Anti Baper: 5 Langkah Menyikapi Kritik
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Menyikapi Kritik, image credit Joshua Earle on Unsplash
BBC Indonesia pernah mengutip sebuah penelitian yang dilakukan di University of Waterloo, Kanada. Laporan akhir penelitian tersebut mendapati bahwa pelajar dengan prestasi akademis yang rendah cenderung mengatasi rasa malunya dengan menyalahkan guru.
Semakin jelek nilai yang diterima, para pelajar dalam penelitian tersebut semakin menyalahkan rendahnya kualitas pendidikan yang telah diperoleh. Tapi apakah benar demikian? Pasalnya, masih dalam penelitian tersebut, pelajar dengan nilai yang lebih baik tidak bersikap demikian negatif terhadap guru yang sama.
Mari anggap nilai akademis dalam penelitian tersebut adalah kritik yang disampaikan orang lain terhadap kita. Bagaimana tanggapan kita? Apakah serta-merta menyalahkan si pengkritik sebagaimana pelajar dalam penelitian tersebut menyalahkan guru? Atau sebaliknya, kita melakukan koreksi pada diri sendiri? Bagaimana sebaiknya sikap kita dalam menghadapi kritik?
Â
1. Dengarkan Dulu, Tak Perlu Libatkan Emosi
Jangan buru-buru menganalisis kritik yang diberikan, dengarkan saja dulu. Misalnya kita mendapat teguran, "Belajar lebih tekun biar nilai Matematikamu nggak jelek" atau "Esaimu nggak jelas ngomongin apa." Diam dulu dan cerna selama beberapa saat kritik tersebut.
Tiap orang membutuhkan waktu yang berbeda – bisa beberapa menit atau hanya lima detik. Dalam durasi tersebut, kita dapat dengan mudah terdorong untuk membela diri dan bersikap defensif. Tapi tanggapan yang kita berikan saat kritik datang, boleh jadi itulah segalanya yang menunjukkan kualitas diri kita.
2. Cermati Kebenaran yang Disampaikan
Jadi, dengarkan saja dulu. Sort your facts. Pernah memilah menu lauk yang tidak kita sukai ke tepi piring? Seperti itulah gambarannya. Pilih fakta-faktanya, sisihkan dulu praduga, emosi, dan pembelaan diri. Dari contoh diatas, apa fakta yang bisa kita peroleh? Pertama, nilai Matematika masih kurang. Kedua, kualitas esai harus diperbaiki.
Lantas, nilai Matematika yang baik dan yang jelek itu berapa, sih? Pula, esai yang diinginkan oleh guru atau dosen seharusnya memiliki kriteria bagaimana, sih? Kita memerlukan standar yang jelas agar tak terbawa subyektivitas. Renungkan pula, sudahkah kita sungguh-sungguh belajar Matematikanya? Sudahkan kita berlatih menulis esainya?
3. Fokus pada Sisi Positif dan Solusi
Setelah mencerna kritik yang disampaikan, kita perlu melontarkan pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan. Dengan bertanya, kita dapat menggiring kritik tersebut pada langkah-langkah yang lebih kongkret untuk melakukan perbaikan – bahkan menemukan solusi.
Misalnya, tanyakan bagaimana tips belajar Matematika yang efektif agar nilaimu meningkat. Pula, tanyakan bagaimana cara menulis esai yang baik – bahkan, bila perlu mintalah contoh esai yang penulisannya baik dan runtut. Tak perlu berpikir kemana-mana, fokus saja dulu untuk melibatkan si pemberi kritik dalam membuat perbaikan bersama-sama.
4. Abaikan Saja, Bila Perlu
Sayangnya, tak semua kritik perlu didengarkan. Adakalanya orang mengkritik hanya karena tidak sesuai dengan selera pribadinya atau sedang menghadapi suatu permasalahan kemudian menimpakan kejengkelannya pada kita. Sometimes people criticize for the sake of criticizing. Or, perhaps somebody is just having a bad day.
Kritik yang tidak valid seperti ini diabaikan saja, Sobat. Itulah sebabnya kita perlu menerapkan dua langkah pertama diatas. Gunakan langkah ketiga, yaitu mengajukan permintaan saran dan solusi, untuk memastikan niat atau tujuan si pengkritik. Keep in mind that a mean comment isn't always about you.
5. Terima Kritik, Sampaikan Terima Kasih
Sebenarnya kita semua memerlukan kritik yang membangun. Kritik yang baik adalah wujud perhatian orang lain, baik itu teman, orang tua, guru, atau dosen. Dengan kritik tersebut, kita dapat meningkatkan kualitas karya kita – entah itu prestasi akademis atau yang lain.
Itulah sebabnya justru kita harus berterima kasih ketika ada kritik yang dialamatkan pada kita. Itulah kesempatan kita untuk berubah dan memperbaiki diri. Maka, terimalah kritik tersebut dan ucapkan terima kasih.
Namun perlu dicatat, agar dapat memperbaiki diri, kita perlu menyikapi kritik sebagai sesuatu yang tidak menyerang diri pribadi. Diminta belajar Matematika lebih tekun bukan berarti kita malas. Esai yang kurang baik bukan berarti kita tak bisa menulis. There's no need to jump into any conclusions yet.
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog