APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Battle Pintar Episode ke-4: Kuliah di PTN atau PTS?

Diperlukan diskusi antara Ortu Pintar dan Sobat Pintar untuk menentukan pilihan jurusan kuliah dan kampusnya.

Battle Pintar 4, photo by Aziz Acharki on unsplash

Battle Pintar sudah memasuki episode ke-4! Battle yang ke-4 kalinya di IG TV @akupintar.id ini menghadirkan Ibu Sevy Andriani dari sisi Ortu Pintar dan Faizal Iskandar dari sisi Sobat Pintar. Perbincangan keduanya tentang kuliah di PTN atau PTS didampingi oleh Bapak Raymond Godwin S.Psi., M.Si., Kaprodi Psikologi Binus.

Dipandu oleh CEO Aku Pintar, Kak Lutvianto Pebri, Battle Pintar membahas jawaban dari empat pertanyaan ini:

(1.) Apakah kuliah di PTN menjadi suatu keharusan?

(2.) Jika tidak masuk di PTN yang diinginkan, apakah lebih baik gap year atau ke PTS?

(3.) Jika tidak masuk PTN yang diinginkan, akankah ke PTS di jurusan yang sama atau tetap ke PTN tahun depan?

(4.) Apa yg harus dipertimbangkan sebelum memutuskan ke PTS?

 

Ortu Pintar: Ketika Keinginan Anak Tak Sejalan

Mengawali Battle Pintar, Ibu Sevy Andriani berbagi cerita tentang bagaimana mendampingi putri beliau masuk kuliah. Pada awalnya, putri Ibu Sevy ingin menjadi seorang makeup artist. Ibu Sevy berpendapat bahwa masa depan yang sukses tak harus selalu dipandang dari prestasi akademis. Bagi Ibu Sevy, masa depan yang sukses berarti masa depan seperti yang diinginkan oleh putri beliau – sekalipun berbeda dari keinginan beliau sendiri.

Sementara itu, karena prestasi akademis yang bagus, putri Ibu Sevy mendapatkan undangan dari beberapa PTS. Setelah melalui diskusi yang panjang dan berbagai pertimbangan, akhirnya Ibu Sevy merestui keputusan putri beliau untuk kuliah di PTS pada Jurusan Matematika.

Bagi Ibu Sevy, kuliah tak harus masuk PTN. PTS pun merupakan pilihan yang baik, asalkan harus diperhatikan akreditasinya, lokasinya, hingga biaya kuliahnya.

Menurut beliau, sekolah adalah investasi. Namun tak cukup dengan prospek bagus yang ditawarkan, jurusan yang dipilih pun harus sesuai dengan minat dan kemampuan anak. Tak kalah penting, anak yang kuliah dapat menjalaninya dengan happy.

Sedangkan dengan putri Ibu Sevy sendiri, ternyata perkuliahannya tak seperti yang diharapkan. Tiga minggu setelah kuliah, putri Ibu Sevy memutuskan untuk berhenti kuliah dan akan mengikuti seleksi masuk PTN tahun berikutnya.

Putri Ibu Sevy saat ini enjoy kuliah Bisnis Administrasi, sebuah jurusan yang telah disarankan sang ibu sedari awal, di sebuah PTN. Dukungan tanpa lelah dari Ibu Sevy tak lepas dari keyakinan beliau bahwa setiap anak harus bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.

Menutup kisah beliau, Ibu Sevy berbagi kiat dengan Ortu Pintar dalam membantu anak yang akan masuk kuliah. Ibu Sevy tidak menentang keinginan putri beliau untuk kuliah di jurusan dan kampus lain yang berbeda dengan saran beliau. Ibu Sevy pun berkompromi dengan pilihan putri beliau asalkan target yang telah didiskusikan bersama dapat dicapai.

Di masa sekarang Ortu tak bisa memaksakan keinginannya, namun harus menyesuaikan dengan karakter anak. Kesiapan finansial dan mental penting bagi Ortu Pintar agar dapat mendampingi dan mengantarkan putra-putri tercinta masuk kuliah.

Sedangkan bagi Sobat Pintar yang akan masuk kuliah, Ibu Sevy berpesan untuk mengenali jurusan yang dipilih. "Sekolah jangan nantangin, tapi nikmatin," ujar beliau.

 

Sobat Pintar: Ketahui Life Goal dan Buat Life Plan-mu

Di sisi lain, Faizal Iskandar, yang saat ini duduk di kelas XII, berpendapat bahwa kuliah di PTN itu bagus dan bergengsi. Bagi Faizal, menjadi kebanggan tersendiri bila ia dikenal sebagai mahasiswa sebuah PTN ternama saat berkumpul bersama keluarga besar.

Tapi Faizal menekankan bahwa pilihan jurusan yang sesuai dengan passion itu jauh lebih penting daripada status sebagai mahasiswa PTN. Faisal sendiri ingin mengikuti seleksi masuk Akpol atau kuliah di PTN pada jurusan Kriminologi atau Bisnis. Opsi-opsi tersebut sesuai dengan passion-nya dan sejalan dengan life goal-nya.

Faizal bertekad untuk tidak menjadi beban bagi orang tua. Itulah sebabnya, jika plan untuk masuk Akpol atau PTN gagal, Faizal berencana masuk PTS alih-alih gap year. Meskipun bukan tujuan utama, PTS masih bisa menjadi back up plan selama jurusan yang dipilih memang sesuai dengan passion. Kuliah di jurusan yang sesuai dengan life goal hingga berprestasi, sekalipun di PTS, masih menjadi pilihan yang lebih baik daripada kuliah di PTN pada jurusan yang tidak sesuai minat serta kemampuan dan berujung drop out.

Tahun berikutnya, Faizal akan mencoba lagi untuk masuk Akpol atau mengikuti seleksi masuk PTN. Bagi Faizal, memperjuangkan plans dan life goal adalah prioritas, apapun komentar orang lain terhadapnya nanti.

 

Kuliah di PTN atau PTS, dari Sudut Pandang Psikolog

Menanggapi battle antara Ibu Sevy dan Faizal, Bapak Raymond sedikit bercerita bahwa beliau lulus dari PTN dan bekerja di PTS, yaitu di Universitas Bina Nusantara. Senada dengan Kak Pebri saat membuka battle, Bapak Raymond mengatakan bahwa kuliah di PTN merupakan suatu kebanggan – tapi itu dulu.

Sekarang pemerintah tidak membedakan PTN dan PTS sebagai dua kategori terpisah. Pemeringkatan Kemenristekdikti dan Kemendikbud pun menempatkan PTN dan PTS dalam satu kategori. Pada pemeringkatan dunia, ada PTS di Indonesia yang masuk dalam lima atau 10 besar top world universities. Sebaliknya, ada pula PTN yang tidak terseleksi masuk ke dalam kategori pemeringkatan tersebut. Jadi, Bapak Raymond menegaskan, PTN dan PTS hanyalah mitos belaka.

Sebagai contoh, beliau melanjutkan, biaya kuliah di PTS sering dianggap lebih mahal daripada biaya kuliah di PTN. Padahal, biaya kuliah tak bisa semata dilihat dari universitasnya. Ada komponen lain, seperti kota tempat kuliah, yang menentukan total pengeluaran.

Bapak Raymond pun meluruskan kesalahan yang sering terjadi, yaitu memilih jurusan dan kampus berdasarkan prospek kerja. Kuliah merupakan proses akademis. Sedangkan prospek kerja dalam empat tahun kedepan setelah lulus kuliah bisa jadi berbeda dari prospek kerja yang ada pada saat seseorang masuk kuliah.

Guna menghindari kesalahan dalam menentukan jurusan kuliah, Bapak Raymond menyarankan Ortu dan Sobat Pintar untuk "window shopping" jurusan sejak Sobat masuk SMA. Ketahui apa saja plus minus kuliah di jurusan-jurusan yang diincar, ketahui pula skill apa yang akan diperoleh. Dengan skill yang diperoleh selama kuliah, pekerjaan apapun setelah lulus nantinya dapat dirancang sendiri.

Setelah pilihan jurusan mantab, pertimbangan berikutnya adalah peringkat universitas. Lebih lanjut Bapak Raymond menyampaikan bahwa tak semua jurusan di semua universitas itu sama. Boleh jadi peringkat universitasnya bagus, tapi kualitas perkuliahannya belum tentu sama bagusnya.

Karena itulah, beliau menyarankan agar Sobat Pintar mencari lebih banyak informasi dari kenalan yang kuliah di jurusan dan universitas yang diincar. Bahkan jika memungkinkan, temui dosen atau Kaprodi dan tanyakan, "Seperti apa gambaran perkuliahannya?" dan "Ketika saya lulus empat tahun lagi, seperti apa kesempatan yang akan ada untuk saya?"

Bapak Raymond sendiri, sebagaimana telah disebutkan di awal, adalah Kaprodi Psikologi Binus. Jurusan Psikologi di Universitas Bina Nusantara memiliki fokus pada penguatan keterampilan mahasiswa dalam penerapan Psikologi terkait peningkatan kinerja dan kualitas hidup masyarakat, yang dilakukan melalui interaksi di mata kuliah maupun pengkayaan di berbagai macam institusi.

Sebagai pembicara di Battle Pintar ke-4 ini, Bapak Raymond Godwin S.Psi., M.Si. selanjutnya menanggapi tentang gap year. Jika gap year dilakukan lantaran tidak lolos seleksi di kampus incaran, beliau menyarankan agar Sobat Pintar menurunkan idealisme. Karena jika tahun ini tidak lolos seleksi, bukan berarti persaingan masuk kuliah di PTN tahun depan akan lebih ringan.

Setelah menentukan jurusan, Bapak Raymond menyarankan Sobat yang akan masuk kuliah untuk menentukan tiga hingga empat universitas – baik PTN maupun PTS – yang memiliki jurusan incaran tersebut. Buat peringkat atau skala prioritas pilihan.

Terakhir, beliau berpesan kepada Ortu Pintar bahwa anaklah yang menjalani kuliah. Seiring dengan perubahan zaman, kesempatan yang berubah dan dilihat oleh anak, pilihannya akan cenderung terus berubah selama sekolah. Sedangkan bagi Sobat Pintar, Bapak Raymond mengingatkan bahwa pihak sponsor kuliah adalah orang tua. Maka alangkah baiknya bila orang tua dan anak dapat berdiskusi bersama guna menentukan jurusan dan kampus pilihan.

 

Q & A, Ortu dan Sobat Pintar Bertanya

Di bagian akhir Battle Pintar, Kak Pebri membacakan dua pertanyaan, masing-masing dari Sobat Pintar dan Ortu Pintar. Pertanyaan pertama, "Orang tua mengharuskan saya masuk PTN karena dana tak setinggi di PTS, dan PTN lebih membanggakan. Tapi saya khawatir tidak lulus di PTN. Bagaimana menjelaskan pada orang tua bahwa PTS juga baik?"

Bapak Raymond menjawab bahwa faktor biaya dan gengsi harus menjadi bahan diskusi antara orang tua dan anak. Jika tertarik dengan PTS, cari tahu data yang menunjukkan bahwa jurusan dan PTS itu memang bergengsi. Jika pengetahuan orang tua terbatas, tunjukkan alumni jurusan itu kerja di mana atau menjadi bos di mana. Gunakan media sosial atau website kampus untuk mengetahui alumni PTS tersebut. Bila perlu, kirim email ke kampus dan tanyakan tentang kiprah alumni.

Sedangkan untuk biaya, Sobat Pintar bisa mencari informasi beasiswa, termasuk yang disediakan oleh PTS yang bersangkutan. Saat ini, setiap mahasiswa PTN dan PTS memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan beasiswa Kemendikbud.

Pertanyaan kedua dari Ortu Pintar, "Anak saya tidak lulus PTN. Saya menawarkan kuliah di PTS daripada gap year buang waktu satu tahun. Bagaimana caranya membujuk?"

Jawaban Bapak Raymond cukup singkat. Beliau berujar, "Sobat Pintar, selama masih ada yang bisa membiayai, ambil kesempatan itu. Jangan tunggu tahun depan karena belum tentu tahun depan situasinya masih sama."

Battle Pintar episode ke-4 ini berakhir dengan kesimpulan dari Psikolog, Bapak Raymond Godwin S.Psi., M.Si. Beliau memberikan pujian pada Faizal yang memiliki tujuan dan rencana dalam hidupnya. Beliau juga menghargai bagaimana Ibu Sevy menjalin komunikasi dan memberikan kebebasan bagi putrinya untuk memilih jurusan dan universitas (PTN atau PTS). Pesan Bapak Raymond, komunikasi yang baik antara Ortu dan Sobat Pintar sangat penting dalam menentukan jurusan kuliah dan kampus terbaik.

 

Dengerin Podcast tentang Kampus PTN atau PTS

0
140

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog