatbot di atas, misalnya, pekerjaan layanan informasi yang pada awalnya dikerjakan oleh manusia berangsur-angsur tergantikan oleh robot. Tak pelak lagi, muncul pertanyaan yang mengkhawatirkan, akankah AI menggantikan manusia di masa depan?
Potensi teknologi AI menggantikan sejumlah pekerjaan kita hari ini memang patut menjadi perhatian. Bahkan, boleh dikata potensi tersebut merupakan salah satu kelemahan Artificial Intelligence. Dalam beberapa industri, AI dapat menggantikan pekerjaan manusia dengan otomatisasi yang lebih efisien. Akibatnya, beberapa lapangan kerja diperkirakan akan menghilang dan terjadi perubahan dalam pasar tenaga kerja.
Namun jangan larut dalam kekhawatiran, Guru Pintar. Masih ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tidak bisa digantikan oleh AI. Pekerjaan apa saja yang tidak bisa digantikan oleh robot? Mengasuh dan mendidik, misalnya, adalah pekerjaan yang tidak bisa digantikan robot. Pengasuhan dan pendidikan memerlukan keterampilan unik manusia, interaksi antarmanusia, kreativitas, maupun keterampilan fisik yang sulit digantikan sepenuhnya oleh mesin.
Dengan kata lain, kita bisa menggunakan celah kelemahan Artificial Intelligence untuk menyiapkan anak didik kita menyongsong masa depan mereka. Kalau begitu, mereka harus memiliki keterampilan dan kemampuan apa, Guru Pintar, agar tidak bisa digantikan oleh AI?
Photo by Jason Leung on Unsplash
Teknologi AI dapat memahami kata-kata dan kalimat yang berkaitan dengan emosi, tetapi tidak memiliki pengalaman emosi yang sesungguhnya. Kecerdasan buatan tidak dapat merasakan emosi, berempati, atau memahami secara menyeluruh bagaimana dampak emosi manusia dalam konteks kehidupan nyata.
Di sisi lain, kita sebagai manusia memiliki pengalaman dan kepekaan emosi. Kemampuan kita untuk memahami dan merespons perasaan serta kebutuhan emosi orang lain dalam interaksi sosial yang kompleks adalah skill yang tidak bisa tergantikan oleh AI.
Photo by Possessed Photography on Unsplash
Kecerdasan buatan dapat memproses informasi berdasarkan pola dan hubungan yang telah dipelajarinya, tetapi idak selalu dapat menangkap nuansa dan kompleksitas konteks yang lebih dalam. AI (Artificial Intellegence) cenderung mengandalkan data yang tersedia dan tidak memiliki intuisi yang sama seperti manusia dalam memahami situasi yang kompleks.
Kalimat, "Pintar sekali dia," misalnya, bisa bermakna sinisme atau sarkasme, tetapi juga bisa berupa pujian yang tulus. Secara alami kita memiliki intuisi untuk memahami konteks kalimat tersebut diutarakan. AI, di sisi lain, kesulitan untuk menafsirkan informasi yang kompleks. Itulah sebabnya, terkadang teknologi AI tidak dapat memberikan jawaban yang sesuai lantaran tidak memahami konteks secara akurat.
Photo by Gerard Siderius on Unsplash
AI (Artificial Intellegence) bekerja berdasarkan pada pola dan informasi yang telah diproses sebelumnya. Teknologi AI tidak memiliki kebebasan eksplorasi dan pemikiran konseptual yang sama seperti manusia dalam menciptakan ide-ide baru yang unik. Meskipun AI dapat menghasilkan solusi yang canggih dan inovatif, kreativitas dan intuisi manusia tetap sulit untuk direplikasi. Kecerdasan buatan tidak memiliki kemampuan untuk berpikir out-of-the-box, Guru Pintar.
Kreativitas, pemikiran inovatif, dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang kompleks sejatinya merupakan kecerdasan manusia yang tidak dapat direplikasi sepenuhnya oleh AI. Oleh sebab itu, pekerjaan yang tidak bisa digantikan robot kelak adalah pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir yang orisinal.
Photo by Maria Rodideal on Unsplash
Karena hanya mencerminkan dan mereproduksi informasi atau data yang telah ada, kecerdasan buatan tidak memiliki pandangan moral dan etikanya sendiri. Bahkan data yang tidak representatif atau tidak lengkap dapat menyebabkan bias atau kesalahan output. AI (Artificial Intellegence) tidak mampu menghasilkan penilaian moral atau etika yang independen dan tidak dapat menentukan sendiri apa yang benar atau salah. Bila pun harus membuat keputusan, teknologi AI hanya mengikuti algoritma dan data yang diberikan kepadanya.
Di sisi lain, manusia memiliki moral kompas yang jelas. Kita sebagai guru, misalnya, sudah sepatutnya memiliki sikap moral yang tinggi dalam mendidik dan memahami kebutuhan siswa. Sebenarnya setiap pekerjaan atau profesi membutuhkan sikap moral dan etika yang baik, entah itu guru, dokter, pengacara, jurnalis, hakim, ataupun psikolog. Prinsip-prinsip moral dan etika menjadi landasan penting dalam menjalankan profesi-profesi tersebut sebab berdampak langsung pada kesejahteraan orang lain.
Photo by Czapp Árpád on Pexels
Robot saat ini mungkin dapat membantu dalam beberapa tugas fisik yang sederhana, tetapi belum mencapai tingkat kecakapan dan fleksibilitas yang sama seperti manusia. AI membantu kehidupan manusia di bidang-bidang seperti konstruksi, pertanian, maupun industri. Akan tetapi, pekerjaan yang membutuhkan ketangkasan manual yang tinggi, seperti bedah, perawatan fisioterapi, atau seniman yang bekerja dengan material fisik, sulit digantikan oleh robot yang belum mencapai tingkat keterampilan yang setara.
Pada dasarnya, pekerjaan yang tidak bisa digantikan robot di masa depan adalah pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan interaksi antarorang. Pekerjaan di bidang pelayanan, psikologi, maupun pendidikan, misalnya, sering kali memerlukan koneksi emosi dan hubungan antarpribadi yang tidak dapat digantikan sepenuhnya oleh robot.
Pekerjaan lain yang juga tidak bisa digantikan oleh AI yaitu pekerjaan yang melibatkan keahlian linguistik seperti penerjemahan dalam budaya dan bahasa yang khas, penulisan karya sastra, ataupun investigasi jurnalistik yang memerlukan analisis dan interpretasi kompleks dalam konteks sosial. Lantas skill apa yang telah kita tumbuh kembangkan dalam diri anak didik kita agar mereka tidak tergantikan oleh otomatisasi teknologi AI di dunia kerja kelak, Guru Pintar?
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog